Rabu, 02 Maret 2016

KLINIK

   "Breeessss...." tiba-tiba hujan turun dengan derasnya tanpa aba-aba bagai ribuan biji jagung menghantam kepala dan hampir semua bagian tubuh yang lain. Aku yanf menyadari kalau lupa membawa jas hujan memutuskan untuk berteduh saja demi menyelamatkan pacarku dari serangan hujan yang bisa membuatnya sakit. Seketika ku hentikan motorku disebuah klinik ketika yang kutemukan hanya bangunan itu, kebetulan klinik itu tak memiliki pagar yang melindunginya sehingga aku bisa berteduh diterasnya.
   Baru sekitar lima menit, aku sudah merasakan hawa aneh disini, sedangkan belum kulihat ada tanda-tanda hujan akan reda. Pasrah yang kami bisa untuk menunggu hujan reda meski jam di ponselku menunjukkan angka 21:47.
   Meski aman dari serangan rintik hujan, tubuh kami tak aman dari serangan dingin yang mengoyak tubuh hingga ke tulang.
   Malam kian larut, semakin mencekam yang aku rasakan kini. Antara hujan deras, sepi tak ada satu orang pun lewat dari tadi dan juga lampu teras yang aku tak habis pikir kenapa sebuah klinik hanya dipasangi lampu dop kuning sekitar 10 watt saja.  Itu yang membuat pikiranku sempat negatif thinking. "Jangan-jangan... ".
   Suara pintu berdecit terbuka yang membuat kami sontak terkejut. Seorang bapak tua, sedikit bungkuk dan menggunakan peci lusuh keluar lalu menyuruh kami untuk berteduh di dalam ketika aku jelaskan bahwa kami terpaksa berteduh disini  saat bapak itu bertanya tadi. Aku menurut saja untuk berteduh di dalam karena pacarku pun bisa melihat bapak tua itu yang artinya ada dua kemungkinan. Yang pertama, mungkin bapak itu manusia, yang kedua, memang sesosok makhluk astral dengan kekuatan besar yang bisa menampakkan diri pada banyak orang. Sebenarnya aku bisa melihat makhluk astral tapi tak bisa mengetahui kemungkinan yang kedua jika masih berbentuk seperti manusai normal. Karena kelebihanku ini tak kudapatkan dari lahir atau keturunan, hanya ikut-ikutan teman yang sok-sokan membuka mata batin.
   Kami dipersilahkan duduk disebuah ruang tunggu dengan beberapa kursi panjang berderet kebelakang. "Kalau begitu saya kebelakang dulu mengurusi atap yang bocor" ucap bapak tua dan berlalu begitu cepat tanpa sempat aku mengatakan sesuatu. Suasana semakun aneh yang kurasakan di tempat ini meski tak kulihat ada makhluk astral berkeliaran, namun hawanya bisa aku rasakan.
   Tiba-tiba ku lihat sosok wanita berpakaian putih  berjalan cepat menyebrangi koridor. "Ah sial" gerutuku dalam hati dan berusaha bersikap tenang agar pacarku tak curiga kalau aku melihat setan. Tak selang berapa lama kudengar tangisan bayi. Aku yang penasaran mencoba untuk mengeceknya. Aku berdiri dan berhadapan dengan pacarku dan berbohong untuk berpamitan ke toilet. Saat aku membalikkan tubuhku dan siap melangkahkan kaki. "Astagfirulloh" ucapku reflek yang hampir saja menginjak bayi dengan penuh bercak darah ditubuh yang sedang merangkak didepanku.
   "Kamu kenapa sayang, janan bilang kamu baru saja melihat..." dengan cepat dia meraih tanganku dan memelukku karena dia juga tahu kalau aku bisa melihat mahkluk astral. Belum sempat aku menjelaskan, dia menjerit histeris dan jatuh pingsan. Ketika aku cari tahu penyebabnya, ternyata dia melihat sosok suster yang berdiri di meja resepsionis dengan baju berlumuran darah dan tanpa kepala. Aku pun merinding melihatnya, segera aku palingkan pandanganku kearah pacarku dan berusaha menyadarkannya dan mengajknya pulang. Belum sempat pacarku sadar, lagi-lagi aku dikejutkan dengan beberapa bayi disekitarku, bahkan aku lihat ada yang hanya sebongkah daging sedang menangis. Ada lagi sosok dokter yang berjalan mendekat yang akhirnya kulihat dengan jelas muka yang rusak seperti bekas terbakar. Aku semakin kencang membangunkan pacarku. "Yang, aku cepet bangun, kita pergi dari sini". Wajahku mendadak senang karena akhirnya pacarkupun siuman, seketika itu juga lampu mati yang membuat pacarku terbirit-birit berlari keluar tanpa memperdulikan hujan, dan aku menyusulnya. Masih saja aku lihat suster tanpa kepala itu berdiri seolah melihatku.
   ###
   Sebulan berlalu dari kejadian tersebut. Aku memastikan keberadaan klinik itu saat tanpa sengaja aku lihat berita tentang klinik itu dikoran bungkus makanan yang ku beli. Tiba-tiba bulu kudukku berdiri ketika aku berhenti di depan klinik itu, klinik aborsi yang diserbu massa dan dibakar habis setahun lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar