Minggu, 28 Oktober 2012

28 oktober...



          Hawa terasa panas di dalam ruangan yang hanya berukuran 4x4, sepanas kepala-kepala dari empat orang remaja yang sibuk dengan suatu rencana yang sampai kini belum juga terselesaikan. Sebuah rencana besar yang ingin mereka lakukan seminggu lagi, tepat tanggal 28 oktober nanti.
Wajah-wajah yang nampak serius dan raut wajahnya terlihat memikirkan sesuatu. “gimana kalau kita bajak tugu di pusat kota yang terdapat jam digitalnya.” Ucap salah satu dari mereka yang membuat ketiga temannya bingung dengan usulan dari Bintang. Dan akhirnya ia mulai menjelaskan apa yang ia maksud setelah Beni bertanya. “jadi gini,  kita bajak monitor itu buat menyiarkan video sumpah pemuda. Gimana?” ucapnya sambil pandangannya mengarah ke temannya satu per Satu.
“boleh juga tu usulmu Tang” celoteh Rendi.
“trus gimana caranya?” wajah Andi masih bingung.
“kita gunakan bakat kita semua. Jadi kita bagi tugas. Beni kan jago soal computer tu, Rendi jago elektro, jadi kalian kebagian membajak sistem oprasional monitor yang ada di tugu itu. Aku bikin video sumpah pemuda”
“trus aku kebagian ngapain Tang?” Tanya Andi yang merasa belum kebagian jatah.
“kamu tour guide kita. Yang artinya kamu yang cari jalan gimana caranya kita bisa masuk ke dalam tugu itu”
“kalo itu serahkan ma aku” andi percaya diri.
“tapi kita perlu sistem kerjanya Tang”
“yup bener banget Ren” wajahnya mulai serius “jadi gini, pertama aku bikin video pake handycam. Trus handycam itu kita progam dan di sambungkan ke monitor itu. Kita program secara otomatis untuk mem_play video itu.”
“jadi kaya kita muter handycam yang di sambung ke tivi?” ucap Beni
“yup bener banget” Bintang menjentikkan jarinya yang di lanjutkan menunjuk kearah Beni. “gampang kan? Aku yakin kamu bisa memprogam otomatis ke monitor itu.” Lanjutnya yakin
“itu sih gampang”
Setelah semua jelas. Pekerjaan pertama adalah pekerjaan milik Bintang yang harus membuat video ikrar sumpah pemuda. Tapi ia ingin videonya bukan sekedar rekaman biasa. Ia punya ide untuk merekam semua dari banyak orang dan berbagai kalangan yang akan di jadikan satu. Ia mulai merekam dari beberapa siswa. Dilanjut ke tukang becak, trus tukang jamu, tukang bakso, polisi, pengamen, anak-anak punk, anak-anak komunitas sepeda, pegawai, penumpang bus. Dan yang jelas setelah ia membujuk dan mengajari mereka-mereka untuk lantang mengucapkan isi sumpah pemuda. Bahkan ia harus mengulang-ulang merekam saat ia merekam sebagian besar dari mereka yang susah sekali mengucapkan isi sumpah pemuda. Dalam hatinya ia prihatin karena ternyata masih banyak orang-orang yang tak hafal dengan isi sumpah pemuda, bahkan yang paling memprihatinkan adalah seorang siswa yang saling melempar nama saat Bintang meminta untuk mengucap isi sumpah pemuda untuk direkam.
Seharian sudah ia bekerja di jalanan. Videopun sudah cukup banyak yang ia kumpulkan. Kini saatnya mengedit video-video tadi.
“mau kamu bikin gimana video-video itu?”
“iya gimana Tang” celoteh Andi membuntuti ucapan Beni.
“pertama aku puter salah satu video ini dan di ikuti video-video lainnya hingga membentuk seperti sebuah koor”
Tiba-tiba tangan Rendi ia angkat tanda meminta waktu untuk bicara. “tapi selain video orang mengucap sumpah pemuda itu, kita selipin video tentang Indonesia atau kibaran bendera atau apalah. Biar gak bosen lihatnya” usul Rendi.
Bintang sangat setuju dengan usulan Rendi. Ia cukup searching dari internet saja. Dalam sekejap ia mengunduh banyak video-vidoe tentang Indonesia dan segera menyatukannya. Ini pekerjaan mudah baginya, tak sampai satu jam video itu sudah selesai dan di setujui oleh teman yang lain.
Kini saatnya mereka mencari cara agar mereka bisa menyelinap masuk ke tugu itu dan menguasai ruang control untuk menyambungkan handycam dengan sistem jam digital itu.
Kali ini mereka mengandalkan Andi. Tugas pertamanya adalah mengintai tugu itu seharian untuk mencatat aktifitas penjaga tugu itu. Hari pertama dan kedua gagal. Tak ada aktifitas penjaga di tugu itu. Hari ketiga ia berhasil melihat aktifitas penjaga sekaligus yang membawa kunci pintu untuk masuk kedalam. Bahkan ia berhasil menduplikat kunci tersebut. Hal itu yang membuat ketiga temannya sungguh tak percaya.
“gimana bisa kamu menduplikat kunci itu?”
“factor keberuntungan.” Ia tersenyum “Jadi gini, penjaganya itu ternyata sudah tua. La tadi pas dia bersih-bersih dalem, kuncinya di tinggal di pintu. Segera aja aku ambil trus aku duplikat di tukang kunci. Karena kalau aku ambil otomatis kuncinya akan dia ganti, itu akan susah lagi buat kita bisa masuk”
“cerdas juga kamu Ndi?” celoteh Rendi kepada Andi yang membuat Andi cengar-cengir sombong.
“nih sekarang giliran kamu yang obrak-abrik dalemnya Ren” ucapnya seperti memberi beban kepada Rendi
“tenang aja”
Kini tugas Rendi untuk menggambar ruangan itu dan semua sistem kontrolnya. Tapi ia kesulitan untuk menentukan waktu yang tepat untuk masuk kedalam. Karena Andi hanya memberikan hasil intaian aktifitas pagi sampai sore saja, dimana tak ada penjagapun ia akan susah masuk kedalam. Dan ternyata malam haripun masih banyak kendaraan yang melintas di sekitar tugu jam itu.
“kenapa bingung Ren. Masuk tinggal masuk aja. Kan kamu udah punya kuncinya. Lagian kalau kamu tenang gak gugup, gak bakal ada yang curiga Ren. Mungkin kamu akan di kira penjaga baru. Asal jangan ketahuan penjaga aslinya aja” ucap Beni
“wah kayaknya mantan maling nih”
“tampang kayak gini di bilang tampang maling. Makanya nonton tu film action jangan kartun terus” Beni gantian mengejeknya.
“udah-udah gak usah ribut. waktu kita udah mepet ni”
Siang hari di temani Andi, Rendi pergi ke tugu itu untuk masuk dan menggambar kondisi ruang control. Sesuai perintah Beni, ia tanpa ragu masuk dengan kunci duplikat atas penjagaan Andi di luar. Limabelas menit kemudian ia keluar dengan wajah berseri.
Rendi menyerahkan hasil yang baru saja ia gambar di dalam ruangan itu. Sekarang giliran Beni si otak computer untuk mempelajari bagaimana menyambung dan membuat sistem otomatis. “sekarang kita mau putar jam berapa video ini?”
“jam dua belas aja” ucap Bintang.
“oke” tangannya bekerja pada alat yang ia pegang “beres. kita tinggal pasang ke perangkat yang ada di sana saja”
Hari ini mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang terakhir. Kali ini mereka berempat pergi ke tugu jam itu. Dan sudah ada pembagian tugas lagi. Beni dan Rendi bertugas masuk, sedang bintang dan Andi bertugas menjaga di luar.
Tapi kesialan mereka datang hari ini. Ternyata sedang ada perbaikan di dalam tugu itu. Yang kata penjaganya, dirinya tak sengaja menyentuh sesuatu di dalam saat  membersihkan ruangan itu yang membuat sistem eror dan terjadi konsleting kabel yang ada didalam sana.
“wah kalau gini caranya bisa gagal ni rencana kita” gerutu Andi
Mereka tanpak bingung dengan kejadian ini. Mereka menjauh dari tempat itu untuk menyusun rencana baru. Tapi sayang, tak ada rencana baru selain harus menunggu sampai perbaikan itu selesai.
“kita harus berbuat sesuatu nih”
“gimana caranya?” Tanya Beni
“kita bantu mereka?”
Beni, Rendi dan Andi melonggo dan kompak berkata “ha?”
“kalau kita punya niat baek kita pasti punya kesempatan buat masuk kesana.”
“ntar dulu. Kita gak usah repot-repot bantu mereka. Tuh mereka sudah selesai kelihatannya” sambil menunjuk mereka yang baru saja keluar.
Beberapa menit setelah petugas-petugas keluar, mereka menunggu saat yang tepat dan memanstikan petugas tadi sudah pergi semua. Sesuai rencana semula, Rendi dan Beni berjalan tanpa ragu, pandangannya tetap lurus ke depan. Dengan mudah mereka masuk dan kini sudah berda di dalam ruang control. Lagi-lagi pekerjaan mereka terhambat karena ternyata computer yang mengoprasikan monitor besar itu mati.
 “berarti jam di luar gak nyala ya? Coba kamu telpon Bintang suruh cek jam di luar nyala apa gak?”
Ternyata memang tak menyala setelah Bintang melihat ke arah layar besar  itu. “kalau begitu kamu tetep jagain depan ya. Karena aku butuh banyak waktu untuk mengecek apa yang rusak” ucap Beni masih di telepon.
Dengan penuh keringat yang bercucuran di wajahnya karena pengapnya di ruangan itu. Ia melai mengecek apa yang rusak. Memang dasar otak computer, ia bisa menyalakan kembali dan menyambungkan handycam ke computer itu. Dan taraaa, pekerjaannya sudah selesai kini. Tepat jam dua belas besok video itu akan terputar secara otomatis. Video yang berdurasi lima belas menit lamanya.
Dan entah apa yang akan terjadi besok saat video itu terputar. Yang jelas mereka tau bahwa pembajakan ini adalah tindakan criminal dan mereka sudah siap dengan apa yang menantinya. Termasuk di jemput pihak yang berwajib.
Mereka hanya para remaja yang kesal dan tak tahu di mana harus menyalurkan ide dan kreatifitas mereka. Bahkan di hari sumpah pemuda saja pemerintah setempat tak punya program untuk merayakannya, seakan generasi sekarang sudah lupa akan sumpah pemuda yang di perjuangkan oleh para pemuda-pemuda jaman dulu.
Hari ini tanggal 28 oktober, dimana hari yang di peringati sebagai hari sumpah pemuda. Mereka pergi menuju ke tugu jam itu untuk menyaksikan apa yang telah mereka perbuat. Mereka berempat duduk agak jauh dari tugu itu. Menunggu cemas apakah itu akan berhasil atau tidak.
Dalam hitungan detik, jam itu akan menunjukkan pukul dua belas. “10 9 8 7 6 5 4 3 2 1…” mereka menghitung mundur dan suara seperti sirine yang di ikuti video bendera yang berkibar dan nampak pengambilan video itu berjalan semakin deket ke bendera. Sekitar duapuluh detik sirine itu menyala yang membuat pandangan orang-orang tertuju pada layar besar itu. Bahkan orang rela menghentikan laju kendaraan hanya untuk mencari tahu apa yang terjadi. Bahkan juga ada aparat kepolisian yang menuju ke sana. Seketika banyak orang yang telah berkumpul memandang layar besar di atas tugu itu.
Video-video itu akhirnya muncul satu per satu. Video yang membuat orang-orang di sekitar situ merasa heran. Dan mereka berempat tersenyum puas di tempat mereka berdiri menyaksikan. “gak nyangka kalau kamu bakal kasih suara sirine dulu buat menarik perhatian orang-orang” ucap Beni yang di respon dengan senyuman dari Bintang.
Tapi Rendi, Beni dan Andi tak tau kelengkapan video itu. Termasuk akhir dari video itu yang ternyata ada sebuah orasi yang di lakukan Bintang. Sebuah orasi untuk menyadarkan para pemuda-pemudi untuk tetap ingat dengan hari sumpah pemuda termasuk isi dari sumpah pemuda. Orasi yang berbunyi
“di hari minggu tanggal 28 oktober ini, saya hanya ingin mengingatkan dan membukakan mata kita agar sadar dan setidaknya ikut berpartisipasi memperingati hari sumpah pemuda ini. Saya yakin bahwa kita sudah tidak mengenal arti dari sumpah pemuda ini. Coba lihat dan bercermin, seharusnya betapa malunya kita yang mengaku orang Indonesia dan hidup di Negara ini, tapi sedikitpun tak menunjukkan rasa nasionalisme. Lihat bahasa yang kita gunakan sekarang, pakaian yang kita kenakan, asesoris yang kita pakai, semua itu jauh dari rasa nasionalisme sebagai anak bangsa. Dengan ini saya mengajak teman-teman, sahabat dan para putra putri Indonesia untuk bersama-sama mengikrarkan sumpah pemuda” orasinya berhenti, lalu tangan kanan Bintang ia letakkan di dada, pandangannya mengarah ke atas ke sebuah bendera merah putih yang berkibar. Mulutnya mulai bersuara lagi. “kami putra dan putrid Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putrid Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia. Kami putra dan putri mengaku bertanah air satu, tanah air indonesia”
Orang-orang yang menyaksikan satu per satu terlihat mengikuti apa yang Bintang lakukan. Baru memasuki baris kedua, semua orang sudah banyak yang menaruh kepalan tangan mereka di dada dan mengikuti Bintang mengikrarkan isi sumpah pemuda itu. Begitu juga mereka berempat.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar