Suasana
meriah dengan hiruk pikuk orang-orang disana, ada yang bercanda dengan
pasangannya, tertawa dalam kerumunan banyak orang, ada yang sedang asik
mencicipi sana-sini setiap hidangan yang sudsh tersedia. Suara gaduh musik
bercampur kerlap-kerlip lampu itu membuat kepala Jingga pusing dan memilih
untuk duduk di bangku taman yang berada agak jauh dari sana.
“ayo
to ikut gabung disana” Ayu menyeret kedua tangan Jingga dengan kedua tangannya. “cowoknya cakep-cakep
loh” rayunya lagi. Namun tak membaut Jingga merasa tertarik untuk ikut turun ke
dalam pesta dan tetap memilih duduk menyendiri di bangku taman. “ya udah kalo
gitu” Ayu melepas tangan Jingga dan berlalu begitu saja lalu hilang dalam
kerumunan.
Jingga
masih tenang duduk di bangku taman manikmati kesendirian di tengah riuhnya
pesta, memandang langit cerah dengan bintang dan bulan yang bersembunyi di
balik tipisnya awan. Di bawah langit malam itu,
justru ia merasakan damai, seakan tidak
ada siapapun di sekitarnya, bahkan seketika riuhnya acara itu hilang berganti
sunyi yang ia rasa.
Sesekali
ia memejamkan mata, menghirup nafas dalam-dalam, ia mulai merasakan setiap hela
udara yang masuk lewat hidungnya, semakin tenang dan damai. Tak ada siapapun
disana, hanya sepotong kue dan segelas minuman menemani kesendiriannya
di bawah langit malam.
ӝӝӝӝӝ
Dengan
terpaan cahaya lampu yang membuat nampak jelas wajah seorang lelaki berjalan menghampiri Jingga yang
sedang asik menikmati malam di bangku taman sendiri. Dengan langkah pasti,
lelaki itu mendekati Jingga karena dari langkahnya yang percaya diri, lelaki
itu sepertinya mengenal gadis yang sedang duduk di bangku taman sendirian.
Lelaki itu menyapa begitu ia berjarak beberapa langkah dari Jingga. Sapaan yang
membuat Jingga sedikit kaget.
Ia
berusaha melihat lelaki itu lebih jelas dan terus mengingatnya.“eh kamu to. ngagetin saja kamu”
“makanya
jangan melamun sendirian” Dimas ikut duduk di sebelah Jingga tanpa disuruh.
“tapi ngomong-ngomong kenapa disini sendirian? nggak
ikut gabung sama
mereka?”
“lebih
suka sendirian disini, lebih nyaman, lebih tenang mumpung langit malamnya lagi
cerah”
“oh
gitu ya? O ya kamu kenal juga sama
yang ulang tahun ini?”
“ndak
sih, cuma tadi diajak sama Ayu, tapi lebih tepatnya dibohongi tadi. Katanya sih temen SMU nya, la kamu kenal juga sama
yang punya acara ini? Atau temen sekolahnya juga?”
“nggak kok, cuma kenal aja”
Tanpa sengaja mata Dimas
terpana melihat wajah Jingga
yang terkena sinar bulan. “ternyata
cantik juga si Jingga, apalagi kalau rambutnya terurai begini” ucap Dimas
dalam hati yang baru menyadari kecantikan Jingga malam itu juga.
“ndak
ikut gabung sama mereka?”
Dimas
hanya terdiam saja tanpa menjawab pertanyaan Jingga, seperti sudah terhipnotis
oleh kecantikan Jingga saat itu.
“heh”
tangan Jingga mendorong bahu Dimas
“sorry
sorry. kenapa tadi?”
“malah
kamu yang melamun. tadi aku tanya, ndak gabung sama mereka?”
“oh
itu, nggak ah males, pengen di sini juga”
“kamu
ikut-ikutan saja”
“emang
bener kok. udah bosen dari tadi disana, sekarang pengen disini
aja. kalo
kamu kenapa males gabung sama
mereka?”
“aku
sebenernya ndak suka dengan acara-acara kayak gini, buang waktu saja, pemborosan, ndak
penting”
“ya
namanya juga anak orang kaya, mereka cuma tinggal minta. Mereka nggak peduli dengan orang
tuanya, mereka hanya memanfaatkan aji mumpung, mumpung jadi anak orang kaya, nggak peduli gimana
susahnya orang tuanya banting tulang cari duit, coba kalau mereka udah
merasakan cari duit sendiri, mungkin mereka nggak
akan seboros ini”
“yup
bener juga kamu” Jingga melihat Dimas “tapi
bukannya kamu juga sama seperti mereka?” lanjut Jingga berkata dalam hati yang sudah
tahu sedikit tentang Dimas dari omongan mulut ke mulut di kampus.
“hayo.
ketahuan mojok berdua” Ayu mengagetkan mereka berdua yang tiba-tiba sudah di
depan mereka “pantes
tadi ndak mau diajak gabung, ternyata asik berduaan disini”
“apa
sih Yu” ucap Jingga yang
wajahnya mulai memerah.
“sudah
ndak apa-apa, jangan malu gitu” lalu Ayu mengalihkan pandangnya ke arah Dimas
dengan heran “kamu disini juga Dim?”
“iya
dong. Dimas” Dimas sedikit menyombongkan diri.
“kalo
gitu dilanjut aja deh takut ganggu, dadaagh” ucap Ayu langsung meninggalkan
mereka untuk memberi kesempatan berduaan lagi.
Tangan
Jingga reflek menarik tangan Ayu untuk melarang pergi lagi. Jingga ingin ditemani
Ayu karena sudah terlanjur merasa malu. Tapi Ayu tetap saja memaksa untuk pergi
tanpa mengindahkan permintaan temannya.
Jarang-jarang
Ayu melihat temannya itu mau mengobrol dengan cowok berlama-lama seperti itu.
Apalagi dengan Dimas yang gayanya terkenal sok di kampus, walau memang di
kampus banyak cewek-cewek yang mendekati dia karena wajahnya yang cakep dan
kaya. “udah kalian bedua aja disini” Ayu memaksa melepaskan tangannya dari
genggaman Jingga “aku mau ambil minuman dulu” alasan Ayu dan bergegas ambil
langkah seribu.
“Yu, Yu, Ayu” pangil Jingga.
“udah
biarin aja lah. kita
malah bisa berduaan lagi”. Ucap Dimas berharap.
“ah
apaan sih kamu” wajah Jingga semakin merah karena perkataan Dimas tadi.
Dimas
tersenyum melihat Jingga yang merasa malu. “eh kita tadi sampai mana?” tanya
Dimas yang berharap melanjutkan obrolan tadi.
Gara-gara
ucapan Ayu tadi, Jingga justru merasa canggung mengobrol berduaan dengan Dimas,
seakan ada sesuatu yang mengganggu pikiran Jingga seperti tiba-tiba
ditelanjangi di muka umum, yang ada hanya rasa malu.
Jingga
tak menjawab pertanyaan Dimas
tadi, ia ingin mengakhiri obrolannya dan lekas pergi dari bangku taman meninggalkan
Dimas sendiri.
“Jingga”
panggil Dimas lirih
“aku
juga mau ambil minuman dulu ya” Jingga berdiri dan berjalan tergesa-gesa.
Dimas
masih tersenyum mengamati Jingga yang mulai salah tingkah di hadapanya. Seperti ada sesuatu dalam benak Dimas.
Jingga
terlihat sibuk mencari Ayu yang hilang di tengah banyak orang.
“Ayu. pulang yuk” ajak Jingga
yang sudah menemukan Ayu.
“bentar
lagi Ga, nanggung ni lagi asik” jawab Ayu yang tak berhenti mengikuti alunan
musik yang terdengar.
“udah
malem ni” bujuk Jingga “ndak
enak pulang terlalu malem”
“bentar
lagi ya”
“kalo
ndak mau aku pulang sendiri ni, biar
kamu yang diomelin ibu karena ndak tanggung jawab” ancam Jingga yang sebenarnya
ia pun tak akan berani melakukan itu.
“iya
deh kita pulang sekarang” ucap Ayu pasrah.
ӝӝӝӝӝ
Malam
mulai larut tapi suasana jalan masih terlihat ramai, lalu lalang kendaraan
seakan membuat kota itu
semakin hidup di malam hari. Lampu-lampu kota, traffic light dan sinar bulan pun ikut
mewarnai malam panjang.
Tiba-tiba
mobil Ayu mulai menepi di pinggir jalan tepat disebelah penjual martabak untuk menepati janjinya kepada Bayu.
“kok
berhenti Yu?”
tanya Jingga yang tidak
tahu untuk apa Ayu
memberhentikan mobilnya.
“beli
oleh-oleh dulu buat Bayu”
“udah
ndak usah Yu”
“udah
ndak apa-apa”
“udah
malem juga Yu, bisa tambah gendut dia
ntar”
“udah
biarin saja, udah janji juga sama Bayu”
“ya
udah lah terserah kamu saja”
Mereka
bermain kata berantai di dalam mobil. Permainan yang hanya mereka berdua yang
memilikinya. Permainan yang mengharuskan mereka terus menerus mengulang-ulang
kata yang sama sampai salah satu dari mereka tak bisa meneruskan lagi. Dan dialah yang
kalah.
“by
the way kok tadi bisa ngobrol sama Dimas? gimana ceritanya tu?”
setelah Ayu memesan.
“ndak
tau, tiba-tiba
saja dia ada disana”
“hayo
ngobrolin apa tadi?”
“bukan
apa-apa kok cuma ngobrol biasa saja”
“tapi
kayaknya asik banget. mesra
lagi..cie cie..” bahu Ayu sambil menyenggol bahu Jingga.
“apa
sih Yu”
“udah
sikat aja, mumpung kamu belum punya cowok kan?”
“mulai
ngawur deh ngomongnya”
“ngawur
gimana? Dia kaya loh. cakep lagi. udah gitu jadi idola para cewek kampus tu”
“nah
tu dia”
“nah
tu dia kenapa? Tu kan berharap” serobot Ayu tiba-tiba merasa penasaran.
“makanya
dengerin dulu orang mau ngomong. nah itu dia, karena jadi idola para cewek malah jadi
makan hati terus kalo pacaran sama dia”
“bukannya
malah bangga bisa dapetin sang idola?”
“itu
kalo kamu. ya udah kamu saja
ikut ngejar-ngejar dia, siapa tau dia milih kamu dan buat kamu bangga”
“tapi
kan..” tiba-tiba Ayu berhenti bicara karena tak tau mau bicara apa.
“tapi
kan apa?”
“tapi kan kayaknya dia suka kamu”
“sok
tau kamu, yang cantik-cantik saja
banyak yang ngejar-ngejar dia. udah ah ndak
usah bahas itu, bahas yang laen saja”
Jingga mulai kesal karena merasa di pojokin Ayu.
“kenapa? malu ya? cie..” sekali lagi
bahu Ayu menyenggol bahu Jingga.
“udah deh Yu” Jingga kesal. “tu udah
jadi pesanannya”
Ayu
hanya bisa tersenyum dan membayar pesanannya yang di pesan tadi.
ӝӝӝӝӝ
Jam
sepuluh kurang mereka sudah berada di depan rumah Jingga. Dari luar tampak
lampu di ruang tamu masih menyala. Dan Bayu masih terjaga di depan televisi
bersama ibunya. Mungkin Bayu sengaja belum tidur tuk menuggu oleh-oleh yang
sudah Ayu janjikan. Karena dia tak pernah ingkar janji kepada Bayu adik
satu-satunya Jingga. Ayu peduli sekali dengan Bayu setelah ditinggal ayahnya
satu tahun lalu. Ayu juga sudah menganggapnya seperti adiknya sendiri.
“Assalamualaikum semuanya” sapa Ayu
dari jauh denga membawa bungkusan di tangannya.
“Waalaikumsalam” jawab Bayu dan ibunya
serempak walau tanpa aba-aba sambil menoleh ke arah suara itu berasal.
“lagi nonton apa nih? asik bener
kelihatannya? Sampai malem gini belum tidur”. Ayu ikut duduk gabung dengan
mereka yang asik dengan acara di televisi. Tapi Jingga justru langsung pergi ke
kamarnya tanpa berkata apa-apa, mungkin kesal dengan Ayu yang membohongi dan
memojokkannya tadi.
“habis filmnya bagus kak Ayu”
“oh
gitu ya. oya ni oleh-olehnya, sampai hampir lupa” Ayu menyodorkan bungkusan
yang tadi kepada Bayu yang duduk di sebelah kiri ibunya.
“asik. apa ni kak? makasih ya kak”
senyum Bayu seketika melengkung seperti bulan sabit tanda senang.
“di buka saja dulu”
“kamu itu ndak usah repot-repot terus Yu, ibu jadi ndak enak”
“ndak apa-apa kok bu”
“hmmm enak kak” ucap Bayu disela-sela
Ayu bicara dengan ibunya Bayu.
Ayu
tersenyum melihat Bayu yang asik makan dan belepotan coklat di sekitar
mulutnya. “ibu dikasih dong” suruh Ayu.
“iya kak” jawab Bayu dengan mulut yang
masih mengunyah makanan.
“memang dari mana tadi Yu?” tanya
ibunya Bayu.
“dari tempat teman yang lagi ulang
tahun bu”
“tumben Jingga mau diajak ke acara
begituan”. ucap heran ibunya Jingga yang sudah hafal betul dengan Jingga yang
tak suka dengan acara-acara seperti itu.
“Ayu paksa bu” ayu tersenyum.
“oh gitu. pantesan”
“ya sudah Ayu pulang dulu ya bu, takut kemaleman nyampe
rumah”
“ya sudah kalau begitu, hati-hati di
jalan ya”
“makasih ya kak oleh-olehnya” ucap Bayu
yang masih lahap dengan makanannya.
ΩΩΩΩΩ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar