Kepada sahabat-sahabatku
Ada saatnya di mana waktu akan berhenti,
memisahkan kebersamaan kita, menjadikan aku tak ada lagi di antara kalian.
Mungkin aku sebagai teman, bukanlah
seorang teman yang selalu bisa kalian andalkan, yang hebat dan gaul seperti kau
Rendi, yang serba tahu seperti kau Anton, yang smart dan tak pernah patah
semangat seperti kau Marsha dan Tasya. Aku hanyalah pelengkap di antara
persahabatan ini. Tapi ketahuilah, aku sangat bangga dengan kalian, dengan
persahabatan ini. Meski aku orang yang paling tak dibutuhkan, tapi aku sudah
merasa berarti di antara kalian. Terima kasih kawan...
Mungkin inilah waktunya aku harus pergi
meninggalkan kalian, bukan dengan sengaja aku pergi meninggalkan kalian lebih
dulu atau marah dengan sikap-sikap kalian terhadapku, sama sekali tidak. Aku sangat
senang jika melihat kalian tertawa karena mengolok-olok aku, mungkin itulah
kelebihanku. Selalu diolok-olok untuk membuat kalian tertawa melupakan sedikit
apa yang sedang kalian rasakan. Ingatkah kalian saat kalian menyuruhku menari
selayaknya orang gila di muka umum, mungkin kalian tak pernah berpikir apa yang
aku rasakan saat itu, saat aku melakukannya dan melihat gelak tawa yang begitu
lepas dari bibir kalian, dalam hati aku merasakan sangat bahagia, aku berterima
kasih kepada Tuhan yang telah membuatku berguna di antara kalian. Di saat-saat
itulah aku selalu lupa dengan penyakit ini. Aku tak perduli lagi seberapa
banyak penyakit ini menggerogoti tubuhku, yang ada dalam hatiku hanya kalian
yang membuatku menjadi berguna. Ah sudahlah, aku tahu kalian takan pernah
mengingat itu, apa lagi melihat apa yang aku rasakan, tapi aku sedikitpun tak
menyalahkan kalian. Aku sangat bahagia kawan.
Tapi memang aku harus pergi, aku hanya
lelah dengan apa yang selama ini menguasai tubuhku. Jangan bersedih ya, apalagi
menangis, karena yang aku minta bukan air mata kalian, air mata kalian terlalu
berharga untuk aku minta. Tapi hanya satu yang aku minta, ingatlah saat-saat aku
bertingkah gila, saat-saat kalian mengolok-olokku. Karena aku tahu, kalian
pasti merindukan saat-saat itu untuk membuat kalian tertawa bukan? Mungkin hanya
itu yang bisa aku tinggalkan untuk kalian, sebuah kenangan. Akan aku beri tahu
kepada kalian sebuah rahasia, aku selalu sengaja melakukan itu, menjadi
seolah-olah bodoh di depan kalian, selalu bersikap gila di antara kalian, itu
semua aku lakukan hanya untuk hari ini. Dan sekarang kalian sudah memilikinya,
tolong jaga selalu kenangan itu.
Sebelum aku tak lagi bisa menulis, aku
hanya ingin mengatakan, aku minta maaf atas segala yang membuat kalian kesal. Dan
terima kasih kuucapkan kepada kalian, kalian terhebat.
Dariku Dan Bintang Orion
Air mata yang memang tak bisa lagi ditahan
oleh mereka berempat, akhirnya tumpah juga saat surat itu selesai dibacakan
oleh Marsha.
Tak ada yang mampu mengucap sepatah
katapun di antara mereka, hanya isak tangis yang masih menghiasai wajah mereka.
Mungkin rasa bersalah dan penyesalan
yang kini bersemanyam di hati mereka berempat. Mau tak mau mereka mulai
teringat satu per satu ulah-ulah dan perlakuan mereka terhadap Ori. Andai waktu
bisa diulang kembali dan tahu penyakit yang bersemayam di tubuh Ori, mereka
semua tak akan memperlakukan Ori seperti itu, tapi semua sudah terjadi, mereka
tak bisa apa-apa lagi selain memang penyesalan yang mereka rasakan.
“aku yang sangat menyesal, aku yang
paling sering mengolok-olok kamu Ri, aku minta maaf Ri. Asal kamu tahu Ri,
bahkan selama ini aku tak pernah tahu nama lengkapmu, teman macam apa aku ini”
ucap Tasya penuh rasa marah, marah kepada dirinya sendiri.
“sudah Tas, semua sudah terjadi”
Semua kembali terdiam, hanya suara isak
tangis yang masih terdengar, wajah-wajah yang berselimut penyesalan.
“kini aku merasakan betapa berartinya
kamu Ri, kamu yang bisa membuatku tertawa oleh ulahmu, kamu yang selalu ada,
kamu yang selalu perhatian denganku, kamu yang selalu mengkhawatirkanku, kamu
yang sangat mencintaiku dan kamu yang selalu bersabar atas cintamu yang tak
pernah aku lihat. Mungkin aku bodoh telah menutup pintu hatiku untukmu, hanya
karena aku mengharap seseorang yang sama sekali tak perduli denganku. Kini benar-benar
aku merasakan kehilanganmu Ri” ucap Marsha dalam hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar