Jumat, 21 Februari 2014

TAK LAGI...

Merah kuning hijau, bukan lagi pelangi yang menghiasi langit
Tapi kini sudah tumbuh subur berkibar di sepanjang jalan
Menggantikan hijaunya pohonku yang dulu sempat menjadi payung teduh
Kini semuanya hilang gersang sudah
Berganti panas membakar jiwa-jiwa kami, para pengguna jalan

Detik demi detik tak ada waktu lagi tuk menghitung hari
Kini disibukkan lembar demi lembar, suara demi suara pengangkatan
Bagai suara emas, yang seharusnya tak terbeli
Tapi lihat apa yang terjadi?
Dengan mudahnya mereka membeli, hanya dengan sebuah janji

Satu dua tiga, kini tak lagi sayang semuanya
Mereka tertawa riang di atas luka kami yang terus menganga
Menganggap kami seolah bukan manusia, bahkan tak ada
Demi kepuasan mereka sendiri, menikmati tetek ibu pertiwi
Sayang itu tak lagi dibagi, seperti janji yang dibagi-bagi

dAN, jogja 21.02.14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar