Selasa, 25 Desember 2012

sebut aku "IZRAIL"

kamu selalu bilang..
kita terlahir dari rahim indonesia yang sama
nyatanya aku tertindas di tengah kata saudaramu
kamu selalu bilang...
kita makan dari satu piring agraria yang sama
nyatanya aku masih kelaparan di dalam panen rayamu

di mana kamu yang dulu selalu bilang
apa kau terlalu asik bersembunyi di sela payudara negaramu?
kau hisap sendiri air susunya yang tak habis di telan waktu
hingga lupa dengan apa yang di sebut janji
inikah yang namanya saudara?

membusuklah di sela payudaranya
tenggelamlah di kolam susunya
dan jangan lagi kau panggil aku saudara
sebut saja aku "IZRAIL"

Senin, 24 Desember 2012

22 desember...

             Pagi-pagi benar Yanto sudah terbangun dari tidurnya yang memang tak pernah nyaman karena hanya beralas tikar di bale bambunya. Maklum saja keluarga Yanto tergolong keluarga tidak mampu di kampungnya, apalagi saat ayahnya meninggal 3 tahun lalu. Dan kini ia harus menjadi tulang punggung keluarganya. Sedang ibunya sekarang juga sedang sakit sudah 2 minggu.
“pagi begini mau kemana le?” Tanya ibunya dengan suara yang bertarung dengan batuknya.
Tangannya meraih gitar mininya dan memakai topi siap untuk berangkat ngemen di tiap perempatan, karena dengan ngemenlah ia bisa meringkankan beban ekonomi keluarganya. “ya mau berangkat ngamen to mbok”
“tapi kok tumben sepagi ini sudah berangkat le?”
“iya mbok.. mumpung pagi, takut rejekinya keduluan di patuk ayam” jawabnya dengan sedikit bercanda. Dan memang sengaja bangun lebih awal dari biasanya.
“ya sudah. Kalau begitu kamu hati-hati yo le. Trus pulangnya jangan terlalu malam”
“siap laksanakan” tangan kanannya ia naikkan memberi hormat.
Baru pukul 05:30 Yanto sudah mangkal di perempatan Gondomanan. Memang di situlah tiap harinya Yanto menunggu para dermawan yang sudi menukar uang recehnya dengan suara cempreng Yanto
Lampu merah menyala, saatnya ia mulai beraksi. Satu demi satu mobil ia hampiri. Dengan suara cemprengnya ia membawakan lagu dari peterpan yang sering ia nyanyikan.
“mungkinkah bila ku bertanya pada bintang-bintang…. Makasih pak” ucapnya sebelum menyelesaikan lagunya.
Tak jarang orang yang enggan memberi uang kepada Yanto, bahkan kadang justru celaan yag ia dapatkan. Tapi ia tak pernah mengeluh, ia terima dengan ikhlas. Namun ada juga yang merasa iba melihat keringat yag bercucuran di lehernya karena terik matahari yang membakarnya. Lampu hijau telah menyala dan ia pun menepi untuk menunggu lampu menyala merah brikutnya dan sekedar untuk beristirahat. Sambil duduk di atas pot besar, ia menghitung tiap receh yang terkumpul. Dan sejenak wajahnya teringat harga benda yang ingin ia beli. Belum usai, ia tiba-tiba di kejutkan oleh suara orang yang sudah sangat ia kenal karena tiap hari ia harus berurusan dengan dua lelaki itu. Dua lelaki yang selalu meminta uang jatah dengan dalih keamanan. Tapi justru merekalah yang sebenarnya membuat semua tak aman.
“duit keamanan ayo cepet” pinta salah satu preman yang bernama Kudil.
“belum dapet duit mas” jawabnya sambil perlahan menyembunyikan uang yang ada di tangannya tadi.
“mas mas, mas mbahmu apa. Udah mana cepet sini. Tak antemi baru tau rasa kamu” ucap preman yang satunya lagi.
“udah sikat aja bos” provakator kudil kepada Japrak.
“halah ngapusi..itu apa di tanganmu?” sepertinya Japrak sadar dengan gerak gerik tangan Yanto yang menggenggam uang tadi.
“iya. Itu apa?” ucap Kudil ikut-ikutan.
“bukan apa-apa kok”
“rupanya pilih di hajar ini anak”
“udah lansung aja bosh ajar” semakin semangat Kudil memprovokatori Japrak.
“ampun mas. Ampun mas”
“PRIITTT!!!!!” suara peluit itu menghentikan Japrak yang sudah siap dengan tangannya. Dan membuat kedua preman itu pergi meninggalkan Yanto disana setelah mengucap ancaman.
“kamu ndak apa-apa le?”
“ndak apa-apa kok pak. Makasih ya pak tadi”
Akhirnya ia turun kejalan lagi untuk menukarkan suaranya itu. Ia tak peduli dengan teriknya mentari yang sedari tadi membakar kulitnya yang hitam legam. Yang ada dalam pikirannya ia harus berusaha keras sampai ia mendapatkan uang dengan sejumlah harga barang yang ia inginkan.
“sudah sana pergi. Suara fals aja jadi pengamen” ucap ketus lelaki berkumis tebal dari dalam mobil mewahnya.
“kuping bapak yang fals mungkin”
“apa kamu bilang?”
“yang namanya pengamen jalanan ya begini suaranya. Kalo suaraku bagus, aku udah jadi penyanyi di tivi” jawabnya tak kalah ketus. “bilang aja ndak punya duit” lanjutnya Ynato.
Dan segera pergi menuju mobil putih yang ada di belakangnya, berharap kali ini yang ada di dalam mobil itu baik hati yang sudi memberi sedikit rejekinya. Dan ternyata ia benar, uang selembar dengan angka 5000 disodorkannya dari jendela mobil itu. Senyumnya pun merekah senang.
“trima kasih pak” ucapnya berkali-kali.
Beberapa mobil sudah ia hampiri, beberapa receh juga sudah terkumpul disakunya. Ia menepi ke tempat peristirahatannya dan berkata dalam hati “lumayan dapet banyak. Kalau begini terus, bisa cepet-cepet beli baju buat simbok ni”.
“woi” teriak Supri yang tiba-tiba datang dari belakang.
“eh kamu to pri. Ngagetin aja kamu”
“gimana hari ini?” Tanya Supri setelah duduk di samping Yanto.
“lumayan Pri, banyak yang ndak pelit hari ini. Ada yang kasih lima ribu juga Pri”
“wah beruntung banget kamu To. La aku dari tadi Cuma dapet dikit”
“ya sudah. Rejekimu baru segitu, di syukuri saja. Kalau pengen banyak ya jadi aparat Negara saja sana”
“ndak mau ah, takut godaanya”
“apa godaanya?”
“korupsi” lalu Supri tertawa renyah dan di ikuti oleh Yanto. “ya sudah, kita makan dulu yuk”
“ok. Mari kita serbu warung mbok Jum” suaranya semangat sekali.
Dan mereka menuju warung mbok Jum yang sudah jadi langganan setiap harinya. Sampai sudah seperti rumah sendiri bagi mereka berdua. Sesampainya disana mereka langsung duduk di kursi paling pojok, karena memang disanalah kursi yang tersisa untuk mereka. Memang di warung mbok Jum selalu dipadati para pengunjung, apalagi di jam-jam makan siang seperti ini. Banyak yang merasa cocok dengan masakan mbok Jum, mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Jadi tak heran kalau di depan warung mbok Jum terparkir mobil-mobil mewah.
“mbok maem seperti biasa nggeh” ucap Supri lantang hingga beberapa pengunjung spontan menoleh ke tempat mereka duduk.
“aku juga mbok”
“gimana tadi si Japrak sama Kudil dating lagi ndak”
“ya pasti lah. Tapi untung mereka segera kabur denger sempritan”
“jadi mereka takut sama sempritan?”
“ya tergantung siapa dulu yang nyemprit. Kalo kamu yang nyemprit ya sama saja”
Akhirnya makanan mereka datang juga.
“makasih mbok” ucap mereka kompak.
Tanpa aba-aba, mereka langsung menyantap makanan yang ada di depannya karena cacing-cacing di perut mereka sudah tak sabar mendapat asupan makanan. Dan sayur gudeg berlauk tempe bacem sudah terasa nikmat sekali bagi mereka. Di tengah lahapnya, tanpa rasa malu sedikitpun Supri bersendawa dengan keras.
“ihh ndak sopan kamu Pri” tegur Yanto.
“biarin” jawab santai Supri sambil terus mengunyah makanannya.
“kalau makan mbok ya pelan-pelan to Pri biar ndak keselak”
Supri Cuma bisa cuek mendengar saran Yanto. Selang dua menit Supri pun keselak seperti apa yag di katakan Yanto. Dan tangan Supri lansung menyambar es teh milik Yanto.
“aku bilang juga apa, keselek to kamu. Mana ambil es teh ku lagi” berusaha merebut kembali es teh yang sudah hampir habis di minum Supri.
“ah pelit kamu To”
*************************************************

Terlihat mereka berjalan lagi menuju tempat mereka mangkal. Belum sampai disana, mereka bertemu lagi dengan dua preman yang tadi belum berhasil meminta uang Yanto.
“wah gawat ni To” ucap Supri lirih
“nah sekarang ndak ada lagi yang bakal nolongin kamu” ucap Kudil sambil merentakan kedua tangannya seolah-olah ingin menangkap ayam.
Dalam hitungan ketiga, mereka serempak untuk menyelamatkan diri. Hanya itulah jurus satu-satunya yang mereka punya. Jika tidak, mereka akan menjadi santapan bagi kedua preman itu. Uang yang sudah terkumpul bisa sia-sia di rampas preman-preman itu. Yanto tak ingin hal itu terjadi karena ia tak punya waktu lagi untuk mengumpulkan uang untuk membelikan hadiah di  hari ini. Tapi hari ini menjadi hari naas buat Yanto, ia tertangkap oleh Japrak. Kudil lalu berusaha untuk meraih uang yang ada di saku celana Yanto.
“jangan mas”
“minta dikit aja buat makan, pelit banget kamu”
“tapi duitnya mau aku pake…”
“halah di pake buat apa? Nih lima ribu aja cukup. Anak kecil ndak usah banyak-banyak”
Yanto hanya terdiam saja tak berdaya melihat perlakuan mereka kepada dirinya. Namun tak setetespun air matanya tertumpah karena ia selalu teringat nasehat ibunya kalau kehilangan sesuatu, di ikhlaskan saja, mungkin itu bukan rejeki kita dan pasti jika kita ikhlas, kita akan mendapat gantinya suatu hari nanti, bahkan akan lebih banyak lagi. Dengan nasehat itu, ia terus semangat. Lagi pula ia masih menyimpan sebagian uangnya di tempat lain yang tak di ketahui dua preman tadi. Tapi tetap saja jumlahnya belum sesuai dengan harga barang yang ingin ia beli. Dan ia melanjutkan lagi untuk mencari kekurangannya.
                           ########################

            Di rumah Yanto terlihat kerumunan warga. Ternyata penyakit yang di derita ibunya semakin parah dan harus segera di bawa kerumah sakit. dengan mobil pak RT dan beberapa warga, ikut mengantar ke rumah sakit terdekat dan beberapa lagi ada yang bertugas mencari Yanto karena ibunya sedari tadi hanya memanggil nama Yanto dan ingin bertemu.
                                  ######################

            “sudah jam tiga lewat, uangnya juga belum cukup ni” gerutunya dalam hati setelah menghitung memastikan uang yang sudah terkumpul. “keburu tutup ni” lanjutnya
            Tiga puluh menit pun telah berlalu, tapi uangnya Cuma bertambah sedikit dan belum juga cukup untuk membeli kebaya yang ia sudah lama menginginkannya. Tapi ia tak mudah menyerah, ia terus berjuang dan berdoa.
“niat baek pasti ada jalan keluarnya. Apalagi ini buat seorang ibu yang telah melahirkan aku. Bismillah..”
Ia mulai mengadu nasib pada tiap mobil yang berhenti di lampu merah. Ia menghampiri mobil putih yang terlihat mewah semewah hati yang sudi bersedekah member sedikit rejeki, harapannya.
“kok banyak banget to pah ngasihnya” ucap seorang istri yang melihat suaminya yang ingin memberi uang sepuluh ribu kepada Yanto.
“udah gak apa-apa, kasihan kan. Lihat badannya udah kurus kering gitu” jawabnya sang suami lalu membuka kaca mobilnya dan menyodorkannya kepada Yanto.
“ndak ada kembaliannya pak”
“itu buat kamu semua nak”
“ini semua pak? Makasih banget ya pak” ucapnya sumringah dan langsung berlari ke pasar bringharjo untuk membeli kebaya itu.
Tapi sayang, sesampainya disana ia melihat kios penjual kebaya itu sudah tutup.
“mbok, kios di sebelah situ sudah tutup ya?”
“iyo le, baru saja tutup. La itu orangnya”
“makasih mbok” ucapnya keburu-buru untuk mengejar pemilik kios itu.
ia terlihat kelelahan setelah berlari mengejar pemilik kios yang sudah mau pergi dengan becak.
“tunggu dulu bu”
“ada apa le?”
“ibu yang jual kebaya itu ya?”
“iya betul”
“bu saya mau beli kebaya warna biru itu”
“tapi sudah saya tutup le”
“tolong bu.. ni buat kado simbok saya di hari ibu ini”
Mendengar alasan anak itu, si penjual itu justru pikirannya melayang kepada anak laki-lakinya yang dulu juga selalu memberi hadiah di setiap hari ibu. Hatinya juga mulai terketuk melihat niat baek anak yang ada di depannya itu.
“ya sudah ayo kita ke kios lagi”
“trima kasih bu”
Dan mereka berdua berjalan menuju kios untuk mengambil kebaya yang Yanto inginkan.
“mau pilih yang mana le?”
“kebaya yang warna biru yang disitu kemana ya bu?”
“yang ini..” sambil mengambil baju itu dari tumpukan.
“iya bu” wajahnya terlihat senang melihat kebaya itu masih ada. “harganya berapa bu”
“yang itu lima puluh lima”
Kemudian Yanto mengeluarkan uangnya dan menghitung kembali.
“wah uangnya kurang seribu bu”
“ya sudah ndak apa-apa”
                           ############################

            Ia pulang dengan hati yang mungkin tak bisa di ungkapkan dengan kata-katanya. Berharap bisa segera memberikan kebaya yang baru saja ia beli kepada ibunya. namun kegembiraan itu sedikit memudar ketika ia tak melihat ibunya di rumah. Setelah ia tak juga menemukan ibunya di rumah, ia lalu bertanya kepada pak Herman yang kebetulan sedang lewat depan rumahnya.
            “pak lihat simbok saya ndak?”
            “o simbok mu tadi di bawa kerumah sakit To”
            “la simbok saya kenapa?”
            “tadi penyakit simbok mu makin parah. Trus pak RT yang mengantar ke rumah sakit”
            Tanpa pikir panjang, Yanto lansung berlari menuju ke rumah sakit dengan tas kresek yag masih di tangannya. Ia terus berlari tanpa menghiraukan sekitarnya karena yang ada dalam pikirannya hanya ibunya saja. Sampai ia tak melihat ada mobil yang melaju kencang ke arahnya, dan tak dapat menghindar lagi, mobil itu menabraknya hingga terpentah beberapa meter. Seketika tempat itu di padati orang-orang yang berada tak jauh dari tempat kejadian. Sebelum ia tak sadarkan diri, ia sempat menitipkan tas kresek itu kepada seseorang dalam kerumunan yang ia kenal.
            Kemudian Yanto di bawa kerumah sakit dimana ibunya juga dirawat disana. Pak RT yang sedang mengurusi ibunya Yanto pun melihat Yanto yang sedag di bawa ke ruang ICU.
            “maaf kenapa dengan Yanto” Tanya pak RT
            “tadi ketabrak mobil pak. Dan tadi sempat menitipkan ini untuk ibunya”
                           #############################

            “bagaimaa dok keadaan Yanto?”
            “anda bapaknya?” balik Tanya sang dokter
            “bukan, saya tetangganya. Kebetulan ibunya juga dirawat disini dan saya yang mengurusnya. Lalau bagaimana keadaan Yanto dok?” tanyanya sekali lagi.
            Dengan lesuh dokter itu meminta maaf. Dan seakan kata itu sudah mewakili semuanya. “dia kehilangan banyak darahnya dan saya sudah berusaha sebisa saya. Tapi yang di atas berkehendak lain”
            “jadi Yanto..” pak RT tak mampu meneruskan kata-katanya.
            “iya. Dia meninggal pak”
            “innalillahi wa innailaihi rojiun”
            “tolong sampaikan pada keluarganya pak”
            “baik dok”
                          #################################

            Begitu siuman, pertama kali yang ia panggil adalah nama anaknya, ia terus memangil nama anaknya. Walau pak RT menyuruhnya untuk istirahat dulu, ia tetap saja ingin bertemu anaknya sekarang juga.
Pak RT tak tahu lagi harus berkata apa untuk menjawab pertannyaannya yang terus tentang Yanto anak semata wayangnya. Pak RT hanya bisa berbohong untuk segara mencari Yanto. Di luar ruangan itu, lagi-lagi ia terdiam mencari cara untuk memberi kabar yang sudah pasti akan menganggu keadaan ibu Ynato yang baru saja siuman. Sepuluh menit kemudian dengan langkah ragu ia masuk kembali. Mulutnya benar-benar tak kuasa untuk bicara yang sebenarnya tentang keadaan Yanto.
“ibu istirahat saja dulu, si Kirman sudah saya suruh untuk mencari Yanto” ucapnya berbohong lagi.
Tiga puluh menit berlalu, ibu Yanto semakin tak tenang, seolah tahu dengan keadaan Yanto sekarang. Namun pikirannya tak sejauh kenyataan. Ia terus memaksa pak RT untuk mencarinya juga. Melihat keadaan ibu Yanto yang terus memaksa, akhirnya pak RT memberanikan diri untuk menyampaikan dan memberi titipan dari Yato sebelum meninggal.
“o iya, ini ada titipan dari Yanto bu”
“makasih ya pak. Tapi kenapa Yanto ndak memberikannya sendiri? Memangnya Ynato kemana pak?”
Hanya kata yang terbata-bata yang bisa keluar dari mulut pak RT.
“Yanto kenapa pak?” ibunya semakin cemas.
“Yanto.. dia..”
“iya Yanto kenapa pak? Cepat katakan”
Pak RT menarik nafas untuk mengumpulkan seluruh keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya. “Yanto meninggal kecelakaan saat mau kesini bu”
“meninggal?” hanya itu yang terucap dari mulut ibu Yanto sebelum ia terdiam dan air matanya mulai membanjiri pipinya lalu hanya bisa terbaring lemas. Kondisinya menurun drastis.
Pak RT langsung keluar untuk memanggil perawat untuk mengecek keadaannya.
                                         ##################

            Di pamakaman, orang-orang tertunduk pilu. Taburan bunga, tetesan air mata yang berbaur iringan doa mengantar kepergian Yanto. Awan terlihat meredup seakan tahu dan mewakili apa yang sedang ibu Yanto rasakan saat ini.
            Satu per satu orang sudah mulai meninggalkan pemakamanan itu. Tapi ibu Yanto tetap tinggal dan terus menatap nama Yanto di papan yang berdiri tertancap di gundukan tanah itu. Air matanya terus berlinang membanjiri tanah. 
        

             
               

Senin, 17 Desember 2012

ketika...

ketika bangsa indonesia kehilangan indonesianya...
semua sudah berganti british...
dimana pemudamu yang dulu selalu teriak...
kami putra dan putri indonesia berbangsa satu, bangsa indonesia...
tentu bukan salah mereka yang tak lagi berteriak...
kemana indonesia ketika semua meraja lela...
kemana indonesia ketika semua tak terbatas...
kemana indonesia ketika semua butuh tindakan tegas...
banggakah dirimu menyebut indonesia ketika yang ada hanya kemunafikan?
indonesiakah dirimu saat rumahmu hanya di huni para ular-ular berbisa?
dan ketika bangsa indonesia sudah kehilangan indonesianya...
yang tersisa hanyalah ego...

Minggu, 16 Desember 2012

penyesalanku...

   aku duduk di sebelah tidurnya yang pulas. pelan-pelan aku tarik ke atas selimutnya yang hanya menutupi kakinya. aku terdiam memandang lama wajahnya yang pulas tertidur, begitu damai begitu polos, seperti tak ada beban yang terlihat dari wajahnya. hela nafaasnya pun begitu tenang. ku rapikan rambutnya yang mulai menutupi setengah wajahnya. dengan lembut ku cium keningnya. aku merasakan detak jantungku ini semakin kencang memompa darahku. ada sesuatu yang beda sedang menghantam hatiku ketika ku lepas ciumanku dari keningnya.
   mataki kian nanar memandang dalam polosnya wajah itu. tak sadar air mataku membuncah dan akhirnya tertumpah ke pipiku hingga menetes membasahi selimutnya.
   "maafin mamah sayang. kamu terpaksa harus ikut menanggung beban ini, beban yang seharusnya mamah yang menanggungnya sendiri"
   air mataku semakin deras mengalir di pipiku. suaraku yang tersendat-sendat pun akhirnya membuatnya terbangun.
   "mamah kenapa kok menangis?'
   cepat ku usap seluruh iar mataku yang masih tersisa dipipi. aku dekatkan wajahku ke wajahnya.
   "mamah tidak apa-apa sayang. kamu tidur lagi ya sayang"
   lalu ku kecup sekali lagi keningnya sebagai pengantar tidurnya.
   ku tahan sekuat tenaga agar air mata ini tak terjatuh lagi, namun tetap saja tak tertahan ketika aku sadar malam ini adalah malam terakhir aku melihatnya tertidur, bahkan tak bisa melihatnya terbangun di pagi hari dan tak bisa mendengar suaranya memanggil namaku setiap pagi.
   aku benar-benar merasa hati ini hancur ketika harus berpisah dengan buah hatiku yang mash berusia empat tahun ini.
   andai perceraian ini tak pernah ada, pasti semua tak seperti ini. tapi nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terjadi, aku tak bisa berbuat apa-apa lagi selain menerima semua konsekwensi atas apa yang kulakukan.
   belum puas aku memandang wajahnya, mas wahyu sudah menarikku keluar dari kamar anakku dan tak menghiraukan suaraku yang memohon agar aku di ijinkan lebih lama menemani tidur anakku. setelah sampai di ruang tamu, ia kembali emosi dan kasar, sepertinya sudah begitu bencinya padaku. walau aku tahu semua ini juga salahku. cintanya yang tulus, kelembutannya yang dalam, perhatiannya yang tinggi dan kesetiaannya yang tak diragukan lagi, tapi aku sia-siakan dengan perselingkuhanku dengan mantan pacarku waktu SMA dulu yang kini pergi entah kemana setelah puas mendapatkan semua yang ia mau.
   aku tahu bagaimana rasanya di hianati, dan aku maklumi sikapnya yang begitu kasar sekarang. aku menyesal sudah melakukan ini semua. tapi inilah yang harus aku tanggung atas apa yang sudah aku lakukan yang sepantasnya tak ku lakukan setelah aku bersuami.
   "ya sudahlah, semua ini sudah jadi hukuman buatku.  maafkan aku mas, maafkan aku nak"
   dengan lesu aku langkahkan kaki ini keluar meninggalkan semua yang telah aku bina selama lima tahn bersama mas Wahyu. sekitar empat meter dari rumah itu, aku berhenti dan menoleh lagi untuk terakhir kalinya. pintu itu sudah tertutup rapat, seolah tak ada lagi pintu untukku, untuk permintaan maafku.
   lagi-lagi air mata ini tertumpah sejadi-jadinya, entah kemana aku harus melangkahkan kaki ini.


#jogjakarta malam#

Selasa, 04 Desember 2012

selembar foto...

   suara hujan kini mengalahkan lagu waltz muram yang di bawakan oleh tika and the dessident lagu kesukaannya. dari duduknya yang termangu, matanya terus menatap keluar dari kaca jendela yang ada di sampingnya. menatap tiap tetesan hujan yang mengenai barisan bunga matahari. hujan pula yang sudah mengurungnya di restoran ini selama hampir tiga jam.
   tatapan matanya kian nanar, membuatnya teringat pada satu wajah yang masih melekat erat pada ingatannya. wajah yang hampir tiap hari hadir menemani alam mimpinya, tak terkecuali tadi malam. seseorang yang sampai kini masih ia harapkan, masih ia rindukan dan masih ia cintai.
   perlahan tatapan itu menjelma menjadi lamunan, lamunan yang  mengajaknya kembali kemasa dua tahun silam. tepat di tanggal ini dan di tempat ini pula. sebuah perayaan kecil bersama pacarnya yang sedang berulang tahun, dengan kue tart kecil yang hanya cukup di tempati angka satu dan angka tujuh. itu merupakan moment terindah yang terakhir dengan pacarnya sebelum kejadian menyakitkan itu terjadi.
   abu rokoknya terjatuh dari tangannya, rokok yang tak terhisap selama tiga menit. ia pun tersentak tersadar dari lamunannya dan kembali kedunia nyatanya. matanya tak lagi nanar menatap hujan di luar sana, melainkan ke arah meja di depannya. seorang gadis berkerudung yang duduk menghadap ketimur sama dengannya hingga ia tak bisa melihat wajah gadis itu. ia baru sadar kalau gadis itu sudah duduk disana lebih dulu darinya. duduk terdiam tanpa banyak aktifitas yang dia lakukan, hanya terkadang tangannya yang sesekali terlihat mengibaskan ujung kerudungnya ke belakang.
   dan entah mengapa gadis itu justru mengusik dirinya. rasa itu kian tumbuh subur dalam otaknya yang kini berbuah rasa penasaran yang sangat. kepalanya ia julurkan keatas sedikit ke kanan mencoba mengintip apa yang sedang gadis itu lakukan. ia melihat gelas yang isinya tinggal beberapa teguk saja dan sepiring pizza yang tersisa dua potong di sebelah kanannya. namun ia tak berhasil melihat apa yang sedang gadis itu lakukan, bahkan wajahnya pun tak terlihat. tapi sepertinya gadis itu sedang menatap sesuatu yang ada di hadapannya, tangannya pun tak banyak bergerak hanya gerakan bahu yang naik turun. tak lama setelah itu, tangannya mulai bergerak ke arah wajahnya dan mengusap sesuatu yang ada di wajahnya. sepertinya gadis itu menangis. ia semakin penasaran di buatnya. sebenarnya apa yang ada di hadapanya itu yang membuat gadis itu diam terpatung dan tiba-tiba menangis kini tanpa sebab yang pasti.
   ingin sekali ia menghampirinya, tapi apa daya, ia tak punya alasan tepat untuk mendekatinya, bahkan kenal saja tidak. dan meski ia hanya bisa melihat dari belakang, ia tahu bahwa gadis itu kini tangisnya semakin menjadi dan semakin pula hal itu mengusik hatinya. ingin peduli tapi ia tak mengenalnya, ingin cuek tapi terus mengganggu pikirannya. dan lamunan dalam kesendiriannya sekarang benar-benar terusik oleh rasa penasaran itu. tapi tetap saja tak banyak yang ia bisa lakukan selain hanya memperhatikan gadis itu dari belakang.
   menjelang jam sepuluh malam, ia melihat para waiter sudah bersiap-siap untuk tutup. ia pun berkemas bersiap untuk pulang karena sudah terusir secara halus oleh lampu-lampu yang sebagian sudah padam. ia sengaja melewati meja itu yang sudah di tinggalkan oleh gadis tadi, lima menit lebih dulu darinya. ia tehenti, ia terhenyak ketika yang di lihat di atas meja itu adalah sepotong kue tart yang sudah terpotong satu porsi. "jadi... dia sedang merayakan sesuatu sendirian". ucapnya dalam hati setelah mendeskripsikan apa yang ia lihat di meja itu. ia juga tak sengaja melihat sesuatu seperti kertas foto namun terbalik yang terjatuh di bawah meja. tanpa sebab yang pasti tangannya tergerak untuk mengambil kertas itu. kini ia hanya bisa terdiam dan duduk kembali setelah apa yang ia lihat dari foto yang kini di tangannya. untuk beberapa menit ia terlupa pada tujuan utamanya untuk pulang.
   "maaf mas, kita sudah mau tutup" akhirnya ada ucapan yang mengusirnya dari tempat itu.
   ia pun segera beranjak dari tempat itu dan membawa foto tadi. sebuah foto perayaan ulang tahun yang di ambil dua tahun lalu, tepat di tanggal ini dan tempat ini pula.

#jogja 04-12-12 malam#

Kamis, 29 November 2012

bensin ajaib

sebenarnya ia malas untuk menerima ajakan Reno untuk nongkrong setelah pulang kerja. ia lelah, tenaganya sudah terkuras habis oleh pelanggan yang begitu ramai tadi. namun rayuan maut Reno mampu mengalahkan itu semua.
berpayung lampu-lampu kota, ia melajukan motornya dengan cepat, walau sebenarnya tak butuh waktu lama untuk sampai di tempat yang mereka janjikan. dalam hatinya ia selalu berharap pada gerimis ini agar Reno membatalkan janjinya. namun apadaya, harapannya musnah begitu ia lihat Reno sudah berada disana. sepertinya Reno niat betul untuk ketemu dengan Angger. entah karena memang sudah lama tak bertemu atau memang ada hal yang ingin Reno bicarakan kepada angger.
"akhirnya datang juga kamu ger" ucap Reno setelah Angger duduk di hadapannya.
"tadinya sih males, tapi berhubung kamu pilih tempat yang sejalur arah rumahku, ya aku pikir apa salahnya untuk mengiyakan tawaranmu" jawab Angger sambil mengusap rambutnya yang basah setelah berlari dari tempat parkir menerobos gerimis yang kini telah menjadi hujan. tak lupa juga ia segera memesan capucino panas untuk menghangatkan tubuhnya.
dalam secangkir capucino yang bisa menghangatkan suasana di kala hujan masih mengguyur, mereka asik berbincang bak ibu-ibu yang sedang asik ngerumpi, yang akhirnya mereka putuskan untuk pulang setelah hujan benar-benar reda.
ia melihat jam ditangannya sudah menunjukan pukul dua belas lewat empat puluh lima. ia tancap gas secepat mungkin agar cepat sampai dirumahnya karena yang ada dalam benaknya hanya bantal dan kasur yang sudah memanggil-manggil namanya sedari tadi. tapi lagi-lagi angannya pupus di tengah jalan. untuk ketiga kalinya ia naas setelah naas tak bisa pulang cepat, naas kehujanan saat menuju tempat tadi dan sekarang harus naas karena motornya kehabisan nyawanya. ia tadi lupa untuk mengisi bensin. dengan terpaksa ia harus mendorng motornya sampai rumahnya yang masih sekitar satu kilo lagi karena ia tahu tak mungkin ada warung penjual bensin eceran yang masih buka jam segini. sedikit demi sedikit keringatnya mulai membasahi sekujur tubuhnya. ia berusaha melewati jalan pintas untuk mempersingkat jarak walau ia tahu akan melewati tempat-tempat yang sepi dan gelap.
tiba-tiba ia di kejutkan oleh suara wanita yang berteriak menghentikannya. setelah di lihat ternyata wanita itu sedang merintih kesakitan, tangannya terus memegang perutnya yang tambun. wanita itu tengah hamil besar. wanita itu meminta Angger untuk mengantarkannya kerumah bidan untuk melahirkan.
"tapi motor saya kehabisan bensin bu"
"sebentar ibu ambilkan bensin dirumah, kebetulan ibu jualan bensin"
tanpa basa-basi Angger menerima tawaran ibu tadi karena ia tak mau mati kelelahan mendorong motornya.
"suami ibu kemana kok gak nganterin?" pertanyaan itu akhirnya keluar juga dari mulut Angger setelah otaknya di penuhi rasa heran.
"suami ibu belum pulang dari mengantar barang" jawabnya disela menahan rasa mulas.
akhirnya motor Angger berhenti tepat di rumah dengan papan besar yang bertulis bidan Retno Anggraeni.
"terima kasih nak. biar nanti suami ibu yang jemput ibu kesini"
"saya bu yang seharusnya terima kasih sudah di beri bensin. kalau gak ada ibu, saya pasti masih sibuk dorong motor, malah dorong sampai rumah. ya sudah kalu begitu saya pulang dulu bu. dan semoga bayi ibu lahir dengan selamat"
ibu itu hanya tersenyum dan gontai berjalan menuju pintu yang masih tertutup.
                                                               ****************

tiga minggu setelah kejadian di malam yang naas itu, ia teringat satu hal yang mengganjal pikirannya. ia ingat betul sudah tiga minggu ini ia tak mengisi bensin. tapi entah kenapa jarum spedonya tak pernah bergerak turun, padahal ia yakin spedonya masih berfungsi dengan baik dan anehnya lagi, motornya tak pernah kehabisan bensin selama ini. ia benar-benar bingung dan tak percaya. lantas saja ia memeriksa langsung ke tangki motornya. betapa kagetnya ia setelah melihat tangki motornya kosong tak ada bensin setetespun. tiba-tiba jarum spedo tadi menunjuk ke huruf E.
ia tak percaya dengan semua ini. setelah ia mengisi bensin motornya penuh, ia segera berangkat kerja dan memilih rute yang melewati rumah ibu hamil itu. dan alangkah kagetnya lagi ternyata rumah itu adalah sebuah kuburan. ia terdiam, masih meyakinkan diri bahwa dirinya masih hafal betul lokasi rumah itu. tapi kenyataan kini tetap adalah sebuah kuburan yang ada di depannya. "jadi wanita hamil itu..." ia cepat-cepat pergi dari sana setelah bulu kuduknya mulai berdiri.

#jogja 29-11-12 jam 12 malam#

Kamis, 22 November 2012

my monster...

hai monster...
entah kenapa kamu menjelma seperti ini dan masih saja bersarang disini. menggerogoti hati menyiksa diri. meracuni setiap darah yang mengalir hingga otak. memaksaku untuk membunuh.
monster..
aku ingin sekali lepas dari kamu yang seperti ini. bukan seperti ini. jadilah yang ku mau saja. biar aku bisa tenang bersama hujan. karena aku ingin lihat pelangi ke dua...

Rabu, 14 November 2012

Selasa, 13 November 2012

tanda-tanda yang tak bertanda...

di antara tanda-tanda kekuasaanNYA yang tak bertanda
dalam kepastian yang terjadi yang tak bisa di telusuri
hanya sebuah duka yang kini tersisa menyayat
bersama lantunan doa dalam sebuah ayat
semua tertumpah ruah dalam tangis
membanjiri takdir yang sudah tergaris
di antara tanda-tanda kekuasaanNYA yang tak bertanda
dalam kepastian yang terjadi yang tak bisa di telusuri
ia pergi...

(aku dedikasikan untuk teman, keluarganya dan yang berduka atas kepergiannya)

Minggu, 11 November 2012

hilang


lagu ini aku ciptakan saat aku merasa kesepian di phaRazit in action studio. tentang suatu kehilangan yang selalu mengahantuiku.... aku hanya ingin mengexpresikan apa yang aku rasakan walau memang suaraku ancur. yang penting berkarya... @phRzt 280912 10:04 wib


di malam ini aku sendiri
di bawah langit yang bertabur bintang-bintang terang
menari resah seperti hatiku
yang sepi tanpa kehadiran kamu lagi sayang

di malam ini aku berharap
dirimu datang tuk menamani diriku sayang
sejanak saja obati rinduku
namun dirimu tetap saja dan berlalu

tak akan ada lagi
senyummu menamani
disetiap langkah-langkahku
tak akan ada lagi
ceriamu mewarnai
menghiasi hari-hariku
hilang...

selamatkan aku dari tempat ini
dari kesepian tanpa kamu disisiku sayang
dengarkan aku suara hatiku
yang masih memanggil namanu di setiap waktu...

hai monster...




hari ini aku lagi muak denganmu, karena hari ini kamu berubah jadi zombie yang mengoyak-oyak dinding hatiku dan mulai mengkontaminasi hatiku dengan air liurmu yang beracun, bahkan mengalir ke seluruh tubuh hingga aku terjangkit sindrom mayat hidup sepertimu.
bisa gak kamu berubah jadi sesuatu yang indah, bukan zombie seperti ini. aku tak butuh dia. apalagi alibinya.

Jumat, 09 November 2012

apa ini yang namanya cinta?

   seperti biasa ia terbangun sebelum sang fajar keluar dari peraduannya, ia dan santri yang lain bergegas ke masjid untuk melaksanakan sholat subuh yang selalu di lanjutkan dengan mengaji sampai sang fajar tersenyum dan melambaikan sinarnya. maklum saja ia adalah seorang santri di sebuah pondok di kota ini.
   waktu itu hari minggu, saat ia sedang mengantri makanan favoritnya untuk sarapan di tempat mbok Jum yang berada tak jauh dari pondoknya, karena pondoknya berbaur dengan kawasan rumah penduduk jadi selain para santri-santri yang selalu wira-wiri di kawasan ini, masih banyak penduduk yang lain berlalu lalang. sebelum ia sampai di barisan pertama, matanya tak sengaja melihat seorang lelaki berkulit putih dengan wajah yang begitu bersih nan imut menurutnya, apalagi saat itu wajah lelaki itu basah terkena keringat yang mengalir sampai ke leher dan bersarang di handuk kecil yang melingkar di lehernya. lelaki itu sedang joging sendirian. belum sampai 2 menit, pandangannya ia alihkan ke lain arah agar dia tak mengetahui bahwa dirinya sedang memperhatikannya. "subhanallah cowok tadi imut banget" ucapnya dalam hati sebelum akhirnya ia sadar dan mengucap astagfirullah. kini pikiran itu hilang berganti bubur di tangan yang sudah ia tunggu-tunggu.
   kini sudah genap seminggu dan ini sudah ke empat kalinya ia melihat lelaki itu, wajah lelaki itu masih sama seperti hari-hari yang lalu. tapi entah kenapa kali ini ada yang lain di hatinya, ia merasa berdebar-debar. mungkin karena kali ini tanpa sengaja mata mereka saling beradu dan lelaki itu sempat tersenyum padanya sebelum ia menundukkan wajahnya karena ia tak mau terlalu lama bertatap mata dengannya. ia pun tak membalas senyumannya, ia terlalu malu melakukan itu.
   setelah jadwal mengajinya selesai jam 22:00, ia langsung pergi ke asramanya untuk segera tidur karena ia merasa badannya lelah dengan aktifitasnya di pondok ini. namun tiba-tiba wajah dan senyuman itu terlintas mengganggu  pikirannya, bahkan hatinya semakin tak jelas apa yang ia rasakan kini. tapi ia tak mau menyimpulkan apa ini. ia geleng-gelengkan sembari mengucap astagfirullah berulang-ulang sampai pikirannya bersih dari bayangan itu dan ia bisa segera tidur.
   hari ini ada yang lain ketika ia rutin sedang mengantri bubur mbok Jum, matanya clingak-clinguk seperti elang sedang mencari mangsa sampai temannya heran dengan apa yang ia lakukan. "gak cari apa-apa kok" jawabnya setelah sinta tanya padanya. tak berselang lama, ia melakukan hal itu lagi, ada sesuatu dalam hati yang berbisik padanya untuk terus mencari lelaki itu. sampai bubur sudah ditangan, ia belum juga melihatnya. bahkan sebelum masuk pintu gerbang ia sempat menoleh sebentar ke belakang berharap melihanya.
   tak terasa kini sudah genap satu minggu ia tak melihatnya. hatinya makin berontak untuk bisa bertemu dengan lelaki itu. entah ada apa dengannya kini, baru kali ini ia merasakan hal seperti ini. apa ini namanya cinta? ia benar-benar tak tau karena ia belum sekalipun pernah dekat dengan manusia yang bernama lelaki, apalagi merasakan yang namanya cinta. ia pun tak berani bercerita dengan temannya, ia takut kalau bukan jawaban yang ia dapatkan, melainkan sebuah ceramah. namun perasaan ini begitu menyiksanya. "apa ini yang namanya cinta?" ia bertanya dalam hati. "apa ini yang namanya cinta?" lalu ia bertanya sekali lagi pada bintang jatuh yang tertangkap oleh kedua matanya dari balik kaca jendela asramanya. dan ia berharap ini adalah cinta, cinta pertamanya, cinta yang pada pandangan pertamanya. agar ia bisa merajut asa dalam mimpi, mimpi malam ini.

"jogja 09-11-12 malam"

Selasa, 06 November 2012

keresahan yang terjawab (D.K.Y.I)

   seperti biasa aku terbangun jam 06:00 wib. tapi kali ini ada yang lain dalam perasaanku, aku resah. entah kenapa tiba-tiba aku teringat dengan dia, tak biasanya aku seperti ini. untung perasaan itu segera berganti  bersama datangnya telpon dari pacarku. tapi ternyata telpon dari pacarku tak bisa menghilangkan keresahan  tadi. tak ambil pusing aku lekas segera mandi karena hari ini aku dapat shift pagi.
   "gila. ini bener-bener gila. kenapa sih pikiran dan perasaanku masih saja padanya" gerutu setelah mandi yang masih saja kepikiran dia. aku tak tahu sebenarnya ada gerangan apa yang terjadi, namun aku berusaha untuk positif thinking kepadanya. walau sebenarnya aku juga sudah hampir setahun ini tak komunikasi lagi dengan dia. dan aku berharap dia baek-baek saja. sebenarnya ingin aku telpon dia untuk memastikan kabar dia, tapi waktu sudah tak memberiku kesempatan untuk menelponnya. aku harus cepat-cepat pergi ke tempat kerja.
   aku kira di tempat kerja aku akan terlupa dengan keresahan yang menghantuiku sekarang ini seiring kesibukan pekerjaanku sebagai pramuniaga yang berjaga di outlate kosmetik, namun perasaan itu tak juga hilang. aku mulai tak konsen dengan pekerjaanku. bahkan aku tak mendengar saat customer memanggilku.
   "mbak..mbak" dia memanggilku lagi lebih keras
   "oh iya mas maaf. bisa saya bantu?" jawabku gelagapan.
   "parfum gatsby biru ya mabk, yang besar" ucapnya santai namun mampu membuatku semakin tersentak ke keresahan tadi.seakan lebih jelas dan semakin jelas aku teringat akan dirinya, semuanya.
   keresahan yang ada padaku ternyata di ketahui temanku, bahkan katanya sejak aku datang dia sudah bisa melihat dari raut wajahku yang tak seperti biasanya. "gak tau ni San, tiba-tiba aku teringat dia terus dari bangun tidur tadi" jawabku setelah dia tanya ada apa denganku.
   "itu udah biasa Na. namanya juga mantan, pasti bisa tiba-tiba inget dia. dan itu tandanya kamu kangen dia" lalu dia tersenyum seperti menyindirku.
   "tapi kali ini beda San, ada suatu keresahan yang aku sendiri gak tau itu apa"
   wajah santi menyurut seiring wajahku yang serius. "ya positif thinking aja lah Na. kamu telpon aja dia" dia memberi usul.
   "sebenarnya tadi juga udah mau aku telpon, tapi gak sempet keburu berangkat. mungkin ntar pas istirahat aku coba telpon dia"
   "tapi kamu masih kuat sekarang untuk nglanjutin kerja?" dia bertanya cemas
   "masih kok" aku menjawab ragu.

                                 *************************

   waktu istirahat pun tiba, aku segera ke atas untuk istirahat di ruang loker. dan aku langsung sholat dzuhur sebelum aku mencoba telpon dia. tapi sayang lagi-lagi kesempatan itu tak ada karena lebih dulu HP ku berdering karena pacarku yang menelpon.
   "maaf yang baru selesai sholat" suaraku lusuh tak bersemangat yang rupanya di ketahui oleh pacarku. dan aku coba untuk tak bercerita soal ini karena aku tahu  dia tak pernah suka jika aku sebut nama DAN di depannya. maka aku terpaksa berbohong padanya.
   "ya sudah kalo gitu. oya nanti sore keluar yuk. mumpung malem minggu" ajaknya penuh semangat.
   "maaf yang, kayaknya aku gak bisa, rasanya hari ini aku pengen istirahat dirumah aja" tolakku.
   "tapi benar kamu gak kenapa-napa kan? kalo gitu aku kerumah aja ya nemenin kamu"
   "gak usah juga yang, aku cuma butuh waktu buat tidur aja kok"
   "ya sudah kalo gitu"
   aku lihat jam hampir pukul satu. aku paksakan makanan ini masuk ke dalam mulutku yang sebenarnya enggan untuk makan sebelum waktu istirahatku habis gara-gara pacarku tadi telpon.
   aku kembali bekerja yang berteman keresahan yang belum juga hilang. raut wajahku tak banyak berubah seperti tadi, cara kerjaku juga malas-malasan, lebih banyak aku habiskan untuk melamun mumpung partnerku yang shift siang sudah datang, dengan begitu aku tak terlalu sibuk melayani customer hingga waktunya pulang pun tiba.
   tepat jam 16:00 aku keluar dan aku dapatkan sebuah pesan yang membuat aku sedikit kaget, bahkan rasanya semakin bergetar tak percaya di tambah tak mengerti dengan tulisan yang ada di pesan tadi yang berbunyi "aku tunggu kamu di kedai pizza jam 17:00". tak kusangka justru dia yang sms aku lebih dulu walau aku tak mengerti dengan isi sms itu.
   sesampainya di rumah aku lansung mandi dan bergegas ke tempat dimana dia sudah menunggu. entah mengapa juga aku seperti terhipnotis untuk segera datang ke tempat itu. aku pacu laju sepeda motorku agar cepat sampai disana. setelah sampai disana aku tak melihat motor milik DAN terpakir. namun setelah aku masuk, aku lihat dia sudah berada di meja paling pojok. dengan langkah ragu aku mendekatinya dan semakin dekat dengan dia semakin jelas tubuh yang berbeda dengan 2 tahun lalu. "sekarang dia gemukan" ucapku dalam hati. aku coba menyapanya setelah aku berada tak jauh darinya.
   "hai juga" ucapnya sambil tersenyum manis. senyuman yang begitu khas dari dirinya dan masih sama seperti dulu. lalu dia menyodorkan tangannya.
   aku tersentak saat menyentuh tangannya, tangannya begitu dingin ku rasakan. namun aku tak mau berpikiran yang macam-macam karena aku tahu tadi di luar hujan deras. "kamu kehujanan ya" tanyaku yang di jawab dengan anggukan kecil darinya. lantas aku tanya maksud dia mengundang aku untuk datang kesini. dia hanya menjawab pengen ngobrol saja denganku dan alhasil kami memang mengobrol sampai tak terasa sudah 1 jam disana. hingga akhirnya canda tawa kami surut ketika dia bicara dengan serius.
   "sebenarnya aku undang kamu kesini ada hal yang aku omongin"
   "apa itu dan?" aku bertanya cepat dan berharap itu ada hubungannya dengan keresahan tadi.
   "aku cuma mau pamitan sama kamu, aku sebentar lagi mau pergi"
   "kemana?" lagi-lagi aku bertanya cepat
    "pokoknya ke suatu tempat lah Na, tempat yang aku yakin aku akan tenang disana"
   "malam ini?"
   "iya malam ini, karena aku dapet panggilannya hari ini juga"
   "panggilan apa?" aku terdiam dan sebelum dia menjawab aku bertanya lagi "panggilan kerja ya?"
   dia hanya tersenyum entah apa maksudnya.
   "kalau begitu selamat ya, semoga dimanapun kamu, Allah selalu melindungi kamu dan melimpahkan rejeki buat kamu" lanjutku
   "amin.. oya aku juga mau berterima kasih karena kamu sudah membari kesempatan buat aku untuk merasakan kebahagiaan dengan kamu walau hanya sementara. tapi aku gak menyesal kok. kamu adalah anugrah terindah yang pernah kumiliki. sheilla banget nih" lalu dia dan aku tertawa. ternyata masih sempat-sempatnya dia bercanda seperti itu. "aku juga minta maaf kalau selama dengan kamu aku banyak berbuat salah dan membuat kamu kesal. tapi percayalah itu semua aku lakukan karena aku sayang kamu dan aku tak tau bagaimana cara yang tepat untuk menunjukkan ke kamu. tapi ya sudahlah itu hanya masa lalu saja dan biarkan menjadi kenangan yang tak kan hilang termakan waktu"
   aku tak kuat menahan diri untuk menangis "aku gak tau harus ngomong apa. aku hanya bisa minta maaf saja dan aku akan selalu mendoakanmu yang terbaik" sebelum tangisku semakin menjadi di tempat ini, aku putuskan untuk pamitan pulang saja.

                                  **************************

   aku rasakan suasana disekitar rumahku berbeda, aku lihat banyak orang-orang sibuk dan entah apa yang sedang mereka perbuat. aku perlahan masuk ke dalam rumah sambil menoleh kebelakang mencari sesuatu yang sebenarnya entah apa yang aku cari. sampai di dalam aku disambut oleh pertanyaan ibuku
   "dari mana kamu kok ampe malem gini baru pulang"
   "habis main bu" jawabku "oya ada apa to di jalan kok banyak orang?" akhirnya aku bertanya
   "emang kamu belum tau kabar dari DAN?" ibuku malah balik bertanya yang membuatku jadi penasaran
   "belum. emang ada apa dengan dia bu?"
   "dia kan meninggal tadi sore waktu mau berangkat kerja"
   kata-kata itu seakan membekukan aliran darahku, namun aku masih tetap bertahan untuk tak jatuh karena aku masih tak percaya dengan apa yang ibu katakan. "gak mungkin" celotehku lirih dan aku mencoba meraih HPku untuk menunjukkan sms terakhir yang dia kirim, karena aku tahu jam berapa biasanya dia berangkat dan jam kerjanya. kali ini aku benar-benar  tak sanggup bertahan oleh serangan ketidak percayaan ku itu, aku tak menemukan sms terakhir darinya yang aku yakin aku belum menghapusnya. "jadi yang aku temui tadi itu..." kepalaku mulai berat, pandanganku mulai kabur dan semua sendiku seakan terlepas dan aku terjatuh tak sadarkan diri...

"jogja selasa 06-11-12 di waktu petang"

dAN Bintang itu bersahabat

   "Kita adalah sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa
Seperti takkan pernah pulang kau membias di udara dan terhempaskan cahaya
Seperti takkan pernah pulang, ketuk langkahmu menarilah di jauh permukaan"

   lagu itu terdengar keras dengan dentingan piano yang khas. dan aku tahu dari mana asal lagu itu terdengar. ya, dari winamp komputer di bilik kerja Bintang. karena aku tahu ia sangat suka dengan lagu-lagu frau. dan hanya ia satu-satunya manusia di kantor ini yang selalu memutar winamp dengan volume yang keras hingga semua orang yang ada di ruangan ini mendengarkan. dengan terdengarnya lagu itu, berarti ia juga masih sibuk di depan komputernya, sedangkan orang-orang di ruangan ini satu per satu sudah mulai meninggalkan biliknya masing-masing, termasuk dengan aku yang sudah siap untuk pulang.
   dengan langkah ragu aku coba mendekatinya, aku lihat wajahnya masih serius memandag layar komputer di depannya hingga tak sadar dengan keberadaanku yang sudah di sampingnya. terpaksa aku menyapanya terlebih dahulu untuk membuka pembicaraan dengannya karena akhir-akhir ini aku merasa ia selalu menghindariku, bahkan sekedar ajakan keluar untuk makan saja selalu ia tolak dengan berbagai alasan dan ada satu nama yang ia buat sebagai tameng, yaitu DAN. setiap kali aku bertanya tentang dia, ia selalu menjawab dengan jawaban yang selalu sama. 
   "kita makan yuk, aku punya tempat asik buat dinner" 
   "kamu lihat kan aku masih sibuk" 
   "aku tunggu deh ampe kamu selesai" ucapku tak putus asa
   "habis ini aku ada janji ma DAN, maaf ya sayang ya"
   entah kenapa aku mulai kesal saat ia menyebut nama DAN sebagai alasannya. walaupun ia selalu bilang bahwa Dan adalah sahabat karibnya sejak SMU. tapi dari awal pacaran sampai sekarang akupun belum pernah bertemu atau sekedar di kenalkan dengannya. itu yang membuat aku sedikit ragu dengan alibi sahabat yang selalu ia ucapkan. 
   "dia lagi dia lagi, aku tu mulai ragu dengan hubungannmu sebagai sahabat dengan dia. sekarang jujur saja, sebenarnya ada apa kamu dengan yang namanya DAN itu?" aku menghela nafas "kamu tu lebih mementingkan dia dari pada aku yang jelas-jelas pacarmu" akhirnya suaraku sedikit mengeras.
   "kenapa sih kamu gak pernah percaya ma aku. aku sahabatan ma dia tu lebih dulu dari kita pacaran"
  "oke!! mungkin emang dia lebih dulu kenal kamu, tapi bukan bararti kalian bisa seenaknya.kamu tu sekarang pacar aku" aku benar-benar emosi di buatnya.
   "terserah kamu mau bilang apa. aku capek" 
   aku coba mengalah lagi kali ini. karena sebenarnya aku tak mau ribut dengannya. kuputuskan saja untuk pulang meninggalkan ia sendiri di biliknya.
                                                                        ***********
   bulan april hampir habis, aku masih saja tak mengerti apa yang terjadi dengannya. ia masih saja seperti itu. sekedar angkat telpon dariku saja ia tak mau apalagi membalas sms yang aku kirim.
  aku sudah tak tahan dengan perlakuan dia. hari ini, malam ini, akan ku pertanyakan lagi untuk yang terakhir kalinya. tapi ketika aku ingin menelpon dia, aku kalah duluan dengannya. sebuah pesan singkat yang berbunyi "aku ingin bicara ma kamu di tempat biasa kita makan". pikirku kebetulan sekali ia mengajak aku ketemuan. aku persiapkan segalanya termasuk kemungkinan terburuk untuk putus dengannya. 
   sampai di tempat yang di tentukan, aku di sambut dengan waiter yang mengantarku untuk ke meja yang telah di pesan Bintang. aku mulai bertanya, tak biasanya ia mau pesan tempat terlebih dulu. aku lihat ia belum berada di meja yang telah ia pesan. sepuluh menit sudah aku menunggunya, tapi ia tak kunjung datang juga. hpnya pun tak datap aku hubungi. aku mulai kesal dengannya. namun belum sempat aku meninggalkan meja, ada seorang lelaki menghampiriku dan memperkenalkan diri kepadaku. aku kaget bukan kepalang saat ia mengucap namanya. "ternyata ini yang namanya DAN" ucapku dalam hati. tanpa ku persilahkan duduk, ia menggeser kursi ke belakang dan segera duduk. sebelum ia membuka mulut, aku lebih dulu menghujaninya dengan berbagai pertanyaan yang selama ini menghantuiku. bahkan suaraku ku naikkan, ia tetap diam saja dan justru tersenyum ke arah belakangku. tak lama dari itu tiba-tiba berdiri seorang gadis membawa kue tart berdiameter sekitar 60 cm dan meletakkannya tepat di depannku hingga aku bisa melihat potret wajahku yang tercaving di sebuah coklat yang berada di tengah-tengah kue tart. aku bingung karena tak ku lihat Bintang ada disini. aku bertanya pada mereka. tapi belum sempat mereka menjawab, ku lihat Bintang berjalan kemari dengan mengenakan gaun putih hingga terlihat betapa anggunya ia.
   "selamat ulang tahun sayang" ucapnya penuh kemesraan ketika ia sudah berada di hadapannku.
   "jadi semua ini.."
   ia hanya tersenyum manis dan menyuruhku untuk meniup lilin yang sudah menyala dari tadi.
                                                             *********
   tak kusangka selama ini ia menghindar dariku hanya untuk menyiapkan hari ulang tahunku saja. ia menjelaskan juga bahwa carving coklat yang ada di tart itu adalah hasil karya sahabatnya, DAN. aku mulai mengerti kenapa ia selalu bertameng nama DAN saat aku mengajaknya keluar. ternyata memang benar DAN itu adalah sahabatnya sejak SMU dan gadir yang membawa kue tart itu adalah tunangannya. ternyata DAN Bintag itu bersahabat....
"trima kasih sayang"

(jogja selasa 06-11-12 dini hari)
  
  

Minggu, 28 Oktober 2012

28 oktober...



          Hawa terasa panas di dalam ruangan yang hanya berukuran 4x4, sepanas kepala-kepala dari empat orang remaja yang sibuk dengan suatu rencana yang sampai kini belum juga terselesaikan. Sebuah rencana besar yang ingin mereka lakukan seminggu lagi, tepat tanggal 28 oktober nanti.
Wajah-wajah yang nampak serius dan raut wajahnya terlihat memikirkan sesuatu. “gimana kalau kita bajak tugu di pusat kota yang terdapat jam digitalnya.” Ucap salah satu dari mereka yang membuat ketiga temannya bingung dengan usulan dari Bintang. Dan akhirnya ia mulai menjelaskan apa yang ia maksud setelah Beni bertanya. “jadi gini,  kita bajak monitor itu buat menyiarkan video sumpah pemuda. Gimana?” ucapnya sambil pandangannya mengarah ke temannya satu per Satu.
“boleh juga tu usulmu Tang” celoteh Rendi.
“trus gimana caranya?” wajah Andi masih bingung.
“kita gunakan bakat kita semua. Jadi kita bagi tugas. Beni kan jago soal computer tu, Rendi jago elektro, jadi kalian kebagian membajak sistem oprasional monitor yang ada di tugu itu. Aku bikin video sumpah pemuda”
“trus aku kebagian ngapain Tang?” Tanya Andi yang merasa belum kebagian jatah.
“kamu tour guide kita. Yang artinya kamu yang cari jalan gimana caranya kita bisa masuk ke dalam tugu itu”
“kalo itu serahkan ma aku” andi percaya diri.
“tapi kita perlu sistem kerjanya Tang”
“yup bener banget Ren” wajahnya mulai serius “jadi gini, pertama aku bikin video pake handycam. Trus handycam itu kita progam dan di sambungkan ke monitor itu. Kita program secara otomatis untuk mem_play video itu.”
“jadi kaya kita muter handycam yang di sambung ke tivi?” ucap Beni
“yup bener banget” Bintang menjentikkan jarinya yang di lanjutkan menunjuk kearah Beni. “gampang kan? Aku yakin kamu bisa memprogam otomatis ke monitor itu.” Lanjutnya yakin
“itu sih gampang”
Setelah semua jelas. Pekerjaan pertama adalah pekerjaan milik Bintang yang harus membuat video ikrar sumpah pemuda. Tapi ia ingin videonya bukan sekedar rekaman biasa. Ia punya ide untuk merekam semua dari banyak orang dan berbagai kalangan yang akan di jadikan satu. Ia mulai merekam dari beberapa siswa. Dilanjut ke tukang becak, trus tukang jamu, tukang bakso, polisi, pengamen, anak-anak punk, anak-anak komunitas sepeda, pegawai, penumpang bus. Dan yang jelas setelah ia membujuk dan mengajari mereka-mereka untuk lantang mengucapkan isi sumpah pemuda. Bahkan ia harus mengulang-ulang merekam saat ia merekam sebagian besar dari mereka yang susah sekali mengucapkan isi sumpah pemuda. Dalam hatinya ia prihatin karena ternyata masih banyak orang-orang yang tak hafal dengan isi sumpah pemuda, bahkan yang paling memprihatinkan adalah seorang siswa yang saling melempar nama saat Bintang meminta untuk mengucap isi sumpah pemuda untuk direkam.
Seharian sudah ia bekerja di jalanan. Videopun sudah cukup banyak yang ia kumpulkan. Kini saatnya mengedit video-video tadi.
“mau kamu bikin gimana video-video itu?”
“iya gimana Tang” celoteh Andi membuntuti ucapan Beni.
“pertama aku puter salah satu video ini dan di ikuti video-video lainnya hingga membentuk seperti sebuah koor”
Tiba-tiba tangan Rendi ia angkat tanda meminta waktu untuk bicara. “tapi selain video orang mengucap sumpah pemuda itu, kita selipin video tentang Indonesia atau kibaran bendera atau apalah. Biar gak bosen lihatnya” usul Rendi.
Bintang sangat setuju dengan usulan Rendi. Ia cukup searching dari internet saja. Dalam sekejap ia mengunduh banyak video-vidoe tentang Indonesia dan segera menyatukannya. Ini pekerjaan mudah baginya, tak sampai satu jam video itu sudah selesai dan di setujui oleh teman yang lain.
Kini saatnya mereka mencari cara agar mereka bisa menyelinap masuk ke tugu itu dan menguasai ruang control untuk menyambungkan handycam dengan sistem jam digital itu.
Kali ini mereka mengandalkan Andi. Tugas pertamanya adalah mengintai tugu itu seharian untuk mencatat aktifitas penjaga tugu itu. Hari pertama dan kedua gagal. Tak ada aktifitas penjaga di tugu itu. Hari ketiga ia berhasil melihat aktifitas penjaga sekaligus yang membawa kunci pintu untuk masuk kedalam. Bahkan ia berhasil menduplikat kunci tersebut. Hal itu yang membuat ketiga temannya sungguh tak percaya.
“gimana bisa kamu menduplikat kunci itu?”
“factor keberuntungan.” Ia tersenyum “Jadi gini, penjaganya itu ternyata sudah tua. La tadi pas dia bersih-bersih dalem, kuncinya di tinggal di pintu. Segera aja aku ambil trus aku duplikat di tukang kunci. Karena kalau aku ambil otomatis kuncinya akan dia ganti, itu akan susah lagi buat kita bisa masuk”
“cerdas juga kamu Ndi?” celoteh Rendi kepada Andi yang membuat Andi cengar-cengir sombong.
“nih sekarang giliran kamu yang obrak-abrik dalemnya Ren” ucapnya seperti memberi beban kepada Rendi
“tenang aja”
Kini tugas Rendi untuk menggambar ruangan itu dan semua sistem kontrolnya. Tapi ia kesulitan untuk menentukan waktu yang tepat untuk masuk kedalam. Karena Andi hanya memberikan hasil intaian aktifitas pagi sampai sore saja, dimana tak ada penjagapun ia akan susah masuk kedalam. Dan ternyata malam haripun masih banyak kendaraan yang melintas di sekitar tugu jam itu.
“kenapa bingung Ren. Masuk tinggal masuk aja. Kan kamu udah punya kuncinya. Lagian kalau kamu tenang gak gugup, gak bakal ada yang curiga Ren. Mungkin kamu akan di kira penjaga baru. Asal jangan ketahuan penjaga aslinya aja” ucap Beni
“wah kayaknya mantan maling nih”
“tampang kayak gini di bilang tampang maling. Makanya nonton tu film action jangan kartun terus” Beni gantian mengejeknya.
“udah-udah gak usah ribut. waktu kita udah mepet ni”
Siang hari di temani Andi, Rendi pergi ke tugu itu untuk masuk dan menggambar kondisi ruang control. Sesuai perintah Beni, ia tanpa ragu masuk dengan kunci duplikat atas penjagaan Andi di luar. Limabelas menit kemudian ia keluar dengan wajah berseri.
Rendi menyerahkan hasil yang baru saja ia gambar di dalam ruangan itu. Sekarang giliran Beni si otak computer untuk mempelajari bagaimana menyambung dan membuat sistem otomatis. “sekarang kita mau putar jam berapa video ini?”
“jam dua belas aja” ucap Bintang.
“oke” tangannya bekerja pada alat yang ia pegang “beres. kita tinggal pasang ke perangkat yang ada di sana saja”
Hari ini mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang terakhir. Kali ini mereka berempat pergi ke tugu jam itu. Dan sudah ada pembagian tugas lagi. Beni dan Rendi bertugas masuk, sedang bintang dan Andi bertugas menjaga di luar.
Tapi kesialan mereka datang hari ini. Ternyata sedang ada perbaikan di dalam tugu itu. Yang kata penjaganya, dirinya tak sengaja menyentuh sesuatu di dalam saat  membersihkan ruangan itu yang membuat sistem eror dan terjadi konsleting kabel yang ada didalam sana.
“wah kalau gini caranya bisa gagal ni rencana kita” gerutu Andi
Mereka tanpak bingung dengan kejadian ini. Mereka menjauh dari tempat itu untuk menyusun rencana baru. Tapi sayang, tak ada rencana baru selain harus menunggu sampai perbaikan itu selesai.
“kita harus berbuat sesuatu nih”
“gimana caranya?” Tanya Beni
“kita bantu mereka?”
Beni, Rendi dan Andi melonggo dan kompak berkata “ha?”
“kalau kita punya niat baek kita pasti punya kesempatan buat masuk kesana.”
“ntar dulu. Kita gak usah repot-repot bantu mereka. Tuh mereka sudah selesai kelihatannya” sambil menunjuk mereka yang baru saja keluar.
Beberapa menit setelah petugas-petugas keluar, mereka menunggu saat yang tepat dan memanstikan petugas tadi sudah pergi semua. Sesuai rencana semula, Rendi dan Beni berjalan tanpa ragu, pandangannya tetap lurus ke depan. Dengan mudah mereka masuk dan kini sudah berda di dalam ruang control. Lagi-lagi pekerjaan mereka terhambat karena ternyata computer yang mengoprasikan monitor besar itu mati.
 “berarti jam di luar gak nyala ya? Coba kamu telpon Bintang suruh cek jam di luar nyala apa gak?”
Ternyata memang tak menyala setelah Bintang melihat ke arah layar besar  itu. “kalau begitu kamu tetep jagain depan ya. Karena aku butuh banyak waktu untuk mengecek apa yang rusak” ucap Beni masih di telepon.
Dengan penuh keringat yang bercucuran di wajahnya karena pengapnya di ruangan itu. Ia melai mengecek apa yang rusak. Memang dasar otak computer, ia bisa menyalakan kembali dan menyambungkan handycam ke computer itu. Dan taraaa, pekerjaannya sudah selesai kini. Tepat jam dua belas besok video itu akan terputar secara otomatis. Video yang berdurasi lima belas menit lamanya.
Dan entah apa yang akan terjadi besok saat video itu terputar. Yang jelas mereka tau bahwa pembajakan ini adalah tindakan criminal dan mereka sudah siap dengan apa yang menantinya. Termasuk di jemput pihak yang berwajib.
Mereka hanya para remaja yang kesal dan tak tahu di mana harus menyalurkan ide dan kreatifitas mereka. Bahkan di hari sumpah pemuda saja pemerintah setempat tak punya program untuk merayakannya, seakan generasi sekarang sudah lupa akan sumpah pemuda yang di perjuangkan oleh para pemuda-pemuda jaman dulu.
Hari ini tanggal 28 oktober, dimana hari yang di peringati sebagai hari sumpah pemuda. Mereka pergi menuju ke tugu jam itu untuk menyaksikan apa yang telah mereka perbuat. Mereka berempat duduk agak jauh dari tugu itu. Menunggu cemas apakah itu akan berhasil atau tidak.
Dalam hitungan detik, jam itu akan menunjukkan pukul dua belas. “10 9 8 7 6 5 4 3 2 1…” mereka menghitung mundur dan suara seperti sirine yang di ikuti video bendera yang berkibar dan nampak pengambilan video itu berjalan semakin deket ke bendera. Sekitar duapuluh detik sirine itu menyala yang membuat pandangan orang-orang tertuju pada layar besar itu. Bahkan orang rela menghentikan laju kendaraan hanya untuk mencari tahu apa yang terjadi. Bahkan juga ada aparat kepolisian yang menuju ke sana. Seketika banyak orang yang telah berkumpul memandang layar besar di atas tugu itu.
Video-video itu akhirnya muncul satu per satu. Video yang membuat orang-orang di sekitar situ merasa heran. Dan mereka berempat tersenyum puas di tempat mereka berdiri menyaksikan. “gak nyangka kalau kamu bakal kasih suara sirine dulu buat menarik perhatian orang-orang” ucap Beni yang di respon dengan senyuman dari Bintang.
Tapi Rendi, Beni dan Andi tak tau kelengkapan video itu. Termasuk akhir dari video itu yang ternyata ada sebuah orasi yang di lakukan Bintang. Sebuah orasi untuk menyadarkan para pemuda-pemudi untuk tetap ingat dengan hari sumpah pemuda termasuk isi dari sumpah pemuda. Orasi yang berbunyi
“di hari minggu tanggal 28 oktober ini, saya hanya ingin mengingatkan dan membukakan mata kita agar sadar dan setidaknya ikut berpartisipasi memperingati hari sumpah pemuda ini. Saya yakin bahwa kita sudah tidak mengenal arti dari sumpah pemuda ini. Coba lihat dan bercermin, seharusnya betapa malunya kita yang mengaku orang Indonesia dan hidup di Negara ini, tapi sedikitpun tak menunjukkan rasa nasionalisme. Lihat bahasa yang kita gunakan sekarang, pakaian yang kita kenakan, asesoris yang kita pakai, semua itu jauh dari rasa nasionalisme sebagai anak bangsa. Dengan ini saya mengajak teman-teman, sahabat dan para putra putri Indonesia untuk bersama-sama mengikrarkan sumpah pemuda” orasinya berhenti, lalu tangan kanan Bintang ia letakkan di dada, pandangannya mengarah ke atas ke sebuah bendera merah putih yang berkibar. Mulutnya mulai bersuara lagi. “kami putra dan putrid Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putrid Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia. Kami putra dan putri mengaku bertanah air satu, tanah air indonesia”
Orang-orang yang menyaksikan satu per satu terlihat mengikuti apa yang Bintang lakukan. Baru memasuki baris kedua, semua orang sudah banyak yang menaruh kepalan tangan mereka di dada dan mengikuti Bintang mengikrarkan isi sumpah pemuda itu. Begitu juga mereka berempat.