Rabu, 11 September 2013

mati suri di taman.... (D.K.Y.I)



Aku hanya duduk memeluk lutut yang ku lipat keatas dan kepala yang aku topangkan di ujungnya. Tapi aku bingung dengan apa yang aku lakukan, seakan tiba-tiba saja aku berada di tempat ini dan tak tahu harus berbuat apa. Hanya terdiam melihat apa yang ada di depanku dan lalu lalang orang yang seakan tak melihatku sama sekali. Entah mereka sengaja tak memperdulikanku atau memang buta, tapi aku rasa mereka memang buta, buta karena cinta lebih tepatnya. Memang kekuatan cinta itu bisa membutakan mata yang sebenarnya tak buta, bahkan bisa menjadikan mereka sebagai raja dari segala raja yang memiliki hak pribadi atas dunia ini, dan yang lain hanya ngontrak semua. Benar-benar sudah gila semua ini. Ah, tapi aku tak peduli dengan semua itu, biarpun mereka merasa seperti itu, aku hanya berpikir kenapa aku berada di tempat ini.
Pikiranku pun mulai buyar dengan pemandangan baru yang ada di depanku, meski berada agak jauh, tepatnya di bawah pohon yang entah aku tak tahu nama pohon itu, yang jelas pohon itu tak begitu tinggi namun rimbun dan bisa sedikit menutupi apa yang ada di bawahnya. Ya, sepasang yang entah sejak kapan dan dari mana datangnya, yang ku lihat mereka sudah ada di bawah pohon itu. Dengan sedikti penasaran, aku mulai memperhatikan sepasang remaja itu, toh aku duluan yang berada di sini, dalam pikiranku. Tak lama setelah itu tangan lelaki itu di taruhnya di atas pundak sang gadis sambil perlahan menariknya agar tubuhnya bisa saling berdekatan, itu pasti niatnya dari awal. Aku memang tak mengenal mereka dan begitupun dengan mereka yang pasti tak mengenalku, tapi aktifitas mereka seakan sengaja mereka lakukan untuk mengejekku, benar-benar tamparan keras buatku. Aku seperti melihat ada tulisan yang berbunyi “emang enak sendirian, kacian deh lo” tulisan itu begitu besar terpampang di atas kepala mereka. “ANJING!!!” ucapku keras dalam hati yang sudah pasti jelas mereka tak mendengarnya.
Tapi entah kenapa mataku seperti terkunci ke arah mereka dan tak lama kemudian tangan yang tadinya berada di pundak itu bergeser pelan tapi pasti menuju ke bawah. Sedikitpun tak ada pemberontakan dari sang gadis itu, seakan apa yang di lakukan si lelaki itu, ia biarkan saja bermain sesukanya. “gila” ucapku lagi dalam hati. “apa seperti ini cara para remaja jaman sekarang berpacaran, bahkan di tempat terbuka seperti ini, bahkan lagi mereka seakan tak menghiraukan keberadaanku yang seharusnya mereka tahu karena posisi aku dan mereka saling berhadapan. Tapi entah kenapa sejak mereka disana sampai sekarang seakan mereka tak sadar dengan keberadaanku yang terus menyaksikan adegan demi adegan yang membuatku mulai gerah. Tapi aku juga tak mau ambil peduli, aku tak akan beranjak sedikitpun dari sini. Karena memang aku lebih dulu berada di sini dan seharusnya mereka yang pergi dan seharusnya lagi mereka tak melakukan itu di depan mataku. Kecuali kalau mereka benar-benar ingin mengejekku.
Aku lihat matahari semakin menurun, hari semakin gelap di buatnya tapi remaja itu masih saja berada disana, bahkan sepertinya mereka semakin kesetanan. Adegan mereka semakin berani. Tangan mereka saling bergerak layaknya ular yang mencari celah-celah untuk sembunyi. Tak sampai dua menit, tangan mereka sudah hilang lenyap dari pandanganku. Adegan yang membuat aku semakin gerah dan harus melakukan sesuatu karenanya. Ini sudah tak bisa di biarkan. Aku mulai marah. Aku beranjak dari posisi dudukku dan tanpa peduli apa yang akan terjadi nanti, aku hampiri mereka. Tepat beberapa langkah di depannya, dengan sekuat tenaga yang benar-benar marah aku teriak “ANJINGGG!!!! KALIAN!!!”. Teg, justru aku yang tersentak melihat tak ada sedikitpun reaksi mereka setelah aku teriaki seperti itu. Aku coba teriak kembali dengan suara yang lebih keras, namun usahaku sia-sia, mereka masih tetap dalam aktifitas yang sama. Aku mulai bingung, aku coba melangkah untuk lebih dekat dengan mereka dan mencoba melambaikan tangan di depan wajah mereka. “Tak mungkin cinta membuat mereka sebuta ini, ini tak mungkin” ucapku berkali-kali dengan perasaan hatiku yang benar-benar bingung. Lalu aku melihat ke arah kedua tanganku, mencari apa sebenarnya yang salah dengan ku karena aku yakin kesalahan bukan ada pada mereka, tapi ada pada diriku. Aku buang jauh-jauh pikiran itu, tapi semua sendi di tubuhku seakan seketika menjadi lemas dan tak mampu menopang lagi tubuhku ketika aku tak dapat menyentuh mereka dengan tanganku. “TIDAK!!!!”
Aku coba menenangkan diri, aku sudah tak menghiraukan lagi apa yang kini di perbuat sepasang remaja itu. Aku berjalan gontai kembali ke tempat dimana aku duduk tadi, aku berpikir terus untuk mencari jawabannya karena aku benar-benar tak ingat apa yang terjadi sebelum aku tiba-tiba sadar berada disini.
Tiba-tiba ada sebuah cahaya putih yang melesat kencang dari atas dan jatuh tepat menghantam tubuhku yang membuat tubuhku terpental kebelakang hingga rasanya aku menembus batu besar tempat sandaranku duduk tadi dan seketika aku tak melihat apa-apa sampai aku tersentak dan tersadar di tangan kiriku memegang selembar undangan yang aku coba buka kembali dan ku dapati sebuah nama wanita yang aku cintai. Seketika ingatanku kembali normal, termasuk pada sebuah ingatan yang sepertinya tak pernah aku lakukan, namun begitu segar dalam pikiranku. Aku berdiri dan berputar arah, aku melihat sepasang remaja yang sangat kaget dengan keberadaanku. Tak sampai satu menit, lalu aku kembali berputar arah dan bergegas pergi meninggalkan tempat ini dengan sebuah pertanyaan dalam hati “apa aku baru saja mengalami mati suri di taman?” aku terus berjalan “ah entahlah”.Tapi apapun itu, semua itu adalah pengalaman berharga buatku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar