Ia
mulai beradaptasi dengan lingkungan yang benar-benar baru dan membiasakan untuk
di panggil mbak oleh kedua adiknya, karena dari kesepakatan yang telah di
bicarakan sebelumnya bahwa Senja menjadi anak yang tertua di keluarga itu.
Memang tak mudah menyesuaikan semua itu, namun Senja sangat menikmatinya.
Banyak
pengalaman-pengalaman yang telah dialami setelah tinggal di keluarga itu, baik
yang menyenangkan seperti saat ia belum hafal dengan jalan pulang, saat itu ia
sedang kebingungan menentukan arah pulang dan tiba-tiba ada seorang wanita
paruh baya mengantarkan pulang yang mengira dirinya itu adalah Jingga yang
sedang berjalan sendirian, maupun yang menyebalkan seperti saat tiba-tiba ia di
peluk oleh Dimas dan reflek Senja menampar pipi Dimas, waktu itu memang
semuanya belum saling tahu, Jingga belum sempat mengenalkan Dimas kepada
dirinya, begitu pula dengan Dimas yang belum sempat di beri tahu kalau anggota
baru dalam keluarga Jingga, yaitu saudara kembar Jingga. Itu semua hanya
sebagian kecil pengalaman-pengalaman yang di alami Senja, karena masih banyak
lagi pengalaman yang lain.
Tapi
seiring berjalannya waktu, semua sudah terlihat biasa, banyak warga sekitar
yang sudah tahu tentang keberadaan Senja di keluarga Bu Fitri.
Genap
dua bulan sudah Senja berada di Jogja, semua sudah terlihat normal, para warga
juga sudah tahu tentang keberadaan Senja di keluarga Bu Fitri. Ia juga sudah
mulai menjalani aktifitas sebagai mahasiswa baru di salah satu akademi
pariwisata, sesuai dengan bidang yang telah ia ambil sewaktu kuliah di Bali.
Selain
itu Senja jadi lebih sering dan banyak waktu untuk bertemu Arya seperti saat di
Bali. Banyak tempat-tampat yang ia datangi di Jogja bersama Arya, walau
kadang-kadang juga Senja terlihat pergi bersama Jingga. Namun ia lebih senag
saat pergi bersama Arya sampai malam, karena memang jiwanya adalah jiwa bebas yang
sudah terbiasa dengan suasana malam di luar rumah. Meski Senja dan Jingga
sangat mirip dari sudut manapun, tapi masih ada perbedaan di antara mereka
berdua, yaitu pola hidup yang terbentuk dari beda lingkungan dan pekerjaan
Senja yang dulu sebagai tour guide yang memaksa dirinya harus sering keluar
rumah dan harus banyak tahu tentang segalanya. Itu yang membuat keluarga
barunya bisa memakluminya, selama masih dalam batas norma-norma yang ada.
Tempat
yang sering Senja dan Arya datangi pada malam hari adalah alkid, dimana tempat
yang semakin malam semakin ramai, penuh dengan warna-warni lampu-lampu dan
riuhnya para pemuda-pemudi dari berbagai asal, karena memang Jogja adalah tempat
berkumpulnya orang-orang dari seluruh penjuru tanah air, bahkan tak sedikit
pula warga asing yang berlibur ke Jogja.
ӝӝӝӝӝ
Seperti
malam minggu sebelumnya, Senja membuat janji bersama Arya untuk pergi ke
alun-alun selatan. Setelah pamit dengan ibunya, Senja pergi bersama Arya yang
telah menjemputnya. Dengan motor CB, mereka menuju ke alkid yang hanya
membutuhkan waktu sekitar setengah jam dari rumahnya. Waktu masih terlihat
sore, tapi mereka sudah sampai disana, mereka duduk di salah satu tempat duduk
yang di buat permanen mengelilingi tiap pohon yang ada disana. Mereka pun
terlihat asik berbincang kesana-kemari, berteman jagung rebus, berhias canda
tawa di antara mereka hingga tak terasa hari semakin petang.
“aku
beli minuman dulu ya Ar. haus nih, kamu mau?”
“boleh”
Dan
Senja pun pergi membeli minuman. Selang 5 menit kemudian Senja terlihat
berjalan menuju dimana mereka duduk tadi. Tapi betapa kagetnya Arya setelah
melihat Senja dari kejauhan berjalan menuju ke arahnya. Seakan ia mengalami
dejavu, namun nyata. Di bawah sinar bulan Senja berjalan menuju ke arahnya
seperti waktu dulu ia pernah melihat bintang jatuh yang menjelma menjadi
seorang gadis yang tak bisa ia miliki. “Jingga” ucapnya tak sadar karena memori
dalam kepalanya sedang berada pada kejadian beberapa bulan lalu di tempat yang
sama. Sebenarnya kejadian seperti itu tak hanya sekali ia alami, namun sering
sekali ia alami, dimana ia sering mengalami kejadian yang serupa yang dulu
pernah ia lakukan bersama Jingga dan terulang kembali bersama Senja, seseorang
yang memang tampak sama namun beda.
Pikirannya
mulai kacau, angannya terbang kemana-kemana, hatinya jadi tak menentu. Namun ia
berusaha tetap tenang, menyimpan semua perasaan itu dari pandangan Senja agar
tak merusak suasana yang sedang hangat-hangatnya. Tapi tetap saja perasaan tak
menentu di dalam hatinya lebih besar, terus mengusik dan berontak membuat Arya
memutuskan untuk mengajak Senja pulang, walau waktu belum genap jam 9 malam.
“ya
sudah kalau begitu, kita pulang saja” jawab Senja terpaksa setelah Arya terus
menerus mengajaknya pulang dengan berbagai alasan.
ӝӝӝӝӝ
Jam
digital di meja belajarnya sudah menunjukkan angka 00:10. Meski ia sudah
berusaha untuk tidur sedari ia pulang tadi tapi matanya belum juga tertutup, ia
tak bisa tidur. Pikirannya terus teringat pada kejadian–kejadian yang membuat
ia sendiri tak habis pikir kenapa semua itu bisa terjadi dan ia menyebut semua
kejadian itu sebagai dejavu yang nyata, dimana kejadian yang pernah ia lakukan
dulu terulang kembali, tapi yang jelas bukan dengan satu orang yang sama meski
ia merasa kadang-kadang itu adalah satu orang yang sama.
Aku
ingat kelopak bunga ini
Aku
ingat wangi bunga ini
Aku
pun ingat duri yang melindunginya
Karena
aku ingat, aku pernah mencium semerbak aromanya seperti sekarang
Karena
aku ingat, kita pernah bermain bersama menghiasi taman seperti apa yang kita
lakukan sekarang
Tapi
mengapa, kau tak mengenaliku
Ketika
aku bertanya, apa kabarmu bunga?
ΩΩΩΩΩ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar