Tak
pernah aku sangka cerita hidupku berawal dari sini, cerita cinta lebih
tepatnya, di mana aku kembali lagi ke kota tempatku di lahirkan. Awalnya dia
hanya tetanggaku saja, lama-lama entah dari mana aku bisa dekat dengannya
hingga aku akhirnya menjalin hubungan cinta dengannya. Kami sadar saat itu kami
sama-sama memiliki pasangan masing-masing, tapi dengan kesepakatan hati kita,
kita memilih bersama dengan meninggalkan pasangan kita masing-masing. “tapi
kamu harus putusin pacar kamu dulu” ucapnya waktu itu dan aku ucapkan kata yang
sama juga dengannya.
Saat
itu, hari-hariku dihiasi olehnya. Tak ada hari tanpa kebersamaan bersamanya. “aku
Cuma takut kalau kamu jenuh jika kita tiap hari ketemu” ucapnya dengan rasa takut
yang ku lihat dari wajahnya. “aku tak akan pernah bosan bersamamu” ucapku
menenangkannya yang memang aku tak pernah bosan bersamanya. Justru rasa
sayangku semakin tumbuh saat bersamanya.
Mungkin
aku hanya manusia yang hanya bisa berharap bersamanya selamanya, tapi Tuhan
berkata beda, sekitar satu tahun hubunganku dengannya, kami terpisah oleh
seseorang yang membuat dia terlena. “apa aku masih boleh ketemu kamu kalau aku
kangen kamu” kata-kata itu membuatku bingung. “boleh” balasku. Hingga akhirnya
kami pun mulai dekat kembali, mungkin karena telah terbiasa. Tangannya aku
genggam, “mau nggak kamu balikan lagi denganku” aku memintanya kembali menjalin
hubungan denganku. Ia pun menggenggam erat genggamanku dengan dibubuhi sebuah
senyum yang menandakan ia pun mau. Kebahagiaan seperti kembali lagi kepadaku.
Untuk
pertama kalinya aku balikan lagi dengannya, aku semakin mencintainya. “honey”
panggilan sayang itu tercipta. Mulai saat itu tak ada lagi dia menyebut namaku
atau aku menyebut namanya, tapi kata “honey” yang selalu kami ucapkan untuk
saling memanggil satu sama lain. Betapa bahagianya aku, kebahagiaan yang aku
harap tak menghilang lagi di tiap hari-hariku, kebahagiaan yang aku harap bisa
abadi.
Abadi,
ternyata tak ada yang abadi di dunia ini. Begitupun kebahagiaan yang aku
dapatkan kembali, ternyata untuk kedua kalinya menghilang. Ia pun jatuh hati
lagi oleh pesona sesorang lelaki yang mampu menghipnotisnya. Dan aku, ia
tinggalkan lagi. Untuk kedua kalinya aku merindukan hari-hari bersamanya. Dan rasa
cinta ini tak juga mau hilang, masih saja bersemayam dalam hati ini. Entah kenapa
aku masih bisa mencintainya walau untuk kedua kalinya aku tersakiti, dan aku
tak bisa membencinya.
Entah
dari mana, untuk ketiga kalinya aku dan dia dekat kembali. Tapi kali ini tak
ada kata jadian kembali, namun hatiku hatinya yang membuat hubungan itu
kembali. “aku janji tak akan meninggalkan kamu lagi” kata-kata yang entah
membuatku harus bahagia atau tidak, yang jelas aku senang mendengarnya.
“HATIKU
HATIMU” kata-kata dengan huruf jawa aku ukir di cincin yang sengaja aku design
sendiri untuk melanjutkan hubungan keseriusan kami. “aku sudah nggak sabar hon”
ucapnya setelah dua buah cincin itu benar-benar ada di tangan kami.
“honey
masih sayang aku kan?” ucapnya setelah ia bermimpi sesuatu yang membuatnya
bertanya seperti itu. Ada rasa sangat bahagia aku mendengar pertanyaan itu,
karena aku lihat ada ketakutan pada dirinya, ketakuan akan kehilanganku. “aku
akan selalu sayang sama kamu honey, sampai kapanpun” jawabku. Aku merencanakan
beberapa bulan lagi untuk meminangnya.
“hon,
nggak usah buru-buru ya tunangannya”, hatiku tersentak, ada sesuatu yang aneh
yang terlahir dari kata-kata itu. Dia yang dulu selalu memintaku untuk
cepat-cepat meminangnya akhirnya memintaku untuk tidak buru-buru lagi. Banyak pertanyaan
yang bersemanyam dalam hati. Mungkin karena aku sudah 8 tahun bersama dia yang
membuatku hafal benar dengan semua sifat aneh yang ada padanya, tapi aku
berusaha mencoba untuk berfikiran apa yang pernah terjadi tak terulang lagi. Namun
aku salah, luka itu pun kembali menggores hatiku, lagi-lagi ia memilih untuk
meninggalkanku demi seseorang yang memang lebih sempurna dariku, dan kali ini,
aku hancur sehancur-hancurnya. Semua mimpi yang susah payah aku rajut kembali,
semua perjuanganku melawan kedua orang tuaku seakan tak berarti lagi. Dan aku,
ingin rasanya menghilang saja dari muka bumi ini.
Beberapa
tahun tanpanya ternyata tak menghilangkan rasa cinta dan luka yang terus ada di
dalam hati ini. Mereka terus ada, seakan abadi menggerogoti hatiku. Aku masih
mencintainya tapi aku membencinya, aku masih membencinya tapi aku mencintainya.
Kedua rasa yang tak mampu aku pilih salah satunya.
Aku
tak mau seperti ini, ada dua rasa yang benar-benar menyiksaku. Hingga suatu
malam, aku harus mengambil langkah yang ku rasa berat aku jalani, namun akan
aku coba untuk melangkah menjemput seseorang di sana yang entah itu siapa dan
entah dia di mana, seseorang yang memang tercipta dari tulang rusukku yang
patah.
Sebuah
surat yang aku tulis untuk mengawali kepergianku meninggalkan semuanya, surat
yang aku tujukan kepadanya, seseorang yang telah membuatku jatuh cinta sedalam
ini, seseorang yang telah membuatku terluka sedalam ini. Surat yang berbunyi
seperti ini,
Mungkin saat kamu membaca surat
ini, aku sudah tak ada lagi di sini. Ya, dengan ini aku hanya ingin mengucap sebuah
kata pamit kepadamu, selayaknya dulu aku pernah datang dengan cara yang indah kepadamu.
Saat ini, aku tak pernah ingin kamu
mengenangku, mengingat aku, bahkan menyimpan namaku. Karena sekarang kau pun
telah melakukannya dengan baik, menghapus aku. Aku hanya ingin kelak, jadikan
aku sebuah cerita pengantar tidur bagi anak cucumu, ceritakan saja bahwa ada
seorang lelaki berupa “aku” yang pernah menemani jejak langkah usiamu bertumbuh
hari demi hari hingga kau bertemu dengannya.
Biarkan aku yang pergi membawa
semua ini di dalam sini. Dan jika nanti, kamu hanya sekedar ingin tahu kabarku,
doakan saja aku baik-baik saja dimanapun aku berada, dan saat itulah aku juga
akan baik-baik saja di tempatku yang baru. Tempat aku membangun hidupku kembali,
merajut mimpi bersama takdirku.
Aku memutuskan untuk pergi, sebelum
aku benar-benar (sampai aku tak bisa menyebutnya, mungkin kelak kamu yang bisa
menyebutnya) oleh hari kebahagiaanmu nanti. Tapi percayalah, aku akan bertahan
hidup dengan sisa-sisa apa yang aku miliki. Dan terakhir, sampaikan saja
salamku untuknya, yang mampu memenangkan hatimu, semoga kalian berdua, menjadi
pasangan yang sempurna.
Dari aku, yang pernah menemani
langkah hidupmu.
Dan
tak lupa lagi aku tulis sebuah surat tak bertuan ini untuk seseorang di sana. Tolong
mengertilah.
Kepada seseorang di sana, maafkan
aku jika aku terlambat bertemu kamu, terlambat menjemputmu menjadikan pasangan
hidupku. Aku tak menyalahkanmu untuk persembunyianmu yang rapi, tapi memang waktu
yang membuat kita terlambat bertemu. Maafkan aku lagi yang telah mencintai
seseorang sebelum kamu. Mungkin aku bisa mencintainya sedalam ini, tapi
percayalah kelak, aku akan mencintaimu lebih dalam dari itu.
Jika kamupun setuju dengan semua
orang memiliki masa lalu, aku akan sangat berterima kasih kepadamu dengan cara
menghapusnya dengan cerita kita yang tak kalah indahnya. Begitupun dengan aku,
tak akan sekalipun aku mengusik masa lalumu, seindah apapun itu dan seburuk
apapun itu. Karena kamulah takdirku dan akulah takdirmu, dan itulah takdir kita
yang harus di jalankan.
Untuk terakhir kali, terima kasih
telah mengerti semua ini.
Dariku yang sedang mencarimu...
“Tuhan,
ijinkan aku untuk menemuinya, menjemputnya dan menjadikannya sebagai pasangan
hidupku. Aku tahu, aku hanya bisa berharap kepadaMU, memohon kepadaMU. Namun aku
juga tahu, semua ketetapan sudah Kau tulis di Lauhul Mahfudz sebelum aku Kau
lahirkan di dunia ini. Aku akan sangat ikhlas jika memang kenyataannya aku
harus bertemu Engkau sebelum aku bertemu dengannya” ucapku dalam hati untuk
menutup semua ini dan memulai langkah yang aku ambil...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar