Minggu, 21 Februari 2016

SENJA HADIRKAN JINGGA part 1



Jam digital putih berbentuk kotak yang ada di atas meja menunjukkan angka 20:14 tapi hujan deras yang mengguyur bumi dari tadi sore belum juga berhenti. Ribuan rintiknya bersautan menciptakan melodi indah yang terdengar di atas genteng. Hawa dingin mulai terasa menyelinap bagai sekawanan serangga malam yang masuk dari celah-celah jendela kamar dan menyerang, membuat malam semakin dingin terasa di ruangan yang tak begitu besar. Sesekali juga terlihat dari jendela kamar, langit malam mengeluarkan kilatan-kilatan api yang tampak menari indah bersama iringan melodi sang hujan yang turun.
Namun semua itu tak mampu mengurung seorang lelaki muda dalam ke-diam-an, semangatnya masih mengalir walau tak  sederas hujan di luar. Tas biru sudah siap untuk di jejali pakaiannya. Sebagian pakaian yang tersimpan dalam lemarinya ia pilih dan satu per satu ia pindahkan ke dalam tasnya. Tapi ia masih saja terlihat mondar-mandir dengan raut wajah mengingat-ingat apa yang masih perlu ia bawa. Dan ia pastikan semua tak ada lagi yang terlupakan, semua sudah masuk dalam tasnya. Ia lihat kembali tasnya yang tadinya kosong kini sudah terisi penuh dengan pakaian-pakaiannya, sepenuh perutnya yang telah terisi makanan yang baru saja  disantap. Dan diletakkannya tas itu di sudut kamarnya.
Setelah semua dirasa beres, saatnya untuk bersantai dan istirahat untuk perjalanan jauh keesokan harinya. Ia raih laptop putih dari meja di depannya, ia rebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya  dan bersiap untuk online dengan teman yang sudah lama tak disapanya, sekedar bertukar pikiran, melepas lelah atau sekedar mengirim puisi kepadanya untuk disimpan, karena memang terkadang ia malas untuk menyimpan puisi-puisi yang telah ia buat. Jadi ia selalu percayakan semuanya pada temannya, Dewi Kecil, begitu ia menyebut temannya itu.
<MK> : hai…
<DK> : hai juga malaikat kecil..
Belum sempat tangannya mengetik balasan, datang beberapa pertanyaan dari Dewi Kecil berturut-turut di layar laptopnya.
<DK> : pa kabar kamu? kemana aja nih? Kok udah lama nggak kirim puisi? Kenapa? Lagi sibuk ya? Atau nggak ada mood?
<MK> : satu-satu dong nanyanya..
Dewi kecil hanya mengirim simbol orang tersenyum padanya dan ia mulai menjawab semua pertanyaan yang datang bertubi-tubi seperti hujan di luar sana yang tanpa jeda.
<MK> : baek-baek saja kok dan aku nggak kemana-mana. ya maaf, habis belum ada mood buat bikin puisi, ntar deh aku kirimin.
<DK> : tapi tumben nggak ada mood? Biasanya hampir tiap malam kirim puisi.. sampai kualahan aku mau nyalin di buku
<MK> : emang udah berapa puisi yang aku kirim ke kamu?
<DK> : udah nggak kehitung lagi kali. udah habis dua buku aku nyalinnya
<MK> : masa?
Lagi-lagi Dewi Kecil hanya kirim simbol orang tersenyum tanpa ia tau maksudnya. Tanpa pikir panjang ia pun hanya mengirim simbol yang sama padanya.
<DK> : tapi kok bisa nggak ada mood sih buat nulis puisi? Sibuk ya?
<MK> : nggak juga sih. Ah namanya juga manusia, pasti ada kalanya akan kehilangan sesuatu dalam dirinya, termasuk mood itu tadi.
<DK> : iya juga sih ya..hehe
Tak terasa sudah hampir tiga jam ia ngobrol lewat chat room dengan Dewi Kecil. Rasanya semua cahaya yang ada di ruangan ini mulai  meredup, mungkin karena matanya kini seperti lilin yang perlahan kehabisan pendarnya, lalu mati.
Tapi sepertinya ia  masih saja ingin mengobrol dengan Dewi Kecil, masih banyak hal yang bisa dibicarakan disana, walau sebenarnya mereka belum saling mengenal dan bertemu di dunia yang nyata. Bukan mereka tak mau, tapi itu sudah menjadi kesepakatan mereka untuk tidak saling mengenal secara nyata sejak awal bertemu di dunia maya satu tahun lalu, bahkan sekedar nama pun mereka saling merahasiakan. Dan mereka lebih nyaman dengan sebutan Dewi Kecil dan Malaikat Kecil. Entah dari mana nama itu berasal, yang jelas tiba-tiba nama itu muncul dalam benak mereka untuk saling memanggil satu sama lain dengan sebutan seperti itu.
<DK> : kenapa ya. Kalau kita ngobrol tu nggak ada habis-habisnya?
<MK> : mungkin karena kita belum saling mengenal secara nyata.
<DK> : loh kok bisa?
<MK> : ya bisa lah. Kadang sesuatu yang belum di ketahui atau yang masih merahasia itu akan terasa lebih indah. Dan seru untuk di bicarakan. Jadi, karena kita tidak saling kenal dan tidak saling bertatap muka, makanya kita bisa lancar ngobrol lewat chat, karena kita tidak saling kenal pula maka kita bisa bercerita banyak hal yang kita ketahui. Dengan kata lain, kita saling bertukar pikiran dan pengetahuan tanpa ada rasa terbatasi oleh rasa malu, segan, grogi atau apalah itu istilahnya.
<DK> : panjang banget nulisnya. tapi ada benernya juga sih kamu. ternyata kamu nggak aja pinter bikin puisi tapi ceramah juga bisa.
Kali ini gantian ia yang hanya mengirim gambar simbol orang tersenyum kepadanya tanpa menulis satu kata apapun.
Malam kian larut, mata itu mulai tak bisa di ajak kompromi lagi, rasanya berat, bagai ada ribuan ton pemberat tergantung di kedua kelopak matanya. Badan yang tadi segar bugar mulai terasa pegalnya, sendi-sendi pun seakan keram.
<DK> : udah ngantuk ni. Aku tidur dulu ya.
<MK> : ok. Aku juga udah ngantuk, besok mau pergi
<DK> : pergi kemana emangnya besok kamu?
<MK> : eitt.. nggak boleh tanya, masih inget kan perjanjian no dua kita?
<DK> : iya masih inget kok. nggak boleh tanya alamat, lokasi dan tempat
<MK> : itu inget. eeemm tapi gimana ya kalau suatu saat kita bertemu? apa jadinya ya? atau ternyata kamu sebenarnya adalah teman deketku, guruku, tetanggaku atau bahkan musuhku.
<DK> : ada-ada aja kamu tu ya..
<MK>: atau jangan-jangan emang bener kamu sebenarnya musuhku.
<DK> : mungkin juga ya..hahahaha..
<MK> : tapi siapapun kita, kalo suatu saat salah satu dari kita ada yang mengetahui, tolong jangan kasih tau, biar Dewi Kecil dan Malaikat Kecil menjadi rahasia selamanya dan hanya hidup dalam dunia maya saja
<DK> : oke deh.. tapi udah ah ngobrolnya, orang tadi udah pamit mau tidur juga, malah nggak jadi terus
<MK> : ya udah  kamu tidur gih sana.
<DK> : bye…
Namun tangan Malaikat Kecil masih sibuk bergerak mengetik untuk menulis sebuah puisi singkat sekedar ucapan selamat malam buat temannya itu. Sebuah puisi yang terlulis dalam chat roomnya yang berbunyi
tak perlu kau pikirkan kertas-kertas di atas meja kerjamu
atau omelan bos siang tadi
akhiri saja hari ini dengan pejamkan mata
lalu padamkan bara api semangat dalam diri
jangan lagi berkata
dan selamat tidur dewi kecil…

Dan lelahnya pun menjadi, seakan memaksa untuk mengakhiri harinya juga. Dengan berselimut  gelap dan dingin, ditemani rintik hujan yang mulai reda, suara-suara katak yang bersautan di luar sana, yang menghasilkan simfoni merdu dan perlahan menina-bobokan matanya untuk terpejam. Dan bunga tidur seakan sudah setia menantinya di sana, di istananya dan mengajaknya bermain dengan semua mimpi-mimpi manis malam panjang. Menggantikan dunia yang melelahkan dengan semua hiruk pikuknya. Perlahan bara semangatnya semakin menyurut hingga mati. Dan Malaikat kecil pun tertidur lelap dalam dekapan malam yang menjaganya, meninggalkan sebuah laptop yang masih menyala.
ΩΩΩΩΩ


Tidak ada komentar:

Posting Komentar