Kamis, 10 April 2014

LELAKI TUA DI TERAS RUMAH...

Aku terhanyut dalam tarian asap kopi panas pagi ini yang memaksaku bermain hati ke masa lalu.
Pada sruputan pertama. Aku tak mengerti, mengapa ini terjadi. “Ah sudahlah...” suara lirih dari dasar hati yang memang samar terdengar. Diakah aku? Lalu.. siapa aku?
Pada sruputan kedua, kopiku mulai hangat, sehangat otak di kepala yang tadinya beku oleh entah-entah tak karuan. Tapi aku masih tak mengerti, mengapa ini terjadi, mengapa aku masih seperti ini. “ah sudahlah...” lagi-lagi suara itu terdengar agak mengeras, aku tersentak, seperti mengajakku bicara. Tapi siapa disana? Diakah aku? Lalu siapa aku?
Pada sruputan ketiga, sebelum kopiku benar-benar dingin disruput pagi. Ku kejar waktu yang mulai merambat kepada asap-asap kopi yang mulai tak ada lagi, sebelum aku kehabisannya. Sepertinya aku memang ketagihan adiktif masa lalu. Terus ku biarkan saja, terserahlah, aku pun menikmatinya.
Kopiku benar-benar dingin, tak ku sruput lagi, tapi ku tenggak habis penuh dahaga, sedahaga aku akan masa lalu yang menbuatku begini.
Sepertinya sang peracik tak lagi mau mengerti apa yang terjadi kini. “ah sudahlah..” kini aku yang bicara sebelum suara dari dasar hati bicara lagi, yang sepertinya akan semakin lantang mengatakannya. Dan kini aku mengerti, mengapa ini terjadi. Aku tau siapa dia, aku tahu siapa aku... dan kita hanyalah sisa-sisa dari masa lalu yang sia-sia.


‪#‎dAN‬, Jogja 07.04.14 pagi tadi di teras rumah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar