Aku
hanya duduk memeluk lutut yang ku lipat keatas dan kepala yang aku topangkan di
ujungnya. Tapi aku bingung dengan apa yang aku lakukan, seakan tiba-tiba saja
aku berada di tempat ini dan tak tahu harus berbuat apa. Hanya terdiam melihat
apa yang ada di depanku dan lalu lalang orang yang seakan tak melihatku sama
sekali. Entah mereka sengaja tak memperdulikanku atau memang buta, tapi aku
rasa mereka memang buta, buta karena cinta lebih tepatnya. Memang kekuatan
cinta itu bisa membutakan mata yang sebenarnya tak buta, bahkan bisa menjadikan
mereka sebagai raja dari segala raja yang memiliki hak pribadi atas dunia ini,
dan yang lain hanya ngontrak semua. Benar-benar sudah gila semua ini. Ah, tapi
aku tak peduli dengan semua itu, biarpun mereka merasa seperti itu, aku hanya
berpikir kenapa aku berada di tempat ini.
Pikiranku
pun mulai buyar dengan pemandangan baru yang ada di depanku, meski berada agak
jauh, tepatnya di bawah pohon yang entah aku tak tahu nama pohon itu, yang
jelas pohon itu tak begitu tinggi namun rimbun dan bisa sedikit menutupi apa
yang ada di bawahnya. Ya, sepasang yang entah sejak kapan dan dari mana
datangnya, yang ku lihat mereka sudah ada di bawah pohon itu. Dengan sedikti
penasaran, aku mulai memperhatikan sepasang remaja itu, toh aku duluan yang
berada di sini, dalam pikiranku. Tak lama setelah itu tangan lelaki itu di
taruhnya di atas pundak sang gadis sambil perlahan menariknya agar tubuhnya
bisa saling berdekatan, itu pasti niatnya dari awal. Aku memang tak mengenal
mereka dan begitupun dengan mereka yang pasti tak mengenalku, tapi aktifitas
mereka seakan sengaja mereka lakukan untuk mengejekku, benar-benar tamparan
keras buatku. Aku seperti melihat ada tulisan yang berbunyi “emang enak
sendirian, kacian deh lo” tulisan itu begitu besar terpampang di atas kepala
mereka. “ANJING!!!” ucapku keras dalam hati yang sudah pasti jelas mereka tak
mendengarnya.
Tapi
entah kenapa mataku seperti terkunci ke arah mereka dan tak lama kemudian
tangan yang tadinya berada di pundak itu bergeser pelan tapi pasti menuju ke
bawah. Sedikitpun tak ada pemberontakan dari sang gadis itu, seakan apa yang di
lakukan si lelaki itu, ia biarkan saja bermain sesukanya. “gila” ucapku lagi
dalam hati. “apa seperti ini cara para remaja jaman sekarang berpacaran, bahkan
di tempat terbuka seperti ini, bahkan lagi mereka seakan tak menghiraukan
keberadaanku yang seharusnya mereka tahu karena posisi aku dan mereka saling
berhadapan. Tapi entah kenapa sejak mereka disana sampai sekarang seakan mereka
tak sadar dengan keberadaanku yang terus menyaksikan adegan demi adegan yang
membuatku mulai gerah. Tapi aku juga tak mau ambil peduli, aku tak akan
beranjak sedikitpun dari sini. Karena memang aku lebih dulu berada di sini dan
seharusnya mereka yang pergi dan seharusnya lagi mereka tak melakukan itu di
depan mataku. Kecuali kalau mereka benar-benar ingin mengejekku.
Aku
lihat matahari semakin menurun, hari semakin gelap di buatnya tapi remaja itu
masih saja berada disana, bahkan sepertinya mereka semakin kesetanan. Adegan
mereka semakin berani. Tangan mereka saling bergerak layaknya ular yang mencari
celah-celah untuk sembunyi. Tak sampai dua menit, tangan mereka sudah hilang
lenyap dari pandanganku. Adegan yang membuat aku semakin gerah dan harus
melakukan sesuatu karenanya. Ini sudah tak bisa di biarkan. Aku mulai marah.
Aku beranjak dari posisi dudukku dan tanpa peduli apa yang akan terjadi nanti,
aku hampiri mereka. Tepat beberapa langkah di depannya, dengan sekuat tenaga
yang benar-benar marah aku teriak “ANJINGGG!!!! KALIAN!!!”. Teg, justru aku
yang tersentak melihat tak ada sedikitpun reaksi mereka setelah aku teriaki
seperti itu. Aku coba teriak kembali dengan suara yang lebih keras, namun
usahaku sia-sia, mereka masih tetap dalam aktifitas yang sama. Aku mulai
bingung, aku coba melangkah untuk lebih dekat dengan mereka dan mencoba
melambaikan tangan di depan wajah mereka. “Tak mungkin cinta membuat mereka
sebuta ini, ini tak mungkin” ucapku berkali-kali dengan perasaan hatiku yang
benar-benar bingung. Lalu aku melihat ke arah kedua tanganku, mencari apa sebenarnya
yang salah dengan ku karena aku yakin kesalahan bukan ada pada mereka, tapi ada
pada diriku. Aku buang jauh-jauh pikiran itu, tapi semua sendi di tubuhku
seakan seketika menjadi lemas dan tak mampu menopang lagi tubuhku ketika aku
tak dapat menyentuh mereka dengan tanganku. “TIDAK!!!!”
Aku
coba menenangkan diri, aku sudah tak menghiraukan lagi apa yang kini di perbuat
sepasang remaja itu. Aku berjalan gontai kembali ke tempat dimana aku duduk
tadi, aku berpikir terus untuk mencari jawabannya karena aku benar-benar tak
ingat apa yang terjadi sebelum aku tiba-tiba sadar berada disini.
Tiba-tiba
ada sebuah cahaya putih yang melesat kencang dari atas dan jatuh tepat
menghantam tubuhku yang membuat tubuhku terpental kebelakang hingga rasanya aku
menembus batu besar tempat sandaranku duduk tadi dan seketika aku tak melihat
apa-apa sampai aku tersentak dan tersadar di tangan kiriku memegang selembar
undangan yang aku coba buka kembali dan ku dapati sebuah nama wanita yang aku
cintai. Seketika ingatanku kembali normal, termasuk pada sebuah ingatan yang
sepertinya tak pernah aku lakukan, namun begitu segar dalam pikiranku. Aku
berdiri dan berputar arah, aku melihat sepasang remaja yang sangat kaget dengan
keberadaanku. Tak sampai satu menit, lalu aku kembali berputar arah dan
bergegas pergi meninggalkan tempat ini dengan sebuah pertanyaan dalam hati “apa
aku baru saja mengalami mati suri di taman?” aku terus berjalan “ah
entahlah”.Tapi apapun itu, semua itu adalah pengalaman berharga buatku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar