Kamis, 29 Agustus 2013

AKU BERHAK UNTUK TERLAHIR KE DUNIA...



Aku mendengar percakapan itu dari balik rahim yang membungkusku. Entah siapa mereka, yang jelas percakapan mereka membuat hatiku berdetak semakin kencang.
“kamu harus menggugurkan bayimu itu. ibu tidak sudi melihat bayi haram itu lahir ke dunia ini. memalukan saja” aku dengar suara itu penuh kemarahan. Entah suara siapa itu, yang jelas dia tak pernah mengharapkan aku terlahir ke dunia.
“tapi bu?”
“sudahlah tidak usah pake tapi-tapian” suara itu semakin keras memotong suara ibu yang bergetar.
Aku semakin yakin itu adalah suara nenekku yang tak pernah mengaharapkan aku lahir ke dunia ini. oh ibu, jangan kau dengar apa yang di katakan nenek kepadamu ibu, aku ingin terlahir di dunia, aku ingin melihat terangnya dunia setelah sekian lama aku terbungkus rahimmu yang gelap gulita, aku mohon jangan ibu.
“sekarang kamu minum ini” entah apa yang di sodorkan nenek kepada ibuku.
“apa ini bu? Ayu tidak mau bu? Ayu pengen merawat bayi ini bu”
“sudah nurut apa kata ibu, jangan banyak bicara kamu. Kamu tahu kan kita dari keluarga terpandang. Bagaimana kalau semua tahu bahwa kamu hamil di luar nikah, mau di taruh mana muka ayah dan ibu mu ini?”
“Ayu tahu bu, Ayu salah, Ayu minta maaf, tapi bukan gini caranya. Ayu juga tahu perbuatan Ayu ini dosa, tapi lebih dosa jika Ayu harus membunuh bayi yang tak berdosa ini bu”
“kalau tahu itu dosa, kenapa kamu lakuin itu?”
Kali ini aku hanya mendengar ibu menangis, seakan tak sanggup lagi menjawab. Aku mulai merasakan tangan halusnya mengusap perutnya, aku bisa menrasakan itu, begitu lembut dan hangat. Tapi semakin lama yang kurasakan bukan seperti tadi, sekarang mulai terasa guncangan-guncangan yang kasar. Ada denganmu ibu? Apakah ibu pendirian ibu mulai goyah? Jangan lakukan itu ibu, aku mohon demi aku anakmu ibu, apapun yang ibu lakukan hingga aku ada, aku masih berhak untuk terlahir kedunia ibu, adakah ibu mendengar suaraku?
Aku tak lagi mendengar suara yang saling beradu argumen. Entah apa yang terjadi di luar sana. Hatiku mulai bergetar kembali, apa lagi dengan tiba-tiba ada rasa hangat yang berubah semakin panas yang mengalir bercampur air ketuban yang melindungiku. Apakah ini yang nenek berikan tadi kepada ibu? Sebenarnya apa yang nenek berikan tadi?. Aku mulai tak tahan dengan panas ini, seakan danging lembutku mulai hancur bersama mendidihnya darah yang mengalir di tubuhku. Tolong ibu!!!! Tolong!!!
Guncangan itu semakin keras, sepertinya ibu juga merasakan sakit akibat dari cairan yang ia minum. Dan lagi-lagi aku mendengar suara nenek yang menyuruh ibuku agar terus meminum cairan itu sampai habis, hingga aku tak lagi bisa mendengar.
Beberapa jam kemudian...
“Ayu dimana bu? Kenapa kepala Ayu rasanya berat sekali?”
“sudah tidak apa-apa, kamu istirahat saja, nanti juga baikan kok”
“ini darah apa bu? Tidak!!! Tidak!!! Kenapa ibu membunuh anakku bu?
“itu demi kebaikanmu dan keluarga ini”
“tapi dia tidak berdosa bu”
“tapi dia anak haram!!!”
“tidak bu, tidak. Dia bukan anak haram bu, perbuatan kamilah yang haram. Seharusnya ibu menghukum aku, asal jangan membunuh anakku yang tak berdosa. Dia berhak untuk hidup di dunia bu, apapun alasannya. Anak adalah titipan yang di atas bu, dan ibu tidak punya hak untuk membunuhnya”
“ooo coba nyeramahinn ibu?”
“bu.. bu.. jangan pergi bu, Ayu belum selesai bicara bu. Maafkan aku anakku, ibu tidak bisa melindungi kamu, ibu tidak bisa menjaga kamu sampai kamu terlahir kedunia, maafkan ibu anakku”
Kali ini aku bisa melihat langsung dua wanita yang sedari tadi bercakap. Aku bisa melihat wajah murka nenek yang begitu menakutkan, aku bisa melihat wajah cantik ibuku, wajah yang terus di banjiri oleh air matanya yang terus mengalir tanpa henti. Dan kini aku bisa melihat dunia yang indah, kini aku bisa melihat cahaya yang selama ini aku impikan, tapi bukan untuk selamanya.
Andai ibu bisa melihat aku, betapa aku aku cantik seperti mu ibu, lihat mata indah ini bu, bulat seperti mata ibu, bulu matanya pun lentik, dan bibir ini, mungil seperti bibir ibu. Andai ibu bisa melihat semuanya, betapa miripnya aku dengan ibu dan cantik seperti ibu.
Terima kasih ibu, telah membuatku ada walau hanya sementara, meski aku tak sempat menikmati manisnya air susumu, meski aku tak sempat merasakan hangatnya pelukanmu. Tapi aku beruntung telah tercipta dari mu ibu, darah dagingmu, ibu yang sangat mencintaiku. Terima kasih untuk segalanya ibu.

(andai kalian semua bisa mendengar suara hati dari benih cinta yang kalian sia-siakan, betapa malunya kalian, betapa meruginya kalian. Betapa tak marahnya kami, meski tercipta dari perbuatan haram. Kami masih ingin tetap terlahir kedunia, menikmati manisnya air susu, hangatnya pelukan, indahnya dunia dan terangnya cahaya. Dan kami, masih berhak untuk hidup. Salam hangat dari kami yang tak sempat terlahir ke dunia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar