di sudut ruangan tertata meja kotak terbuat dari kayu jati yang di kelilingi empat kursi, tapi hanya satu kursi yang sudah terisi oleh seorang remaja sedang asik dengan laptopnya. hanya berteman capucino dan frenchfries di meja yang memang tak begitu besar. ia terlihat sibuk, jarinya terus saja berperang dengan keybord tanpa henti, entak apa yang ia kerjakan.
tanpa angin tanpa hujan tiba-tiba herly datang yang di susul dengan deni. kedatangan mereka tiba-tiba malah membuyarkan konsentrasi DAN. "kalian kenapa muncul disini?". pertanyaannya tak ada yang menjawab. justru dengan lantang herly memanggil pelayan yang beru melintas di dekatnya. "mbak pesan ice coffe with vanilla ice cream ya mbak". baru saja pelayan itu ingin pergi setelah tadi memastikan ada pesanan lagi atau tidak, tiba-tiba deni pun memesan fanta yang membuat pelayan semakin heran. "gak seharusnya kalian muncul disini" ucapnya lirih agar para tamu yang lain tak mendengar.
"emang lo aja yang butuh suasana? gua juga butuh" ucap herly
"emang kamu lagi apa DAN?" gantian deni bertanya.
"ok ok" ucapnya pasrah "ni gua lagi bikin cerita" lanjutnya yang menhentikan tangannya mengetik.
"nulis terus..." herly dengan nada mengejek yang terlihat dari kata terus yang si ucapkan panjang.
"tapi masalahnya kok sederhana banget DAN" ucap deni setelah melihat cerita itu.
"buat gua, bukan di pokok permasalahan yang di buat rumit, tapi gua pengen penyelesaiaannya yang akan gua buat berkesan dan mengena ke orang yang membacanya"
"bener juga tu" deni mulai mengerti jalan pikiran si DAN
"silahkan pesanannya mas" masih saja wajah pelayan itu terlihat heran.
hampir satu jam mereka disana. dan tepat jam sembilan mereka memutuskan untuk pulang kerumah.
"fer, orang itu gila apa ya?" ucap pelayan tadi kepada temannya.
"emang kenapa?"
"liat aja pesanannya ada tiga, dia kan cuma sendirian. padahal pesanan yang pertama saja belum habis". bulu kuduk sinta mulai berdiri.
(sore di kedai pizza)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar