Jumat, 03 Oktober 2014

CERPEN ORION part2.



            Ori terlihat terburu-buru karena siang ini ia harus mengisi suatu acara workshop yang membahas tentang barista dan kopi di kampus yang dulu pernah dijadikan tempat menuntut ilmu, sebuah kampus pariwisata di kotanya dan bisa dikatakan Ori adalah salah satu alumni yang kini sukses dibidang yang digelutinya, menjadi seorang barista kopi di sebuah kedai kopi ternama yang ada di kotanya. Bahkan ia juga di percaya menjadi seorang kapten barista karena prestasinya yang telah ia raih selama tiga tahun belakangan ini. Tak sedikit juga ajang-ajang kompetisi barista yang ia ikuti dan menjadi juaranya. Namanya juga cukup terkenal di kalangan barista kopi di beberapa kota besar, terutama di kotanya. Jadi tak heran jika ia terpilih dan dipercaya untuk mengisi workshop yang diadakan oleh kampusnya dulu.
            Ia bergegas dan memacu sepeda motornya agar cepat sampai di kampus tempat workshop itu berlangsung. Ini adalah pertama kalinya ia mengisi sebuah workshop, jadi ia tidak boleh terlambat, apalagi ia adalah alumni di kampus tersebut. Dalam hatinya berkata mau ditaruh dimana mukanya di depan dosen-dosen yang membimbingnya dulu jika ia sampai terlambat. Untung saja ia tahu betul seluk beluk kota tempat ia tinggal, jadi banyak jalan-jalan tikus yang ia hafal untuk menuju ke kampusnya tanpa memalui jalan utama yang notabenenya banyak sekali traficlight, apalagi sepagi ini yang pasti macet disana-sini. Jam di tangannya menunjukkan belum ada pukul sembilan, akhirnya ia bisa lega karena masih ada waktu lima belas menit untuk memulai workshopnya.
            “pagi pak Bambang, masih ingat saya?” sapa Ori di tempat parkir kepada salah satu dosen yang juga baru saja datang.
            Terlihat wajah Pak Bambang yang sedang mengingat-ingat siapa lelaki yang baru saja menyapanya. Tak lama kemudian Pak Bambang mengingat lelaki itu. “iya iya saya ingat kamu. Kamu Ori yang dulu pernah kuliah di sini kan? Yang dulu sering bolos saat jam pelajaran saya kan?”
            “ah Pak Bambang yang diingat hanya itu saja”
            “ya memang itu yang saya ingat dari kamu”. Mereka berdua tertawa bersama yang masih berada di tempat parkir. “bagaimana kabar kamu Ri? Oya ngomong-ngomong kamu ada perlu apa di sini?” tanya Pak Bambang heran, mungkin hanya Pak Bambang yang belum tahu siapa Ori sekarang, salah satu mahasiswanya yang sering bolos di kelasnya dulu.
            “kabar saya baik Pak, kabar Pak Bambang juga kan?” jawabnya sambil berjalan beririgan. “alhamdulillah saya dipercaya mengisi workshop yang diadakan kampus ini Pak” ucapnya lanjut.
            “oya? Saya malah tidak tahu tentang itu, ya setahu saya memang ada acara workshop hari ini mengenai barista dan kopi. Tapi tidak tahu yang mengisi ternyata kamu Ri. Memang kamu sekarang kerja apa?”
            “ya berkat pelajaran yang Pak Bambang berikan dulu walau saya sering bolos, sekarang saya jadi barista di salah satu kedai kopi di kota ini Pak” jawab Ori.
            “baguslah kalau begitu, jadi kapan-kapan saya bisa ngopi gratis nih di kedai tepat kamu kerja” pak Bambang tertawa.
            “wah silahkan Pak, tenang saja pasti saya gratisin sebagai permintaan maaf saya karena dulu sering bolos di kelas Pak Bambang”. Dan mereka kembali tertawa,seakan nostalgia singkat ini mengembalikannya kemasa lalu dimana masih saling menjadi seorang dosen dan mahasiswa. “mari Pak, saya masuk ke kelas dulu, sepertinya para mahasiswa sudah menunggu saya” lanjut Ori.
            “silahkan Ri. Oya jangan sampai terpikat salah satu mahasiswi di kelasmu ya. Mahasiswi di sini sekarang centil-centil” ucapnya sambil mengecilkan volume suaranya saat mengucapkan kalimat yang terakhir tadi.
            “ah Pak Bambang bisa saja”. Dan merekapun berpisah di depan kelas yang akan Ori masuki. Kelas yang memang sudah dibicarakannya dengan beberapa dosen kemarin lusa.
            Ada sedikit rasa gugup yang bersemayam di hati Ori karena memang ini adalah kali pertamanya mengisi sebuah workshop. Tapi dengan sikap yang ia buat santai, ia pun masuk ke kelas itu. Selain para mahasiswa yang menunggu kedatangannya, ada juga Bu Siwi yang menjadi dosen pendamping di sana.
            “selamat pagi Bu” sapa Ori kepada Bu Siwi dari depan kelas yang terbuka pintunya.          “pagi juga Ri, sini masuk, para mahasiswa sudah siap mengikuti workshop” ucap Bu Siwi dari dalam kelas.
            Dengan langkah pasti, Ori berjalan memasuki kelas tersebut dan berhenti tak jauh dari Bu Siwi yang juga berdiri di sudut ruang kelas tersebut dan langsung memberikan waktunya kepada Ori untuk langsung memulai workshopnya.
            Kini Ori mengambil alih kelas milik Bu Siwi untuk mengadakan workshop. Dan ia pun langsung memulai workshopnya dengan perkenalan terlebih dahulu. Bercerita tentang dirinya yang pernah kuliah di kapus ini sebelum bercerita tentang seluk beluk kopi dan semua tentang barista sesuai ilmu pengetahuan yang telah ia miliki dari berbagai pengalaman yang telah membesarkan namanya seperti sekarang ini. Dan ia pun bercerita tentang awal mula bagaimana akhirnya ia terjun di dunia barista.
            “dulu sewaktu saya masih menjadi mahasiswa seperti kalian, duduk di kelas ini, saya juga sempat berpikir, mau jadi apa nanti setelah lulus dari sini. Mungkin itu yang juga terbesit sekarang dalam pikiran kalian. Dulu saya justru salah satu mahasiswa yang sering bolos dari beberapa kelas. Bukan karena saya malas atau apa, tapi karena terlalu sibuk mencari uang. Karena selain kuliah saya juga kerja sebagai partime di beberapa restoran dan cafe. Dari dulu cita-cita saya memang ingin menjadi seorang bertender, dalam pikiran saya waktu itu, betapa kerennya menjadi seorang bartender. Kerja di club malam yang penuh cewek-cewek cantik, bisa dugem tiap malam, bisa mencicipi berbagai minuman gratis sampai akhirnya saya lulus juga dari kampus ini dan pure terjun langsung di dunia itu, menjadi seorang bartender selama hampir satu tahun di salah satu club malam di kota ini. Tapi setelah hampir satu tahun itu saya terjun langsung di dunia bartender, ada rasa jenuh yang menyelimuti diri saya sampai akhirnya saya tertarik dengan dunia kopi. Berbekal sedikit pengetahuan tentang kopi, saya mencoba bekerja di sebuah kedai kopi, di sana saya memang mulai lagi dari bawah karena minimnya pengetahuan saya tentang kopi. Tapi yang perlu kalian catat adalah, semangat saya untuk mempelajari pengetahuan tentang kopi dari para senior saya waktu itu dan dari berbagai sumber yang saya cari. Dari situ saya mulai tergila-gila dengan kopi, sedikit demi sedikit saya belajar tentang kopi, mulai dari pemilihan biji kopi yang terbaik seperti apa sampai bagaimana cara pengolahannya hingga menjadi sebuah minuman yang akan dinikmati oleh para pecinta kopi. Setelah saya cukup ilmu, dengan pede saya melamar menjadi seorang barista, kalian pasti sudah tahu perbedaan bartender dan barista kan? Jadi saya tidak usah repot-repot lagi menjelaskan tentang itu. Oke lanjut lagi ke pokok utama, akhirnya saya menjadi seorang barista, di sana juga saya masih harus banyak belajar bagaimana menjadi seorang barista yang baik. Banyak pelatihan-pelatihan dan workshop-workshop seperti sekarang ini yang saya ikuti, banyak juga kompetisi barista yang saya ikuti, saat itu bukan kejuaraan yang saya tuju, tapi pengalaman, ya istilahnya sedikit mencuri ilmu dari kompetiter-kompetiter lainnya. Sampai akhirnya saya dipercaya untuk menjadi seorang kapten barista. Tapi bukan itu tujuan utama bagi pekerjaan yang saya geluti sekarang ini, tapi menjadi seorang pengabdi yang bisa terus menyajikan minuman kopi terbaik kepada para pecinta kopi dan membuat mereka puas setelah meneguk kopi racikan yang saya sajikan. Dan dari cerita ini yang memang harus kalian catat adalah rasa semangat belajar, jangan pernah berhenti belajar,  jangan pernah mengeluh memulai pekerjaan dari bawah, dan jangan pernah merasa puas dengan apa yang telah kita dapat sekarang ini”.
            Dari cerita itu juga Ori terus memberi pengetahuan tentang kopi, mulai dari sejarah asal mula kopi, bagaimana cara memilih biji kopi yang baik, sampai bagaimana cara mengolahnya agar menjadi sebuah minuman yang baik pula. Ia juga mengajari bagaimana cara menyajikan minuman kopi itu menjadi sebuah minuman yang menarik selain dari segi rasanya, seperti yang sekarang ini sudah mulai marak di kalangan masyarakat. Memang sebagai barista kopi yang baik, bukan hanya pintar meracik biji kopi menjadi berbagai minuman kopi, tapi juga harus pintar menghias minuman tersebut menjadi lebih menarik dalam tampilannya saat disajikan kepada customer.
            Tak terasa sudah hampir dua jam Ori mengisi workshop tersebut. Banyak sudah yang ia bagi kepada mahasiswa dalam workshop ini. Menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dari mereka, presentasi meracik kopi dan menghias, tak luput juga melakukan aksi jugling sesuai keinginan dari para mahasiswa.
            Boleh dikatakan workshop pertamanya ini berakhir dengan sukses. Pengalaman yang tidak memalukan bagi dirinya di depan mahasiswa dan dosen, apalagi predikatnya sebagai alumni dari kampus tersebut dan nama besarnya di dunia barista. Ia bisa bernafas lega setelah keluar dari ruang kelas dimana tadi ia menjadi pusat perhatian. Ia benar-benar tidak menyangka akan terjadi pada dirinya, berdiri di depan orang banyak yang bukan sebagai customer ataupun para juri di ajang kompetisi. Baginya memang sangat berbeda saat ia harus berdiri di depan para costumer, para juri dan para peserta workshop. Ia sangat senang bisa berbagi ilmu yang sudah ia miliki.
(bersambung...)
290914

Tidak ada komentar:

Posting Komentar