Minggu, 28 Februari 2016

DENDAM PSIKOPAT bag.2

   Waktu hampir menjelang subuh, Feri tak juga bisa tertidur. Pikiranya terus teringat pada kematian istrinya dan pria yang menabraknya, juga sebuah dendam seorang psikopat. Ya Feri sebenarnya pernah mengalami gejala yang disebut psikopat saat jiwanya sempat terganggu ketika ayahnya meninggal saat Feri duduk di bangku kuliah. Tapi setelah menjalani beberapa terapi dan rehab, dia bisa melanjutkan cita-citanya sebagai dokter gigi. Tapi kini memori dan kejiwaannya kembali terusik dan yang terlintas kini hanya ingin membunuh pria itu.
   Pucuk dicinta ulam pun tiba. Itulah pribahasa yang tepat untuk Feri ketika dia bingung bagaimana harus membunuh Ryan. Niki baru saja menelpon Feri untuk memeriksa gigi Ryan. Dalam pikirannya inilah waktu yang tepat untuk membunuh Ryan.
   Hari rabu Feri sengaja meliburkan karyawannya dan menutup kliniknya dari umum hanya untuk melancarkan rencana jahatnya. Tak ada rasa gelisah atau takut saat dia menunggu kedatangan Ryan.
   Jam 3 kurang Ryan datang dengan menggunakan taxi, karena sejak kecelakaan yang merenggut nyawa seseorang, dia mengalami trauma menaiki motor.
   "Kenapa kliniknya sepi?" Tanya Ryan.
   "Aku sengaja menutup klinik"
   "Kenapa?" Tanya Ryan lagi. Tapi Feri hanya menjawab "ah tidak apa-apa" dan tak ada kecurigaan sedikitpun di wajah Ryan mengenai jawaban itu.
   Ryan berbaring ditempat duduk kusus pasien dan siap untuk dipriksa dan Feri berjalan mendekati Ryan dengan mendorong trolly alat-alat medis. Untuk memberi kesan tak mencurigakan, langkah pertama adalah pura-pura memeriksa mulut Ryan dengan menggunakan spiegel setelah itu baru ia meraih sonde, sebuah alat yang terbuat dari stenlis dengan ujung meruncing. "Coba buka mulut lagi yang lebar". Ryan hanya bisa menuruti apa yang dikatakan Feri kepadanya. Sonde yang sebenarnya digunakan untuk mencari caries justru berubah fungsi kini. Ia tekan dengan keras saat sonde telah berada di dalam mulut Ryan, seketika mata Ryan melotot hampir keluar menahan rasa sakitnya saat benda tadi menusuk twnggorokannya, dan darahpun mengalir dari leher bagian belakang karena tertembus sonde. Melihat Ryan yang masih meronta, dengan beringas Feri menancapkan pisau bedah berulang kali tepat di dada Ryan sampai Ryan tak bergerak lagi.
   Kini ruang kerja Feri dipenuhi bau amis darah yang melumer kemana-mana. Sekali lagi tak ada rasa takut dan berdosa, di wajah Feri hanya terlihat ekspresi wajah yang senang dan puas.
   Jam 7 malam kantornya sudah bersih kembali, mayat Ryan pun sudah dimasukkan kedalam plastik bag untuk dibuang di suatu tempat.
   Jam 9 Niki menelpon Feri untuk menanyakan keberadaan Ryan yang sampai jam segini belum pulang. Feri hanya menjawab "tidak tahu" dan mengatakan bahwa Ryan sudah pulang sedari tadi jam 5.
   #####
   Seminggu, dua minggu bahkan hampir sebulan, Ryan belum ditemukan. Itu yang membuat keluarganya sedih. Dari pihak kepolisian pun sudah berusaha keras termasuk mengintrogasi Feri namun hasilnya nihil. Tapi dalam pikiran Niki ada sesuatu yang aneh atas hilangnya Ryan. Dia mulai berpikir flasback, mengingat-ingat apa yang aneh dalam minggu-munggu terakhir sebelum  Ryan menghilang.
   Niki memang pemikir yang jeli dan aneh, berbeda dengan orang-orang biasa. Niki juga termasuk mahasiswi yang jenius di kampusnya, tak heran jika saat kelulusan dia bisa menyandang kumlaut.
   Entah mengapa pikirannya teringat ketika malam dimana Feri datang kerumahnya untuk bertemu kedua orang tuanya.  Ada yang aneh ketika Feri mendadak ingin pulang setelah mendengar cerita tentang Ryan. Saat itu juga pikirannya teringat ketika Feri bercerita tentang kematian istrinya. Dari situ penyelidikan Niki dimulai.
   Hanya butuh dua minggu penyelidikan tersebut dan Niki akhirnya mendapat semua informasi yang mengarah hilangnya Ryan jelas bersangkutan dengan Feri.  "Feri pasti menuntut balas atas kematian istrinya" ucap Niki.
   #####
   Seperti biasa, mereka pergi je warung kopi biasanya. Saat Feri pergi ketoilet, saat itu juga Niki mencampuri minuman Feri dengan obat tidur yang membuat Feri sangat mengantuk dan mengajak Niki pulang.
   "Biar aku yang menyetir saja" pinta Niki. Namun  bukan rumah Feri tujuannya, melainkan sebuah gudang kosong mobil itu melaju. Dan menyekap Feri disana.
   Pada hari pertama, Feri terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya tengah terikat pada kursi dengan kepala yang dibalut kain hitam. Dihari kedua, Niki datang ke gedung itu dengan membawa tongkat base ball milik Ryan.
   "Kamu" ucap Feri dengan terkejut seyelah Niki melepas kain dari kepala Feri.  Dan tanpa basa-basi, Niki memukul kepala Feri dibagian pinggir hingga darah segar mengalir dari telinganya.
    "Mungkin polisi tidak bisa menyeretmu kepenjara, tapi aku sendiri yang akan menyiapkan nerakamu. Dan sekali lagi Niki memukul Feri dengan tongkat base ball yang tadi.
   "Oke, aku memang sudah membunuh Ryan" ucap Feri
   "Jadi kamu membunuh Ryan. Kenapa Fer?" Niki sambil menangis
   "Karena dia sudah membunuh istriku dan lari begitu saja"
   "Tapi kamu tahu kan dia adikku satu-satunya. Aku sayang dia Fer"
   "Tapi dia sudah..." belum selesai Feri bicara, tongkat base ball tadi udah melayan dan mendarat di kepala Feri untuk ketiga kalinya.
   "Aku minta maaf Nik, tolong jangan bunuh aku, aku sayang banget sama kamu Nik" ucap Feri memelas. Niki mendekat seperti hatinya telah luluh dengan perkataan Feri tadi. Niki meraih wajah Feri dengan kedua tangannya dan membuat nafas ketakukan Feri mereda. Tanpa banyak bicara, wajah Niki mendekat ke wajah Feri, dekat dan semakin dekat sampai bibir Niki menempel di bibir Feri. Setelah dengan buas melumat bibir Feri selama lebih dari 3 menit, Niki melepaskan ciumannya dan mendadak meraih tongkat base ball tadi dan dengan brutal memukuli kepala Feri sampai wajah Feri tertutup darah dan tak bergerak lagi"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar