Senin, 29 Februari 2016

SENJA HADIRKAN JINGGA part.4

Jingga buru-buru masuk rumah setelah turun dari sepedanya dan langsung menuju kamar adiknya. Ibunya sudah menunggu cemas dari tadi. Menunggu Jingga yang sedari tadi keluar membeli obat buat adiknya.
“nih bu obatnya”. Jingga memberikan bungkusan plastik yang berisi obat-obatan tuk mengobati adiknya yang baru saja terjatuh dari sepeda.
Bayu merintih kesakitan ketika ibunya mulai mengusap luka di lututnya dengan obat merah. Rasa perihnya membuat Bayu tak tahan dan menangis tersedu.
“makanya kalau naik sepeda hati-hati to” tegur ibunya dan terus mengusap luka Bayu dengan kapas.
Jingga yang melihat adiknya menahan rasa perih pun ikut meringis seakan ikut merasakan rasa perih dari luka yang terkena obat merah. Dan sesekali Bayu menjerit kesakitan saat dia tak tahan menahan perihnya. “pelan-pelan bu”. Tapi ibunya tak peduli dengan rintihan Bayu, ibunya tetap saja mengusap luka Bayu dengan obat tadi. Jingga yang merasa kasihan melihat adiknya, akhirnya tak tahan dan keluar meninggalkan mereka. Biar ibunya saja yang mengurusi Bayu.
Jingga menuju ke kamarnya untuk istirahat. Baru saja ia merebahkan tubuhnya di kasur yang penuh boneka koleksinya, tiba-tiba telepon genggamnya yang tergeletak di sebelahnya, berdering berulang-ulang. Di lihatnya nama Ayu yang tertera dipanggilan masuk. Dengan rasa malas ia terima panggilan dari Ayu yang ia sudah tahu apa maksud dari panggilan itu. “ya halo Yu” nadanya datar tak semangat.
“udah siap to say? aku udah siap meluncur kesitu nih. pokoknya ndak ada alasan lagi tiba-tiba ndak bisa. Nanti aku sampai situ, kamu harus sudah siap ya. daa daa” kata-katanya memaksa dan tak memberi Jingga kesempatan untuk bicara.
Yu halo Yu, Ayu”
            Dan Ayu sudah keburu menutup teleponya agar tidak ada alasan lagi yang akan keluar dari mulut Jingga.
“yah terpaksa deh nganterin Ayu pergi” gerutu Jingga sambil ia melempar telepon genggamnya ke kasur.
Dengan dandanan yang sederhana tapi masih tetap terlihat wajahnya yang manis, ia menunggu di ruang tamu sambil menonton televisi bersama Bayu yang masih kesakitan.
“mau pergi ya kak?”
“iya ni. masih sakit ndak lukanya?”
“masih sedikit ni kak. oya. mau pergi sama siapa kak? pacarnya ya? dandannya cantik banget. Hayo ngaku aja kak” Bayu sedikit tersenyum, telunjuknya yang mungil di arahkannya ke wajah Jingga.
“iihh. apaan sih dek. kakak tu perginya sama Ayu”
“si miss ceriwis itu kak?
“hus. ndak boleh gitu” larang Jingga kepada Bayu. “tuh orangnya sudah dateng” setelah Jingga mendengar suara mobil Ayu dari luar.
“uups” Bayu sambil membungkam mulutnya dengan kedua tangannya sendiri.
“hai semuanya” suara Ayu yang sudah berada di ruangan itu dan berjalan mendekati mereka. “udah siap kan Jing”
“don’t call me like that, okey? Please call my complete name, Jingga” ucap Jingga cepat meralat dengan nada yang menekan jelas.
“iya iya nona Jinggaaaaa” suara Ayu pun ditekan agak panjang memperjelas pengucapan nama Jingga. “udah yuk kita berangkat Jing. eh salah, Jingga” ia tersenyum “keburu malam ni” lanjutnya lagi.
“mau pergi kemana kak?” tanya Bayu yang ada di sebelahnya.
“pergi maen sayang” tangan Ayu mencubit gemes kedua pipi Bayu yang seperti bakpao menempel di wajah Bayu. “Bayu mau ikut?”
ndak ah kak. lagian kaki Bayu lagi sakit nih”
“aduh kacian” ucapnya di buat manja “emang kenapa to kaki kamu?” Ayu melihat lukanya.
“jatuh kak tadi. oleh-olehnya aja kak. hehehe..” ucap Bayu cepat.
“iya nanti kak Ayu beliin deh, Bayu mau apa?”
Walaupun ceriwis dan menyebalkan, Ayu adalah teman yang baik dan peduli dengan keluarga Jingga, terutama kepada Bayu, walau kadang juga suka bikin Jingga kesal oleh ulah dan tingkah laku Ayu.
“ayo ah. katanya keburu malem?” ajak Jingga yang sebenernya males untuk pergi.
“kak Ayu pergi dulu ya sayang” sekali lagi ia mencubit gemes pipi Bayu yang tembem.
Di dalam mobil putih, berteman lagu-lagu pop dari mp3 mobilnya dan dipayungi warna-warni lampu kota yang mulai menyala. Mobil itu tak melaju kencang, seakan sayang melewatkan tiap jengkal jalan yang terlewati. Suasana sore dengan hiruk pikuk lalu lalang orang dengan berbagai kendaraan dan aktifitas di kota itu yang memang sayang jika dilewatkan begitu saja.
“memang sebenernya kita mau kemana to Yu?”
“ke acara ulang tahun temanku” Ayu tersenyum karena telah merasa membohongi Jingga. “anak orang kaya lo, pasti temennya juga kaya-kaya dan cakep-cakep” lanjutnya berusaha menjelaskan agar Jingga tak marah.
“ulang tahun?” ucap Jingga dengan nada tinggi didalam mobil.
Ayu masih senyum-senyum mendengar ucapan Jingga, karena Ayu hafal betul kalau temannya yang satu ini paling malas pergi ke pesta-pesta seperti itu dan pasti akan menolak jika Jingga tau dari awal. Makanya Ayu terpaksa membohongi Jingga untuk menemaninya.
“kamu tahu kan aku paling males pergi ke pesta kayak begituan Yu
“sekali-kali ndak apa-apa to? daripada di rumah terus ndak tau luasnya dunia, bete tau”
“itu kalo kamu, aku ndak tuh” elaknya ketus.
Tapi mau bagaimana lagi, Jingga tidak bisa apa-apa, dan ia tak mungkin meminta Ayu untuk menurunkannya di jalan, apalagi memintanya tuk memutar arah mobilnya. Dengan terpaksa Jingga pasrah diajak Ayu ke pesta itu.
ӝӝӝӝӝ



Tidak ada komentar:

Posting Komentar