Rabu, 01 Januari 2014

hadiah di malam tahun baru...



            “malam ini aku ingin Bintang Kecil itu menemaniku” ucapku lirih dalam hati.
            Namun aku tahu Bintang Kecil itu nggak akan datang untuk mengabulkan permintaanku yang memang lagi butuh teman malam ini. Sakit di hatiku kambuh lagi di malam tahun baru ini. Tahun baru yang aku kira akan jadi malam tahun baru yang menyenangkan karena nggak pernah terpikirkan oleh ku sebelumnya. Pasalnya, sehari sebelum malam tahun baru aku mendapat sms dari seseorang yang sangat aku cintai. Dia mangajakku untuk menemaninya membeli HP.
            “kalau kamu besok masuk pagi, berarti kita perginya sepulang kamu kerja, tapi kalau kamu masuk sore, ya paginya kita cari dulu” ucapku kepadanya. “tapi mudah-mudahan kamu besok masuk pagi, jadi kita perginya sore, sekalian merayakan malam tahun baru” pikirku dengan hati berharap.
            “ok. Aku kabari lagi secepatnya”
            Setelah aku medapat kabar tentang jadwalnya yang ternyata masuk pagi, aku langsung mengatur jadwal untuk hari esok. Pagi hari untuk mengerjakan cover buku milik Hidayah sampai jam1, lalu tidur sebentar dan langsung pergi mengambil screen, lalu sore harinya pergi bersama dia untuk membeli HP. Hari yang benar-benar sibuk tapi sangat senang buatku, setelah sekian lama aku nggak bisa merayakan malam tahun baru bersama dia, akhirnya Tuhan berbaik hati memberikan kesempatan kepadaku untuk bisa merayakan kembali malam tahun baru kali ini meski nggak semurni merayakan malam tahun baru. itu hanya anggapanku saja yang memang merindukan moment-moment yang nggak bisa ku duga sebelumnya.
            Nggak tahu kenapa setiap aku melihat wajahnya, yang ku lihat itu kedamaian, ketenangan dan kenyamanan buatku. Seperti dialah rumah yang paling damai buatku. Seakan semua luka yang mengerak di hati ini sirna seketika, seakan aku juga lupa bahwa dia bukan milikku lagi, seakan semua masih seperti dulu ketika waktu masih berpihak kepada kami. Andai ini bisa selamanya, betapa hidupnya aku.
            “hai Dan, aku lagi di tempat temen nih. Kamu?” akhirnya bintang kecil itu muncul juga, tapi mendengar dia lagi di tempat temannya aku jadi nggak tega untuk merusak suasananya merayakan malam tahun baru dengan curhatanku yang hanya tentang kesedihanku saja. Berdosalah jika aku melakukannya. Aku urungkan niatku untuk membagi kesedihan ini, biar tembok saja yang ku ajak bicara, berbincang tentang kesedihan ini dan gitar yang aku minta untuk memainkan sebuah lagu melo, lagu kesukaanku saat aku merasakan sedih atau terluka. Entah kenapa lagu-lagu melo seperti itu yang justru bisa membuatku tenang meski semakin membuatku terpuruk dalam kesedihan ini.
            “selamat tahun baru Bint, semoga di tahun baru ini apapun yang kamu harapkan bisa tercapai, dan aku pengen denger kalau aku punya ponakan dari kamu biar bisa di panggil Om. Hehehe” balasku.
            Harapan hanyalah tinggal harapan. Hari yang awalnya sangat indah buatku karena bisa pergi berdua dengannya akhirnya berubah juga menjadi hari yang menyedihkan buatku.
            “udah yuk pulang, temenku ada yang mau bareng pulang nih” ucapnya disela-sela obrolan kami setelah menyelesaikan makan malam kami. Sebelumnya nggak ada hal yang janggal dari ucapannya sampai akhirnya aku tahu yang di maksud dengan temannya yang sebelumnya aku pikir seorang cewek, ternyata bukan. Perasaan bahagia ini seketika hancur tertimpa jawaban dia ketika aku tanya dimana rumahnya. Senyumku nggak lagi muncul, badanku seakan nggak bertulang lagi, lemas. Namun aku masih bertahan dengan sisa-sisa kekuatan yang memng telah terbiasa merasakan sakit seperti ini.
            “Tuhan kenapa Engkau selalu memberi tahu aku tentang dia dari manapun juga dan apapun itu namanya, aku sakit dengan itu. Jika aku boleh meminta, lebih baik aku di butakan dan di tulikan dari apapun tentang dia. Aku lelah seperti ini”
            HP ku tiba-tiba berbunyi lagi, aku lihat nama Bintang Kecil yang muncul. “Amiin, aku juga berharap tahun depan bisa benar-benar menjadi ibu. J . ku jadi keluar Dan, ngadem pikiran hehehe.. oya, ni aku lagi bakaran jagung ma keluarga temenku”. Sms yang membuat aku nggak mampu untuk membalasnya. Begitu nyata terlihat suasana keceriaan disana, suasana yang sangat berbeda dengan keadaanku disini, di kamar pecah milikku.
            Dinginnya malam ini semakin dingin ku rasakan sampai menusuk hatiku yang sakit. Ketika aku melihat kaca sepionku ada dua lampu motor sedang berjalan sejajar, entah kenapa pikiranku tertuju padanya. Aku benar-benar bisa merasakan lampu itu berasal dari sepeda motor miliknya bersama seseorang yang dia bilang teman. Aku ingin buang jauh pikiran itu, berharap itu bukan mereka. Tapi kenyataan nggak memihakku, itu benar-benar mereka. Lampu kota yang menerangi wajahnya hingga aku bisa melihat dengan jelas ketika aku lihat kembali dari kaca sepion. Dan entah apa yang di katakannya untuk menyebut aku yang ada di depan mereka.
            “Tuhan, tidakkah Engkau merasakan apa yang aku rasakan? hatiku hancur, aku sakit. Sampai kapan cinta ini bersemayam dalam hati, cinta yang selalu bisa melukai aku. Dan buatmu, aku hanya meminta, simpan rapat-rapat apapun yang bisa membuatku terluka, meskipun itu hanya satu kata saja, karena dengan satu katapun, pikiranku bisa mencernanya menjadi sesuatu kenyataan  tentangmu, tentang sesuatu yang mebuatku akhirnya terluka”
             “sudahlah, lupakan saja. Ini malam tahun baru, seharusanya kamu berdoa semoga di tahun depan kamu sudah tak lagi berbicara denganku dan tak lagi meminta gitar untuk memainkan sebuah lagu. Dan selamat tahun baru lelaki menyedihkan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar