Jumat, 28 Oktober 2016

Inilah Hidup... (sebuah pilihan bag.3)


"Tapi kenapa akhirnya ikut pulang dengan suaminya?"
"Dia nangis semaleman, Ton. Lalu kenapa kamu mau menolongnya saat itu?"
"Karena aku..." aku berhenti sejenak memikirkan kata apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan tadi. "Ya karena dia minta tolong." Lanjutku.
Mereka semua diam seperti bingung apa yang harus mereka katakan.
"Tapi ya sudahlah, jika dia tidak bisa membelaku, mungkin Tuhan yang akan membelaku, jika tidak, mungkin ini takdirku yang harus aku jalani."
"Ya tidak seperti itu juga, Ton?" Ucap Ori akhirnya bicara, seperti ingin menghiburku tapi tak tahu harus memilih kata apa yang tepat untuk menghiburku.
"Kenyataannya memang seperti ini kan? Bisa kalian lihat. Aku dipenjara karena membelanya, tapi dia justru membela suaminya yang selalu kasar dengannya."
"Aku juga tidak habis pikir dengannya, Ton. Kenapa dia bisa setega itu. Padahal kita semua sudah berteman sejak lama. Kamu juga begitu baik dengan dia..."
"Aku baik dengan semua temanku." Ucapku cepat.
"Tapi lebih dengan dia." Ucap Ani lagi.
"Ya sudah. Dia sedang mencoba untuk menjadi istri yang baik dan nurut dengan suaminya. Menang begitu sebaiknya seorang istri"
"Termasuk dengan suami yang dzolim seperti suaminya?"
Aku diam. Aku tak bisa menjawabnya. Hanya mencoba untuk tersenyum.
"Trus mengorbankan kamu dengan menjadikanmu sebagai tersangka pemukulan suaminya? Ini tidak adil, Ton." Lanjut Ani.
"Aku tidak apa-apa, Nik." Sahutku.
"Kamu kenapa jadi seolah-olah bijak sekali? Kamu ketularan bijaknya Ori ya?" Ucap Ani. "Dan kamu, Ori. Kenapa dari tadi hanya diam saja?" Lanjut Ani kepada Ori.
"Aku hanya sedang berpikir. Inilah hidup, kita tak akan pernah tahu dan menyangkanya. Dalam hidup, terkadang yang salah belum tentu sebenarnya salah, terkadang justru kita terpaksa membela yang salah demi satu alasan. Mungkin kalian tak mengerti betapa sulitnya berada di posisi Nia," Ori berhenti sejenak lalu berbicara lagi, "bagai makan buah simalakama."
Aku tak mengerti apa maksud dari kalimat terakhir Ori. Begitupun dengan Ani-sepertinya.
(bersambung lagi. Penulis lagi ngantuk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar