“malam
ini aku ingin Bintang Kecil itu menemaniku” ucapku lirih dalam hati.
Namun aku tahu Bintang Kecil itu
nggak akan datang untuk mengabulkan permintaanku yang memang lagi butuh teman
malam ini. Sakit di hatiku kambuh lagi di malam tahun baru ini. Tahun baru yang
aku kira akan jadi malam tahun baru yang menyenangkan karena nggak pernah
terpikirkan oleh ku sebelumnya. Pasalnya, sehari sebelum malam tahun baru aku
mendapat sms dari seseorang yang sangat aku cintai. Dia mangajakku untuk
menemaninya membeli HP.
“kalau kamu besok masuk pagi,
berarti kita perginya sepulang kamu kerja, tapi kalau kamu masuk sore, ya paginya
kita cari dulu” ucapku kepadanya. “tapi
mudah-mudahan kamu besok masuk pagi, jadi kita perginya sore, sekalian
merayakan malam tahun baru” pikirku dengan hati berharap.
“ok. Aku kabari lagi secepatnya”
Setelah aku medapat kabar tentang
jadwalnya yang ternyata masuk pagi, aku langsung mengatur jadwal untuk hari
esok. Pagi hari untuk mengerjakan cover buku milik Hidayah sampai jam1, lalu
tidur sebentar dan langsung pergi mengambil screen, lalu sore harinya pergi
bersama dia untuk membeli HP. Hari yang benar-benar sibuk tapi sangat senang
buatku, setelah sekian lama aku nggak bisa merayakan malam tahun baru bersama
dia, akhirnya Tuhan berbaik hati memberikan kesempatan kepadaku untuk bisa
merayakan kembali malam tahun baru kali ini meski nggak semurni merayakan malam
tahun baru. itu hanya anggapanku saja yang memang merindukan moment-moment yang
nggak bisa ku duga sebelumnya.
Nggak tahu kenapa setiap aku melihat
wajahnya, yang ku lihat itu kedamaian, ketenangan dan kenyamanan buatku.
Seperti dialah rumah yang paling damai buatku. Seakan semua luka yang mengerak
di hati ini sirna seketika, seakan aku juga lupa bahwa dia bukan milikku lagi,
seakan semua masih seperti dulu ketika waktu masih berpihak kepada kami. Andai
ini bisa selamanya, betapa hidupnya aku.
“hai Dan, aku lagi di tempat temen
nih. Kamu?” akhirnya bintang kecil itu muncul juga, tapi mendengar dia lagi di
tempat temannya aku jadi nggak tega untuk merusak suasananya merayakan malam
tahun baru dengan curhatanku yang hanya tentang kesedihanku saja. Berdosalah
jika aku melakukannya. Aku urungkan niatku untuk membagi kesedihan ini, biar
tembok saja yang ku ajak bicara, berbincang tentang kesedihan ini dan gitar
yang aku minta untuk memainkan sebuah lagu melo, lagu kesukaanku saat aku
merasakan sedih atau terluka. Entah kenapa lagu-lagu melo seperti itu yang
justru bisa membuatku tenang meski semakin membuatku terpuruk dalam kesedihan
ini.
“selamat tahun baru Bint, semoga di
tahun baru ini apapun yang kamu harapkan bisa tercapai, dan aku pengen denger
kalau aku punya ponakan dari kamu biar bisa di panggil Om. Hehehe” balasku.
Harapan hanyalah tinggal harapan.
Hari yang awalnya sangat indah buatku karena bisa pergi berdua dengannya
akhirnya berubah juga menjadi hari yang menyedihkan buatku.
“udah yuk pulang, temenku ada yang
mau bareng pulang nih” ucapnya disela-sela obrolan kami setelah menyelesaikan
makan malam kami. Sebelumnya nggak ada hal yang janggal dari ucapannya sampai
akhirnya aku tahu yang di maksud dengan temannya yang sebelumnya aku pikir
seorang cewek, ternyata bukan. Perasaan bahagia ini seketika hancur tertimpa
jawaban dia ketika aku tanya dimana rumahnya. Senyumku nggak lagi muncul,
badanku seakan nggak bertulang lagi, lemas. Namun aku masih bertahan dengan
sisa-sisa kekuatan yang memng telah terbiasa merasakan sakit seperti ini.
“Tuhan
kenapa Engkau selalu memberi tahu aku tentang dia dari manapun juga dan apapun
itu namanya, aku sakit dengan itu. Jika aku boleh meminta, lebih baik aku di
butakan dan di tulikan dari apapun tentang dia. Aku lelah seperti ini”
HP ku tiba-tiba berbunyi lagi, aku
lihat nama Bintang Kecil yang muncul. “Amiin, aku juga berharap tahun depan
bisa benar-benar menjadi ibu. J . ku jadi keluar Dan, ngadem pikiran
hehehe.. oya, ni aku lagi bakaran jagung ma keluarga temenku”. Sms yang membuat
aku nggak mampu untuk membalasnya. Begitu nyata terlihat suasana keceriaan
disana, suasana yang sangat berbeda dengan keadaanku disini, di kamar pecah
milikku.
Dinginnya malam ini semakin dingin
ku rasakan sampai menusuk hatiku yang sakit. Ketika aku melihat kaca sepionku
ada dua lampu motor sedang berjalan sejajar, entah kenapa pikiranku tertuju
padanya. Aku benar-benar bisa merasakan lampu itu berasal dari sepeda motor
miliknya bersama seseorang yang dia bilang teman. Aku ingin buang jauh pikiran
itu, berharap itu bukan mereka. Tapi kenyataan nggak memihakku, itu benar-benar
mereka. Lampu kota yang menerangi wajahnya hingga aku bisa melihat dengan jelas
ketika aku lihat kembali dari kaca sepion. Dan entah apa yang di katakannya
untuk menyebut aku yang ada di depan mereka.
“Tuhan,
tidakkah Engkau merasakan apa yang aku rasakan? hatiku hancur, aku sakit.
Sampai kapan cinta ini bersemayam dalam hati, cinta yang selalu bisa melukai
aku. Dan buatmu, aku hanya meminta, simpan rapat-rapat apapun yang bisa
membuatku terluka, meskipun itu hanya satu kata saja, karena dengan satu
katapun, pikiranku bisa mencernanya menjadi sesuatu kenyataan tentangmu, tentang sesuatu yang mebuatku
akhirnya terluka”
“sudahlah, lupakan saja. Ini malam tahun baru,
seharusanya kamu berdoa semoga di tahun depan kamu sudah tak lagi berbicara
denganku dan tak lagi meminta gitar untuk memainkan sebuah lagu. Dan selamat
tahun baru lelaki menyedihkan”