Hawa terasa panas di dalam ruangan yang hanya berukuran
4x4, sepanas kepala-kepala dari empat orang remaja yang sibuk dengan suatu
rencana yang sampai kini belum juga terselesaikan. Sebuah rencana besar yang
ingin mereka lakukan seminggu lagi, tepat tanggal 28 oktober nanti.
Wajah-wajah
yang nampak serius dan raut wajahnya terlihat memikirkan sesuatu. “gimana kalau
kita bajak tugu di pusat kota yang terdapat jam digitalnya.” Ucap salah satu
dari mereka yang membuat ketiga temannya bingung dengan usulan dari Bintang.
Dan akhirnya ia mulai menjelaskan apa yang ia maksud setelah Beni bertanya.
“jadi gini, kita bajak monitor itu buat
menyiarkan video sumpah pemuda. Gimana?” ucapnya sambil pandangannya mengarah
ke temannya satu per Satu.
“boleh
juga tu usulmu Tang” celoteh Rendi.
“trus
gimana caranya?” wajah Andi masih bingung.
“kita
gunakan bakat kita semua. Jadi kita bagi tugas. Beni kan jago soal computer tu,
Rendi jago elektro, jadi kalian kebagian membajak sistem oprasional monitor
yang ada di tugu itu. Aku bikin video sumpah pemuda”
“trus
aku kebagian ngapain Tang?” Tanya Andi yang merasa belum kebagian jatah.
“kamu
tour guide kita. Yang artinya kamu yang cari jalan gimana caranya kita bisa
masuk ke dalam tugu itu”
“kalo
itu serahkan ma aku” andi percaya diri.
“tapi
kita perlu sistem kerjanya Tang”
“yup
bener banget Ren” wajahnya mulai serius “jadi gini, pertama aku bikin video
pake handycam. Trus handycam itu kita progam dan di sambungkan ke monitor itu.
Kita program secara otomatis untuk mem_play video itu.”
“jadi
kaya kita muter handycam yang di sambung ke tivi?” ucap Beni
“yup
bener banget” Bintang menjentikkan jarinya yang di lanjutkan menunjuk kearah
Beni. “gampang kan? Aku yakin kamu bisa memprogam otomatis ke monitor itu.”
Lanjutnya yakin
“itu
sih gampang”
Setelah
semua jelas. Pekerjaan pertama adalah pekerjaan milik Bintang yang harus
membuat video ikrar sumpah pemuda. Tapi ia ingin videonya bukan sekedar rekaman
biasa. Ia punya ide untuk merekam semua dari banyak orang dan berbagai kalangan
yang akan di jadikan satu. Ia mulai merekam dari beberapa siswa. Dilanjut ke
tukang becak, trus tukang jamu, tukang bakso, polisi, pengamen, anak-anak punk,
anak-anak komunitas sepeda, pegawai, penumpang bus. Dan yang jelas setelah ia
membujuk dan mengajari mereka-mereka untuk lantang mengucapkan isi sumpah
pemuda. Bahkan ia harus mengulang-ulang merekam saat ia merekam sebagian besar
dari mereka yang susah sekali mengucapkan isi sumpah pemuda. Dalam hatinya ia
prihatin karena ternyata masih banyak orang-orang yang tak hafal dengan isi
sumpah pemuda, bahkan yang paling memprihatinkan adalah seorang siswa yang
saling melempar nama saat Bintang meminta untuk mengucap isi sumpah pemuda
untuk direkam.
Seharian
sudah ia bekerja di jalanan. Videopun sudah cukup banyak yang ia kumpulkan.
Kini saatnya mengedit video-video tadi.
“mau
kamu bikin gimana video-video itu?”
“iya
gimana Tang” celoteh Andi membuntuti ucapan Beni.
“pertama
aku puter salah satu video ini dan di ikuti video-video lainnya hingga
membentuk seperti sebuah koor”
Tiba-tiba
tangan Rendi ia angkat tanda meminta waktu untuk bicara. “tapi selain video
orang mengucap sumpah pemuda itu, kita selipin video tentang Indonesia atau
kibaran bendera atau apalah. Biar gak bosen lihatnya” usul Rendi.
Bintang
sangat setuju dengan usulan Rendi. Ia cukup searching dari internet saja. Dalam
sekejap ia mengunduh banyak video-vidoe tentang Indonesia dan segera
menyatukannya. Ini pekerjaan mudah baginya, tak sampai satu jam video itu sudah
selesai dan di setujui oleh teman yang lain.
Kini
saatnya mereka mencari cara agar mereka bisa menyelinap masuk ke tugu itu dan
menguasai ruang control untuk menyambungkan handycam dengan sistem jam digital
itu.
Kali
ini mereka mengandalkan Andi. Tugas pertamanya adalah mengintai tugu itu
seharian untuk mencatat aktifitas penjaga tugu itu. Hari pertama dan kedua
gagal. Tak ada aktifitas penjaga di tugu itu. Hari ketiga ia berhasil melihat
aktifitas penjaga sekaligus yang membawa kunci pintu untuk masuk kedalam.
Bahkan ia berhasil menduplikat kunci tersebut. Hal itu yang membuat ketiga
temannya sungguh tak percaya.
“gimana
bisa kamu menduplikat kunci itu?”
“factor
keberuntungan.” Ia tersenyum “Jadi gini, penjaganya itu ternyata sudah tua. La
tadi pas dia bersih-bersih dalem, kuncinya di tinggal di pintu. Segera aja aku
ambil trus aku duplikat di tukang kunci. Karena kalau aku ambil otomatis
kuncinya akan dia ganti, itu akan susah lagi buat kita bisa masuk”
“cerdas
juga kamu Ndi?” celoteh Rendi kepada Andi yang membuat Andi cengar-cengir
sombong.
“nih
sekarang giliran kamu yang obrak-abrik dalemnya Ren” ucapnya seperti memberi
beban kepada Rendi
“tenang
aja”
Kini
tugas Rendi untuk menggambar ruangan itu dan semua sistem kontrolnya. Tapi ia
kesulitan untuk menentukan waktu yang tepat untuk masuk kedalam. Karena Andi
hanya memberikan hasil intaian aktifitas pagi sampai sore saja, dimana tak ada
penjagapun ia akan susah masuk kedalam. Dan ternyata malam haripun masih banyak
kendaraan yang melintas di sekitar tugu jam itu.
“kenapa
bingung Ren. Masuk tinggal masuk aja. Kan kamu udah punya kuncinya. Lagian
kalau kamu tenang gak gugup, gak bakal ada yang curiga Ren. Mungkin kamu akan
di kira penjaga baru. Asal jangan ketahuan penjaga aslinya aja” ucap Beni
“wah
kayaknya mantan maling nih”
“tampang
kayak gini di bilang tampang maling. Makanya nonton tu film action jangan
kartun terus” Beni gantian mengejeknya.
“udah-udah
gak usah ribut. waktu kita udah mepet ni”
Siang
hari di temani Andi, Rendi pergi ke tugu itu untuk masuk dan menggambar kondisi
ruang control. Sesuai perintah Beni, ia tanpa ragu masuk dengan kunci duplikat
atas penjagaan Andi di luar. Limabelas menit kemudian ia keluar dengan wajah
berseri.
Rendi
menyerahkan hasil yang baru saja ia gambar di dalam ruangan itu. Sekarang
giliran Beni si otak computer untuk mempelajari bagaimana menyambung dan
membuat sistem otomatis. “sekarang kita mau putar jam berapa video ini?”
“jam
dua belas aja” ucap Bintang.
“oke”
tangannya bekerja pada alat yang ia pegang “beres. kita tinggal pasang ke
perangkat yang ada di sana saja”
Hari
ini mereka akan menyelesaikan pekerjaan yang terakhir. Kali ini mereka berempat
pergi ke tugu jam itu. Dan sudah ada pembagian tugas lagi. Beni dan Rendi
bertugas masuk, sedang bintang dan Andi bertugas menjaga di luar.
Tapi
kesialan mereka datang hari ini. Ternyata sedang ada perbaikan di dalam tugu
itu. Yang kata penjaganya, dirinya tak sengaja menyentuh sesuatu di dalam saat membersihkan ruangan itu yang membuat sistem
eror dan terjadi konsleting kabel yang ada didalam sana.
“wah
kalau gini caranya bisa gagal ni rencana kita” gerutu Andi
Mereka
tanpak bingung dengan kejadian ini. Mereka menjauh dari tempat itu untuk
menyusun rencana baru. Tapi sayang, tak ada rencana baru selain harus menunggu
sampai perbaikan itu selesai.
“kita
harus berbuat sesuatu nih”
“gimana
caranya?” Tanya Beni
“kita
bantu mereka?”
Beni,
Rendi dan Andi melonggo dan kompak berkata “ha?”
“kalau
kita punya niat baek kita pasti punya kesempatan buat masuk kesana.”
“ntar
dulu. Kita gak usah repot-repot bantu mereka. Tuh mereka sudah selesai
kelihatannya” sambil menunjuk mereka yang baru saja keluar.
Beberapa
menit setelah petugas-petugas keluar, mereka menunggu saat yang tepat dan
memanstikan petugas tadi sudah pergi semua. Sesuai rencana semula, Rendi dan
Beni berjalan tanpa ragu, pandangannya tetap lurus ke depan. Dengan mudah
mereka masuk dan kini sudah berda di dalam ruang control. Lagi-lagi pekerjaan
mereka terhambat karena ternyata computer yang mengoprasikan monitor besar itu
mati.
“berarti jam di luar gak nyala ya? Coba kamu
telpon Bintang suruh cek jam di luar nyala apa gak?”
Ternyata
memang tak menyala setelah Bintang melihat ke arah layar besar itu. “kalau begitu kamu tetep jagain depan
ya. Karena aku butuh banyak waktu untuk mengecek apa yang rusak” ucap Beni
masih di telepon.
Dengan
penuh keringat yang bercucuran di wajahnya karena pengapnya di ruangan itu. Ia
melai mengecek apa yang rusak. Memang dasar otak computer, ia bisa menyalakan
kembali dan menyambungkan handycam ke computer itu. Dan taraaa, pekerjaannya
sudah selesai kini. Tepat jam dua belas besok video itu akan terputar secara
otomatis. Video yang berdurasi lima belas menit lamanya.
Dan
entah apa yang akan terjadi besok saat video itu terputar. Yang jelas mereka
tau bahwa pembajakan ini adalah tindakan criminal dan mereka sudah siap dengan
apa yang menantinya. Termasuk di jemput pihak yang berwajib.
Mereka
hanya para remaja yang kesal dan tak tahu di mana harus menyalurkan ide dan
kreatifitas mereka. Bahkan di hari sumpah pemuda saja pemerintah setempat tak
punya program untuk merayakannya, seakan generasi sekarang sudah lupa akan
sumpah pemuda yang di perjuangkan oleh para pemuda-pemuda jaman dulu.
Hari
ini tanggal 28 oktober, dimana hari yang di peringati sebagai hari sumpah
pemuda. Mereka pergi menuju ke tugu jam itu untuk menyaksikan apa yang telah
mereka perbuat. Mereka berempat duduk agak jauh dari tugu itu. Menunggu cemas
apakah itu akan berhasil atau tidak.
Dalam
hitungan detik, jam itu akan menunjukkan pukul dua belas. “10 9 8 7 6 5 4 3 2
1…” mereka menghitung mundur dan suara seperti sirine yang di ikuti video
bendera yang berkibar dan nampak pengambilan video itu berjalan semakin deket
ke bendera. Sekitar duapuluh detik sirine itu menyala yang membuat pandangan
orang-orang tertuju pada layar besar itu. Bahkan orang rela menghentikan laju
kendaraan hanya untuk mencari tahu apa yang terjadi. Bahkan juga ada aparat
kepolisian yang menuju ke sana. Seketika banyak orang yang telah berkumpul
memandang layar besar di atas tugu itu.
Video-video
itu akhirnya muncul satu per satu. Video yang membuat orang-orang di sekitar
situ merasa heran. Dan mereka berempat tersenyum puas di tempat mereka berdiri
menyaksikan. “gak nyangka kalau kamu bakal kasih suara sirine dulu buat menarik
perhatian orang-orang” ucap Beni yang di respon dengan senyuman dari Bintang.
Tapi
Rendi, Beni dan Andi tak tau kelengkapan video itu. Termasuk akhir dari video
itu yang ternyata ada sebuah orasi yang di lakukan Bintang. Sebuah orasi untuk
menyadarkan para pemuda-pemudi untuk tetap ingat dengan hari sumpah pemuda
termasuk isi dari sumpah pemuda. Orasi yang berbunyi
“di
hari minggu tanggal 28 oktober ini, saya hanya ingin mengingatkan dan
membukakan mata kita agar sadar dan setidaknya ikut berpartisipasi memperingati
hari sumpah pemuda ini. Saya yakin bahwa kita sudah tidak mengenal arti dari
sumpah pemuda ini. Coba lihat dan bercermin, seharusnya betapa malunya kita
yang mengaku orang Indonesia dan hidup di Negara ini, tapi sedikitpun tak
menunjukkan rasa nasionalisme. Lihat bahasa yang kita gunakan sekarang, pakaian
yang kita kenakan, asesoris yang kita pakai, semua itu jauh dari rasa nasionalisme
sebagai anak bangsa. Dengan ini saya mengajak teman-teman, sahabat dan para
putra putri Indonesia untuk bersama-sama mengikrarkan sumpah pemuda” orasinya
berhenti, lalu tangan kanan Bintang ia letakkan di dada, pandangannya mengarah
ke atas ke sebuah bendera merah putih yang berkibar. Mulutnya mulai bersuara
lagi. “kami putra dan putrid Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia. Kami putra dan putrid Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa
Indonesia. Kami putra dan putri mengaku bertanah air satu, tanah air indonesia”
Orang-orang
yang menyaksikan satu per satu terlihat mengikuti apa yang Bintang lakukan.
Baru memasuki baris kedua, semua orang sudah banyak yang menaruh kepalan tangan
mereka di dada dan mengikuti Bintang mengikrarkan isi sumpah pemuda itu. Begitu
juga mereka berempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar