Selasa, 22 Oktober 2013

PAGI DI TAMAN (bag.10 SHJ)



        Pagi yang cerah, embun masih setia menyelimuti dedaunan dan menyejukkan sekitar. Tersapa hembusan angin yang sepoi-sepoi membuat embun seakan menari gelisah di ujung daun yang runcing. Kupu-kupu kecil berwarna-warni berterbangan lalu hinggap tepat di tengah bunga itu, bercengkrama dan menghisap setiap putik-putik di benang sarinya.
            Arya yang duduk di dekatnya memandang setiap gerak-gerik ringannya di atas bunga tadi. Terlihat resah, seakan kupu-kupu tadi tahu ada yang sedang mengawasi, cepat dia terbang dan berlalu hinggap ke bunga yang lebih jauh.
            Sorotan mata Arya masih mengikuti kupu-kupu itu kemana pergi, hingga pandangannya beralih ke arah seorang gadis yang sedang jogging dengan anak kecil gemuk di sebelahnya, mereka menuju ke arah dimana ia sedang duduk santai setelah lelah berolah raga. Semakin dekat jaraknya, semakin jelas juga wajah yang mengkilat basah karena derasnya keringat yang mengalir dari wajanya. Dia adalah gadis berambut panjang yang memiliki senyuman manis itu.
Seperti biasa gadis itu hanya melemparkan senyum ketika lewat depan Arya. Senyuman yang memang sudah ia hafal betul karena ia kerap mendapatkannya dari gadis itu, gadis yang belum ia ketahui namanya.
            Di kesempatan yang langka, ia mencoba memberanikan diri untuk berkenalan dengannya. Ia menyapanya. Dan gadis itu hanya membalas dengan kata yang sama seperti yang di lontarkan Arya tadi tanpa menambahkan kata lain dan tanpa berhenti sejenak. Tanpa pikir panjang ia beranjak dari tempat duduknya lalu mengejar gadis itu yang sudah agak jauh. Ia berharap dalam hatinya bisa tahu nama sang pemilik senyuman itu. “hai” sapanya sekali lagi setelah ia sejajar dengan gadis itu di sebelah kanannya.
            Jingga terkejut dengan suara Arya yang tiba-tiba sudah ada di dekatnya “hai juga..” jawabnya sambil menoleh ke arah Arya.
            “boleh gabung jogging ma kalian kan?”
            “boleh kok” jawabnya mengizinkan yang telah diperkuat  dengan senyuman kepada Arya.
            Beberapa menit sudah Arya jogging bersama Jingga, tapi tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya untuk memulai obrolan, seakan ada gembok besar yang mengunci mulutnya. Ia berusaha sekuat tenaga melepas gembok itu dengan kata-kata yang sudah di rancang dalam hatinya.
            “kamu apanya bu Lastri?” tanya Jingga tiba-tiba mendahului Arya yang baru saja ingin menbuka mulutnya.
            “aku keponakannya” jawabnya langsung. Wajauhnya terlihat lega karena telah menemukan bahan untuk memulai obrlannya. “kamu kenal sama budhe Lastri?” ia bertanya balik
            “ya kenal lah, bu Lastri kan termasuk orang terpandang di daerah sini, lagipula rumahku juga ndak jauh dari sini kok”
            Memang benar apa yang di katakana Jingga, budhe Lastri termasuk orang terpandang di daerah ini karena suaminya adalah pegawai negeri walau hanya sebatas pegawai kecamatan. Dan karena keramahannya juga kepada setiap orang yang bertemu dengan beliau, membuat budhe Lastri tambah di segani di daerahnya.
“pantesan sering lihat kamu lewat depan rumah”
            Jingga hanya tersenyum manis tanpa berkata-kata atau bertanya sesuatu lagi. Begitu juga Arya tak tahu harus bertanya apa lagi, tapi kali ini ia paksa mulutnya untuk menanyakan nama gadis itu selagi punya kesempatan pikirnya. “oh iya. nama kamu siapa?”
            Jingga yang mendengar pertanyaan itu lalu menoleh dan mulai menjawab. Namun belum sempat ia mengucap namanya, suaranya terhenti karena pandangannya beralih ke arah anak kecil yang berlari di depan mereka dari tadi. Bayu adiknya itu terjatuh tersandung batu dan membuat Jingga melupakan perkenalan tadi. Pikirannya sekarang hanya kepada Bayu. Jingga bergegas menolong Bayu yang terjatuh.
            Bayu mencoba berdiri dengan di topang kakaknya yang wajahnya terlihat sangat kawatir. Dan sepertinya Bayu tak kuat lagi untuk berjalan pulang karena kakinya terkilir. Tanpa di minta, Arya segera saja mengendongnya setelah tadi berkata “biar aku gendong saja adik kamu”. Karena ia tahu kalau kakaknya tidak akan kuat menggendong adiknya yang gendut itu. Hanya sepuluh menit mereka sudah sampai di rumah gadis itu. Tapi sudah cukup membuat pinggang Arya merasa pegal oleh beban seberat itu.
            “sudah sampai sini saja, biar aku yang menggendongnya masuk” pintanya setelah di depan rumahnya.
            “udah sekalian masuk aja nggak apa-apa”
            “bener ndak apa-apa? Aku kasihan sama kamu, keliatannya capek banget dari taman gendong si Bayu”
            “masih kuat kok” ucap Arya yang sebenarnya sudah tidak kuat lagi.
            “ya sudah masuk yuk”
            Arya menurunkan anak itu di atas kursi sofa dengan motif bunga-bunga warna merah. “aawww” rintih Bayu saat tanpa sengaja tangan Arya menyentuh kaki Bayu yang terkilir tadi. Jingga langsung masuk ke ruang bagian tengah yang tertutup dengan tirai tipis sehinnga masih terlihat samar-samar bagian dalamnya. Tak lama kemudian wanita paruh baya yang pasti itu adalah ibunya karena wajahnya sama dengan foto keluarga yang terpajang di tembok itu, keluar tanpa Jingga.
            Wajahnya terlihat kawatir dengan anak laki-lakinya. Dengan menggenggam sesuatu ditangannya, lalu mendekati Bayu tanpa memperdulikan Arya yang duduk di sofa yang lain. Tangannya langsung sibuk mengoleskan minyak ke kaki Bayu yang terilir dan mengurutnya. Bayu hanya mengerang menahan sakit.
            Saat itu tidak ada pembicaraan diantara Arya dan ibu anak itu, hanya suara Bayu yang terdengar mengerang kesakitan dari tadi. Hampir empat menit sudah ia menyaksikan pemandangan ini dan hanya duduk terdian tanpa di ajak mengobrol atau ada sebuah pertanyaan yang terlontar buat dirinya. “kalau begitu saya pamit dulu bu” ucap Arya yang tiba-tiba dan membuat wanita itu tersadar dengan keberadaan Arya di ruang yang sama lalu menghentikan pijatannya.
            “oh maaf ibu ndak sadar kalau ada nak” ucapnya berhenti saat ingin menyebut nama Arya yang belum di ketahuinya.
            “saya Arya bu” sahutnya cepet memperkenalkan diri.
            “iya nak Arya. Maaf ya. tadi yang mengantar Bayu pulangnya?” ucapnya meneruskan apa yang akan ia ucapkan tadi. “jangan buru-buru, ibu bikinin minum dulu ya”
            Arya tersenyum. “nggak usah repot-repot bu” ucap Arya sebelum ibu itu pergi ke dalam.
             “sekali ibu minta maaf ya. Ibu terlalu kawatir dengan Bayu, jadi ndak sadar kalau ada nak Arya di sini”
            nggak apa-apa kok bu. ya sudah saya pamit dulu bu”
            “sekali terima kasih nak Arya sudah mau mengantar Bayu pulang”
            “sama-sama bu”. Arya beranjak dari kursi sofa tadi dan berjalan keluar.
            Tepat setelah Arya menghilang di balik pintu, Jingga datang dengan membawa segelas air minum dingin yang di bawanya dari dalam.
            “loh mana dia bu?”
            “sudah pulang baru saja”
            “yah. padahal baru aja Jingga bikinin minum”
            “kamu kelamaan bikin minumnya”
            “ya tadi nyari sirupnya susah, biasanya ada di lemari tadi ndak ada”
            “buat aku saja ya kak, aku juga haus nih” pinta Bayu
            “enak saja, kakak juga haus nih”
            “sudah jangan rebutan gitu, kamu juga ndak mau ngalah sama adiknya”
            “iya iya” Jingga dengan nada ketus dan menaruh minuman itu di meja
            “itu tadi teman kamu nduk?”
            “bukan sih bu?”
            “bukan?” dengan nada heran “kok bisa naganterin Bayu pulang?”
            “tadi ketemu di taman bu. Tapi sudah sering liat dia di sekitar sini”
            “oh gitu ya”
            “ya sudah Jingga masuk dulu bu”
ӝӝӝӝӝӝӝ

            “kamu kenapa Ar senyum-senyum gitu? habis lewat kuburan mana tadi?” tanya Heru yang sedang asik dengan gitarnya yang sudah usang karena setiap hari gitar itu selalu menemani Heru jika sedang senggan di rumah. Maklum saja heru adalah gitaris di band kampusnya.
            “enak aja. Kamu pikir aku lagi kesambet setan gitu?” dan Arya duduk di samping heru “lagi seneng nih”
            “seneng atau emang udah gila kamu”
            “kamu tu yang gila” ucapnya kesal
            “emang seneng kenapa to kamu?”
            “mau tahu aja urusan orang”. Lalu Arya bergegas pergi ke dalam rumah meninggalkan Heru.
            “woo emang kesambet setan beneran kamu Ar” ucapnya keras.
ΩΩΩΩΩ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar