Kamis, 20 Juni 2013

aku bukan pujangga (bag. dejavu yang nyata)




             Sejak kejadian itu, Senja di minta untuk tinggal sementara di rumah Bu Fitri karena itu semua demi kebaikan nama keluarga Bu Lastri. Namun setelah  beberapa hari tinggal disana, ia malah memutuskan  untuk terus tinggal bersama di keluarga itu, meninggalkan kota asalnya, Bali. Karena di Bali ia juga tak memiliki siapa-siapa lagi. Keputusan yang di sambut hangat oleh keluarga  Bu Fitri, keputusan yang membuat Bayu memiliki dua orang kakak perempuan dan menambah ramai keluarga itu.
Ia mulai beradaptasi dengan lingkungan yang benar-benar baru dan membiasakan untuk di panggil mbak oleh kedua adiknya, karena dari kesepakatan yang telah di bicarakan sebelumnya bahwa Senja menjadi anak yang tertua di keluarga itu. Memang tak mudah menyesuaikan semua itu, namun Senja sangat menikmatinya.
Banyak pengalaman-pengalaman yang telah dialami setelah tinggal di keluarga itu, baik yang menyenangkan seperti saat ia belum hafal dengan jalan pulang, saat itu ia sedang kebingungan menentukan arah pulang dan tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya mengantarkan pulang yang mengira dirinya itu adalah Jingga yang sedang berjalan sendirian, maupun yang menyebalkan seperti saat tiba-tiba ia di peluk oleh Dimas dan reflek Senja menampar pipi Dimas, waktu itu memang semuanya belum saling tahu, Jingga belum sempat mengenalkan Dimas kepada dirinya, begitu pula dengan Dimas yang belum sempat di beri tahu kalau anggota baru dalam keluarga Jingga, yaitu saudara kembar Jingga. Itu semua hanya sebagian kecil pengalaman-pengalaman yang di alami Senja, karena masih banyak lagi pengalaman yang lain.
Tapi seiring berjalannya waktu, semua sudah terlihat biasa, banyak warga sekitar yang sudah tahu tentang keberadaan Senja di keluarga Bu Fitri.
Genap dua bulan sudah Senja berada di Jogja, semua sudah terlihat normal, para warga juga sudah tahu tentang keberadaan Senja di keluarga Bu Fitri. Ia juga sudah mulai menjalani aktifitas sebagai mahasiswa baru di salah satu akademi pariwisata, sesuai dengan bidang yang telah ia ambil sewaktu kuliah di Bali.
Selain itu Senja jadi lebih sering dan banyak waktu untuk bertemu Arya seperti saat di Bali. Banyak tempat-tampat yang ia datangi di Jogja bersama Arya, walau kadang-kadang juga Senja terlihat pergi bersama Jingga. Namun ia lebih senag saat pergi bersama Arya sampai malam, karena memang jiwanya adalah jiwa bebas yang sudah terbiasa dengan suasana malam di luar rumah. Meski Senja dan Jingga sangat mirip dari sudut manapun, tapi masih ada perbedaan di antara mereka berdua, yaitu pola hidup yang terbentuk dari beda lingkungan dan pekerjaan Senja yang dulu sebagai tour guide yang memaksa dirinya harus sering keluar rumah dan harus banyak tahu tentang segalanya. Itu yang membuat keluarga barunya bisa memakluminya, selama masih dalam batas norma-norma yang ada.
Tempat yang sering Senja dan Arya datangi pada malam hari adalah alkid, dimana tempat yang semakin malam semakin ramai, penuh dengan warna-warni lampu-lampu dan riuhnya para pemuda-pemudi dari berbagai asal, karena memang Jogja adalah tempat berkumpulnya orang-orang dari seluruh penjuru tanah air, bahkan tak sedikit pula warga asing yang berlibur ke Jogja.
ӝӝӝӝӝ

Seperti malam minggu sebelumnya, Senja membuat janji bersama Arya untuk pergi ke alun-alun selatan. Setelah pamit dengan ibunya, Senja pergi bersama Arya yang telah menjemputnya. Dengan motor CB, mereka menuju ke alkid yang hanya membutuhkan waktu sekitar setengah jam dari rumahnya. Waktu masih terlihat sore, tapi mereka sudah sampai disana, mereka duduk di salah satu tempat duduk yang di buat permanen mengelilingi tiap pohon yang ada disana. Mereka pun terlihat asik berbincang kesana-kemari, berteman jagung rebus, berhias canda tawa di antara mereka hingga tak terasa hari semakin petang.
“aku beli minuman dulu ya Ar. haus nih, kamu mau?”
“boleh”
Dan Senja pun pergi membeli minuman. Selang 5 menit kemudian Senja terlihat berjalan menuju dimana mereka duduk tadi. Tapi betapa kagetnya Arya setelah melihat Senja dari kejauhan berjalan menuju ke arahnya. Seakan ia mengalami dejavu, namun nyata. Di bawah sinar bulan Senja berjalan menuju ke arahnya seperti waktu dulu ia pernah melihat bintang jatuh yang menjelma menjadi seorang gadis yang tak bisa ia miliki. “Jingga” ucapnya tak sadar karena memori dalam kepalanya sedang berada pada kejadian beberapa bulan lalu di tempat yang sama. Sebenarnya kejadian seperti itu tak hanya sekali ia alami, namun sering sekali ia alami, dimana ia sering mengalami kejadian yang serupa yang dulu pernah ia lakukan bersama Jingga dan terulang kembali bersama Senja, seseorang yang memang tampak sama namun beda.
Pikirannya mulai kacau, angannya terbang kemana-kemana, hatinya jadi tak menentu. Namun ia berusaha tetap tenang, menyimpan semua perasaan itu dari pandangan Senja agar tak merusak suasana yang sedang hangat-hangatnya. Tapi tetap saja perasaan tak menentu di dalam hatinya lebih besar, terus mengusik dan berontak membuat Arya memutuskan untuk mengajak Senja pulang, walau waktu belum genap jam 9 malam.
“ya sudah kalau begitu, kita pulang saja” jawab Senja terpaksa setelah Arya terus menerus mengajaknya pulang dengan berbagai alasan.
ӝӝӝӝӝ

Jam digital di meja belajarnya sudah menunjukkan angka 00:10. Meski ia sudah berusaha untuk tidur sedari ia pulang tadi tapi matanya belum juga tertutup, ia tak bisa tidur. Pikirannya terus teringat pada kejadian–kejadian yang membuat ia sendiri tak habis pikir kenapa semua itu bisa terjadi dan ia menyebut semua kejadian itu sebagai dejavu yang nyata, dimana kejadian yang pernah ia lakukan dulu terulang kembali, tapi yang jelas bukan dengan satu orang yang sama meski ia merasa kadang-kadang itu adalah satu orang yang sama.

Aku ingat kelopak bunga ini
Aku ingat wangi bunga ini
Aku pun ingat duri yang melindunginya
Karena aku ingat, aku pernah mencium semerbak aromanya seperti sekarang
Karena aku ingat, kita pernah bermain bersama menghiasi taman seperti apa yang kita lakukan sekarang
Tapi mengapa, kau tak mengenaliku
Ketika aku bertanya, apa kabarmu bunga?

ΩΩΩΩΩ



Tidak ada komentar:

Posting Komentar